Aku pergi

1.4K 61 3
                                    


Fanny berlari kegirangan ke arah Rain, wajahnya berseri-seri setelah melewati masa-masa yang sulit selama Ujian, kini hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Hari penentuan yang merupakan ketentuan dari hasil Ujian yang telah di jalanin oleh seluruh pelajar di sekolah Rain bukan hanya itu hari ini juga merupakan hari perpisahan antara siswa.

"Raina!!!" Seru Fanny yang berhambur memeluk sahabatnya.

"Yaampun Fan, lo apadeh meluk-meluk gue gini." Kata Rain mengomel

"Ish gitu banget ya? Gue kan mau ngucapin bye bye sama sahabat gue yang paling cantik ini"

"Ya deh serah lo, udah ah minggir lo"  ucap Rain sambil berusaha melepaskan pelukan Fanny yang masih terus menempel.

"Ah tai lo!"

"Bodo."

"Rain ngga kerasa ya, sekarangkita udah mau jadi anak kuliahan. Gue jadi sedih, bentar lagi bakalan pisah sama lo sama sekolah tercinta ini."

"Pisah sama gue apa sama Beny sih Fan? Lo lupa ya? Lo bakal satu kampus sama gue?"

"Ehehehe, lo tau aja. Sapa tau kan lo tuh yang bakal pisah sama.."

"Sama setan kampung. Hahaha" potong Rain dan berusaha melucu.

"Lo ngga mau ketemu sama Zaldi gitu? Dengerin dia ngomong atau sekedar say bye?" Tanya Fanny

Keduanya terdiam, Rain menatap lurus dengan mata yang kosong tanpa ingin menjawab semua pertanyaan mengenai Zaldi. Rain tidak tau sampai kapan sakit hatinya akan hilang dan kemudian mencoba untuk berdamai dari Zaldi kembali. Ia merasa bahwa hubungannya dan Zaldi hanyalah sebuah kenangan yang harus ia lupakan.

"Rain" panggil Fanny pelan.

"Jangan bahas ini, tolong." Kata rain cepat, yang kemudian Fanny mengangguk.

Fanny pamit untuk pergi menemui benny pacarnya yang sedang asik ngobrol bersama teman-temannya. Sedangkan Rain, ia masih bertahan berdiri dan menatap kosong sekitarnya. Rain memang sangat ingin mendengarkan penjelasan Zaldi, namun egonya mengatakan jika ia melakukan itu, akan sama artinya dengan ia yang akan kembali mengulang kesalahannya.

Rain berjalan ke arah tempat yang selama ini menjadi favorite antaranya dan zaldi. Keadaannya yang sekarang sangatlah sepi, karena acara masih berlangsung di gedung aula sekolahnya. Pelan, Rain berjalan ke arah bangku yang selama ini menjadi bangku favoritenya. Ia memandang sekitar lapangan karena masih tak percaya bahwa kini semua kenangannya akan ia tinggalkan. Tak akan lagi menangis dan tertawa di lapangan ini.

Rain menengadahkan kepalanya dan menatap pintu lapangan yang kini akan ia tinggali. Hari ini adalah hari terakhir ia berada di sekolahnya, di acara prom night. Matanya menelusuri seisi lapangan sepi ini, Tanpa sengaja pandangnya bertemu dengan sosok orang yang selama ini sangat ia rindukan. Zaldi dengan setelan  jas hitam yang menutupi tubuhnya, wajah yang terlihat sangat lelah terlihat berbinar saat mendapati Rain ada di hadapannya saat ini.

Rain masih belum bergeming, ia masih menimbang-nimbang apa yang pantas ia lakukan. Tersenyumkah? Membuang muka? Menyapanya? Atau berlari menghambur ke pelukan pemuda yang sebentar lagi akan sulit ia temui? Namun satu hal yang ia takuti, pemuda itu akan menghindarinya seperti yang sudah-sudah, dan itu akan sangat menyakiti hatinya lagi.

Tak seperti dugaan Rain, Zaldi justru berjalan mendekat ke arahnya. Dan dapat di lihat Dari raut muka Zaldi, ia tampak ingin mengatakan sesuatu namun ragu. Seketika ingatan Rain kembali ke beberapa bulan yang lalu, di saat Zaldi telah mengakhiri semuanya, di saat ia datang kemudian menghancurkan harapan-harapan kecil yang telah Zaldi berikan sendiri kepada Rain. Tak mau mengingatnya lagi, Rain memejamkan matanya sejenak. Melupakan kejadian demi kejadian memilukan yang menari indah di dalam memory ingatanya.

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang