Janji?

1.8K 70 0
                                    

Hari baru, suasana baru dan status baru. Itu yang rain rasakan saat ini. Rain tersenyum menyambut pagi untuk membubuhkan semangat dalam dirinya. Dua minggu telah berlalu, dalam dua minggu ini rain menyandang status barunya 'single' status yang selama setahun ini hilang dari jati dirinya.

Tak terasa rain sudah berada di kota ini selama 6 bulan. Ujian akhir semester pun sudah di jalaninya, dan ini adalah hari terakhir. Rain teringat akan revan, biasanya revan yang akan memberika ia semangat kala ujian. Tapi, sekarang sudahlah berbeda, rain akan berusaha berdiri sendiri tanpa revan lagi.

Rain keluar  darikamarnya dan menyambut kakak tercintanya yang sedang asik sarapan di bawah. Mama dan papa rain sedang pergi ke luar kota, karena papa mendapatkan proyek kerja disana. Jadilah disana hanya ada rain dan rafa.

"Hai kak" sapa rain girang.

"Hai adik manis"

"Kakak ih, aku bukan anak kecil lagi. Kan malu kalo di denger temen aku." Rain berdecak sebal mendengar panggilan dari kakaknya itu.

"Kamu akan tetap jadi adik kecil kakak yang manis, raina" rain tersenyum manis mendengarkan jawaban dari rafa, kemudian ia melahap sarapannya.

Setelah selesai, rafa mengantar rain ke sekolahnya. Sepanjang perjalanan rain selalu bercerita mengenai kejadian-kejadian di sekolahnya. Begitupun rafa. Rain juga bercerita jika ia telah putus dari revan, kakaknya pun merasa bahagia mendengarnya. Sudah sekian lama rafa menunggu kabar baik ini.

Tak terasa rain sudah sampai di sekolah, rain turun dari mobil setelah berpamitan. Dengan langkah anggun, rain berjalan menuju ruangan yang akan ia gunakan untuk ujian akhir.

Dan satu lagi kabar gembira yang rain dapatkan, bu dei di pindah tugaskan sejak 2 minggu yang lalu. Dan sejak saat itu, tugas makalah yang bu dei berikan juga di batalkan, hal itu sangat membuat rain senang, bukan karena dia terbebas dari zaldi. Tapi karena dia sudah lelah datang ke kedai kopi selama setiap hari.

Rain memasuki ruangan dengan gugup. pasalnya, hari ini adalah ujian mata pelajaran olahraga. Mata pelajaran yang paling tidak rain sukai. Rain lebih senang jika ia mengerjakan soal matematika yang memusingkan daripada harus mengerjakan soal olahraga yang sama sekali tidak ia mengerti.

Rain duduk di baris ke 2 kolom ke 3. Di depan rain, zaldi telah duduk manis, jelas sekali dia begitu karena pelajaran ini kan jelas banget cowo pasti tau. Pikir rain.

Ujian telah di mulai, sudah lima belas menit waktu di gunakan namun rain sama sekali belum mengerjakan satupun. Rain langsung mengambil sikap menendang-nendangkan kaki nya ke arah bangku zaldi.

"Zaldii, gue nyontek dong. Sumpah gue ngga bisa ngerjain sama sekali, please" mohon rain dengan bisik-bisik

"Ada syaratnya"

"Iya deh apaan? Mau nyontek matematika? Kimia? Apa ajadehh, yang penting gue nyontek. Eh tapi kan udah lewat."

"Gausah gitu, gue cuma pengen lo janji sama gue, jangan pernah tinggalin gue."

"Hah?"

"Cepet janji dulu, baru gue contekin."

"Iya zaldi, gue janji ngga bakal tinggalin lo." Kata rain, zaldi tersenyum kemudian memberikan lembar jawabnya saat pengawas sedang keluar kelas. Dengan cepat rain menyalin semua jawaban zaldi. Setelah selesai rain mengembalikan lembar jawabnya.

Rain bernafas lega, setelah dia menyalin jawaban dan mengembalikan lembar jawab zaldi barulah pengawas itu datang, hari ini  benar-benar hari yang beruntung untuk rain.

....

"Rainn" panggil zaldi dari arah berlawanan. Zaldi pun berlari menuju tempat rain.

"Pengen banget ya ketemu gue sampe lari-lari kaya gitu." Sindir rain sambil terkekeh. Zaldi mencubit pipi rain gemas karena telah mengejeknya.

"Aww, sakit zaldi." Runtuk rain sambil memegang pipinya yang memanas.

"Abis ini lo mau kemana?" Tanya zaldi

"Mau pulang, kenapa?"

"Gue anterin mau ngga?"

"Tapi kak rafa udah bilang mau jemput gue zal."

"Yaudah gue temenin nunggu kakak lo." Keduanya tersenyum dan berjalan bersisian ke arah pintu gerbang.

Sesampainya di pintu gerbang, zaldi bercerita mengenai kehidupannya. Zaldi bercerita bagaimana papa dan mamanya itu seperti sedang menjaga anak peremupuan, padahal anaknya itu laki-laki. Rain mendengarkan cerita zaldi sambil tersenyum dan ber oh ria.

"Raina carissa lo dengerin gue ngomong ga sih?, kalo gue cerita itu tatep matanya jangan cuma pura-pura ndengerin" runtuk zaldi.

"Iyadeh iya, jangan marah-marah kaya mak lampir deh zal" jawab rain sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

"Lo ngejek gue ya rain!" Seringai zaldi. Kemudian memanyunkan bibirnya dan terlihat sangat lucu. Tawa rain pecah seketika, membuat zaldi makin kesal.

"Muka lo zal, astaga hahahaha" kata rain, zaldi semakin memanyunkan bibirnya sebal.

Dari arah sebarang, rafa membunyikan klakson, mengisyaratkan rain untuk cepat masuk mobil.

"Eh itu kak rafa udah sampe, gue duluan ya zal." Pamit rain pada zaldi dan tersenyum sangat hangat, zaldi membalas dengan tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya ke udara.

Rain memasuki mobil rafa dengan raut wajah yang bahagia, membuat rafa gemas ingin bertanya apa sebabnya adik kecilnya itu sebahagia ini.

"Gebetan baru -eh" slidik rafa. Ada binar bahagia dari diri rain saat rafa bertanya seperti itu, hal itu membuat rafa menyunggingkan senyumnya.

"Dia temen kelas" jawab rain sekenanya.

"Temen kelas yang suka tebar pesona, yang buat kamu ngga suka? Iya itu dia."

"Ka rafaaa ! Udah deh nyupir aja yang bener!"

.....

Sesampainya di rumah rain membersihkan dirinya, kemudian menenggelamkan wajahnya di bawah selimut, sungguh perasaan rain sangat lega telah menyelesaikan ujian akhirnya. Kini ia telah bebas dari pelajaran-pelajaran yang cukup memuakan itu.

Rain berdecak sebal karena ponselnya berbunyi, mengganggu disaat dia ingin beristirahat sejenak. Rain mengambil ponselnya yang masih berada di dalam tas.

"Besok ada acara ngga? Mau ikut main ga?"

Satu pesan yang rain baca sukses membuat rain mengerutkan dahinya, siapa yang mengirimnya pesan seperti ini? Belum sempat rain menjawab, sudah ada satu pesan lagi yang masuk.

"Gue zaldi. Hampir lupa gue kasih nama wk."

Seulas senyum rain mulai terbentuk. Di ketiknya sebuah balasan lalu ia mengirim kannya.

"Kemana? Sama siapa?"

"Sama anak-anak kelas, ke pantai. Ayo ikut, lo pasti seneng deh."

"Gatau juga, belum minta izin sama kak rafa."

"Masalah kak rafa tenang aja gue udah minta izin. Besok lo siap-siap aja. Gue jemput jam 9. Bye"
rain semakin mengerutkan dahinya, bagaimana mungkin zaldi mendapat izin dari rafa? Rafa kan orang yang sangat protect , padahal kalo revan yang mengajak pasti akan sangat di tentang oleh rafa. Untuk memastikan perkataan zaldi, rain beranjak menuju kamar rafa.

"Kak rafa ngijinin aku pergi sama zaldi?" Tanya rain

"Iya, bukannya kamu udah selese ujian? Kali aja kamu butuh hiburan."

"Kok aneh ya? Ngga biasanya kakak kaya gini."

"Udah sana deh, balik ke kamar udah malem juga." Suruh rafa. Rain melangkahkan kakinya kesal menuju ke dalam kamarnya karena tidak mendapatkan jawaban yang diingin kan dan kemudian menghamburkan badannya ke kasur kemudian terlelap

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang