Titik terang

1.4K 52 0
                                    

"Morning Nyonya Brahmanta."

"Morning too Tuan Brahmanta." Balas Rain sambil tersenyum.

Azka memberikan sebuah paket yang dikirimkan dari orang tua Rain di amerika. Paket itu berisi tentang barang-barang Rain yang masih tertinggal disana dan itu merupakan barang- barang yang cukup penting, sehingga dengan baik hatinya Mama Rain mau mengirimkannya ke Indonesia.

"Thank you." Ujar Rain, mengambil alih kotak itu.

Rain duduk di sebelah Azka kemudian menyantap sarapan yang telah di buatnya pagi ini. Tak lupa Rain sudah meletakan kotak paket itu di sebelah kursi yang di dudukinya.

"Kamu masih belum baca surat dari Zaldi?" Tanya Azka membuat Rain tersedak makanannya.

"Pelan-pelan." Kata Azka memperingatkan. Memberikan segelas air ke pada Rain.

"Udah kok." Balas Rain tanpa menatap mata Azka. "Jangan bohong sama aku. Aku tau kamu belum baca itu Nyonya Brahmanta yang terhormat." Azka berjalan memutari meja makan kemudian mengambil paket yang telah Rain letakan di sebelah bangkunya. Ia membuka box paket itu kemudian mengambil selembar amplop berwara biru yang masih ter lem dengan rapi. "Ini apa?" Skak mat, Rain benar-benar terpojok karena ini.

"Aku-aku. Sorry." Kata Rain yang terbata-bata.

"Paling nggak kamu bisa baca dulu suratnya. Kamu ngga mau bales atau ngga mau dengerin penjelasan dia ngga papa. Aku ngga mau sampe Zaldi mikir aku atau Benny ngehalangi kamu buat baca surat ini.  ini udah tujuh tahun loh, Rain. Masa kamu mau terus-terusan kaya gini. Semuanya ngga akan berakhir kalau kamu terus ngehindar, Zaldi juga bakal terus dateng ke kamu terus menerus. Kenapa kamu ngga coba baca? Kalo kamu baca seenggaknya kamu ngerti masalah kalian itu sebenernya apa." Kata Azka yang kini telah duduk menatap mata Rain lekat.

"Yaudah aku mau kerumah sakit, kamu bareng aku atau mau nunggu Raka bangun?" Tanya Azka sambil memakai Jaz, kemudian Rain bangkit dari duduknya dan membantu merapikan dasi Azka.

"Bareng. Tapi nunggu Raka bangun ya?" Tawar Rain dengan nada suara yang manja.

"Aku ada meeting hari ini sayang."

"Sebenernya yang lebih penting itu meeting kamu atau anak kamu Tuan Brahmanta yang terhormat?" Seringai Rain membuat Azka terkekeh, mengacak rambut Rain lembut. "Meeting aku dong. Aku bakal kehilangan bermilyar-milyar uang kalo ninggalin meeting itu sayang." 

"Yaudah ! Pentingin aja uang kamu! Tapi nanti nggak ada jatah makan buat kamu, dan ngga boleh main bareng Raka lagi." Ancam Rain membuat Azka semakin gemas. "Aku cuma bercanda." Balas Azka sambil mengacak-acak Rambut Rain lagi. "Berantakan Azka!"

Azka tersenyum "tetep cantik." Katanya, ia kemudian menggandeng tangan Rain. "Ayo kita liat Raka." Ajak Azka.

....

Rain dan Azka sama-sama pergi ke Rumah Sakit bersama. Sesampainya di rumah sakit, tangan Rain tak lepas dari genggaman tangan Azka, yang kemudian masuk secarra beriringan ke dalam ruangannya.

Sebelum masuk ke dalam ruangan, Azka menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke ruangan Rain. Atau lebih tepatnya mengantarkan Rain sampai di depan Ruangannya.

"Hari ini pulang bareng aku ya?" Pinta Azka setelah mereka sampai di depan ruangan kerja Rain.

"Gimana ya? Hari ini aku udah janji sama pasien banyak. Mau nunggu?"

"Boleh. Pulang jam berapa?"

"Jam sembilan atau sepuluh malem mungkin."

"Kalo gitu aku tunggu di ruangan kamu ya?" Tanya Azka lagi sebelum akhirnya Rain mengangguk.

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang