Aku atau dia?

1.6K 47 0
                                    


Rain tersenyum mengingat-ingat perkataan zaldi tadi malam, dia baru menyadari kehadiran zaldi begitu sangat berarti, sampai-sampai ia dapat secepat itu luluh hanya karena zaldi mengatakan kata-kata yang membawanya ketenangan. Secepat itu dia luluh hanya karena zaldi menginginkan rain untuk tersenyum. Dan secepat itu ia memaafkan Zaldi meski Zaldi tidak mengucapkan maaf hanya karena ia menyalurkan kekuatan dengan genggamannya.

Ini tentang kebodohan Atau memang cinta yang bekerja sangat buruk?

"Rain" panggil rafa pelan.

Rain tercengang melihat rafa telah bangun dari tidurnya namun di sisi lain rain merasa bahagia, rafa mengalami kecelakaan saat dia akan menjemput rain,kejadian yang selama ini tidak pernah rain duga. Rain tersenyum ke arah rafa kemudian mengelus rambut kepala rafa.

"Kakak udah bangun?" Tanya rain yang masih tersenyum.

"Mama sama papa udah kesini?" Tanya rafa, membuat rain menundukan kepalanya.

"Sorry" kata rain yang masih menundukan kepalanya. Rafa menjulurkan tangan untuk memegang dagu mengangkat kepala rain.

"Ada masalah?" Tanya rafa hati-hati.

"Sorry aku ngga bisa bawa papa sama mama, mereka susah buat balik kak, visa mama masih hilag, mereka bilang kemungkinan papa dan mama bakal balik setelah aku lulus kuliah." Kata rain lirih.

"Gapapa rain, kakak udah cukup seneng ada kamu disini." Kata rafa membuat rain tersenyum.

"Mau jeruk?" Tanya rain, rafa mengangguk.

Rain menyuapi rafa dengan jeruk yang telah dikupasnya, sedikit demi sedikit rafa menanghabiskan jeruk itu membuat rain semakin senang. Melihat kemajuan kakaknya yang cepat seperti ini.

"Kamu liat zal, aku nyuapin kak rafa pake jeruk kesukaan kamu. Biasanya kamu yang ngrengek minta di kupasin jeruk kan?" Kata rain miris dalam hatinya.

....

Sudah lima  hari rafa berada di rumah sakit, dan keadaannya sudah semakin membaik dan dokter bilang rafa sudah diizinkan pulang hari ini. Rain sangat bahagia karena ini, ia sudah lelah sekali karena setiap hari nya rafa pasti di tengok oleh teman teman ceweknya yang genit dan membuat rain merasa sangat sebal.

Rain berjalan sejajar dengan rafa, awalnya rain menuntun rafa tapi rafa malah menolak dia merasa seperti bayi tua jika di gandeng seprti tadi, jadilah rain hanya berjalan bersisian dengan rafa dan sesekali menengok kakaknya takut-takut sesuatu terjadi.

Sesampainya di rumah, rain mengantarkan rafa ke kamarnya kemudian membatu rafa untuk berbaring, sebenarnya rafa sudah dalam keadaan baik-baik saja, bahkan rafa tidak mengalami lecet apapun, hanya saja rafa mengalami gejala gagar otak ringan sehingga dia perlu di rawat beberapa hari untuk memantau kondisinya.

Setelah melihat rafa tertidur rain kembali kekamarnya untuk merebahkan diri juga, ia merasa sangat lelah lima hari penuh menjaga rafa, namun disisi lain rain merasa senang jika ia orang yang menjaga rafa.

Belum benar-benar untuk tidur, rain keluar ke balkon kamarnya dan menghirup udara malam yang menusuk tulangnya. Meski ia tau, udara malam tidak baik, tapi rain menyukainya. Rain menyukainya sejak zaldi pergi.

Rain kaget ketika ia merasa ada sesuatu yang mengenai badannya, ia mencari sesuatu itu kemudian ia menemukan buntalan kertas berwarna biru, ia mengambil buntalan kertas berwarna biru itu kemudian membacanya.

'Aku belum bisa kembali, aku belum bisa benar-benar ngejaga kamu. Jadi, Jangan kebiasaan duduk di balkon malem-malem, dingin.'

Rain tersenyum membacanya, tulisan yang akhir-akhir ini tak ia lihat, tulisan yang akhir-akhir ini jarang ia temui. Tulisan yang sama dan pastilah orang yang sama, Zaldi. Rain kemudian memandang sekitar untuk melihat dimana si pengirim namun ia tidak menemukannya. Sedikit kecewa, namun rain tetap bersyukur karena Zaldi masih berusaha selalu di sampingnya.
....

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang