19. Don't leave me...

6K 255 4
                                    

Kriing ! Kriing !

Telepon rumah berdering. Mika langsung mengangkatnya sembari menunggu Yoshiki pulang malam itu.

"Mika ! Cepat ke rumah sakit ! Yoshiki kecelakaan !" Kata ibu Yoshiki terburu-buru.

"Apa ini bercanda lagi, bi ?" Mika menghela napas letih.

"Mana mungkin bibi bercanda saat begini !!! Bibi sekarang ada di rumah sakit ! Yoshiki baru saja masuk emergency !" jelas ibunya lagi.

Mika benar-benar terkejut mendengarnya. Tanpa bertanya, ia langsung berlari menuju ke rumah sakit.

Pikirannya kalut tiba-tiba dan ia langsung menghampiri ibu Yoshiki yang menunggu di depan ruang emergency.
"Apa yang terjadi ???" tanyanya panik.

"Ada yang melihat Yoshiki berdiri di tengah jalan hingga tidak sadar mobil kencang menabraknya ! Si penabrak kabur dan untung saja orang-orang di sana cepat menelepon bibi ! Sekarang Yoshiki sedang ditangani, lukanya cukup serius..." jawab ibu Yoshiki.

Mika benar-benar syok mendengarnya dan berpaling ke pintu ruang emergency. Ia berusaha melihat apa yang terjadi dari jendela kecil di sana.

Terdengar suara hiruk pikuk dokter yang sibuk menangani Yoshiki. Ia tidak sadarkan diri dan Mika dapat melihat sesuatu membiru di dada Yoshiki. Matanya semakin membelalak dan terasa panas.

"Cepat ! Tekan bagian ini ! Detak jantungnya mulai tidak stabil !" seru seorang dokter hingga membuat Mika kembali terkejut.

"Dok ! Denyut nadinya melemah !" kata seorang suster cepat.

"O...oh...tidak...tidak...Kimura-kun...jangan pergi....jangan tinggalkan aku...kumohon..." air mata Mika mulai menetes dan ia terisak.
Dokter dan para suster sibuk memberikan pertolongan.

Ibu Yoshiki merangkul Mika dan meremas lembut lengannya. Ia juga sama seperti Mika, cemas menunggu anaknya yang tengah di rawat.

"Kumohon ! Jangan tinggalkan aku, Kimura-kun !!!" Mika menjerit sambil terisak keras. Tubuhnya bergetar hingga membuat ibu Yoshiki harus menahannya agar tetap berdiri. Kaki Mika terasa sangat lemas hingga bisa membuatnya pingsan kapan saja.

"Denyut nadinya mulai normal ! Bagaimana jantungnya ?" tanya seorang suster pada suster lainnya.

"Mulai normal juga !" sahutnya.

Mika dan ibu Yoshiki langsung menghela napas lega dan saling berpelukan.
Ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada Yoshiki.

***

Yoshiki akhirnya dipindahkan ke kamar rawat dan Mika menungguinya. Dokter mengatakan Yoshiki terbentur cukup keras hingga syok membuat keadaannya kurang stabil. Ada perban yang membalut di sekitar dada Yoshiki dan ia masih belum sadarkan diri.

Mika meminta ibu Yoshiki agar pulang beristirahat setelah melihat wanita paruh baya itu nampak sangat letih.

Gadis itu duduk di samping ranjang Yoshiki dan menunggu sampai ia sadar. Ia tidak tertidur sama sekali dan terus menatap wajah Yoshiki.

Hingga menjelang subuh, Yoshiki perlahan-lahan sadar dan Mika langsung menegapkan diri ke arahnya.

Dengan pelan, Yoshiki mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Mika dan ia tersenyum lemah.

"Syukurlah...aku masih bisa melihatmu...kupikir aku tidak akan bisa melihatmu lagi...terima kasih...aku benar-benar sangat bahagia kau masih mau menemuiku..." ucap Yoshiki pelan sambil mengusap wajah Mika yang hampir menangis kembali.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang