Teman?

2.1K 74 0
                                    

"Zaldi, lo ngga niat ngapa-ngapain gue kan?" Tanya rain gugup.

"Hahaha muka lo car, sumapah lucu banget" ejek zaldi

Rain tak menghiraukan dia malah pergi melenggang begitu saja, tidak menghiraukan tawa zaldi yang sudah pecah.

Rain kembali ke tempat duduknya, merapikan buku-bukunya dan memasukannya ke tas untuk pulang. Saat dia keluar dari kelas tangannya di tarik oleh seseorang, dia menengok ke arah seseorang itu. Di lihatnya zaldi berdiri menjulang si hadapannya.

"Carrisa, sorry gue ngga tau kalo lo ngga suka kaya tadi, tapi biasanya cewe-"

"Cewe-cewe seneng di perlakuin kaya gitu sama lo? Denger ya rezaldi farsya, gue ngga pernah suka di perlakukan seakan-akan lo itu ngehina harga diri cewe. Lo pikir gue apa hah?" Maki rain, dengan kesal rain menghempaskan tangan saldi yang masih melingkar di pergelangan tangan rain. Belum sempat dia pergi tangannya masih tetap di tarik oleh zaldi.

"Gue minta maaf, gue anterin lo pulang ya sebagai permintaan maaf gue?" Tawar zaldi.

"Dimaafin. Tapi lo ngga perlu repot-repot anterin gue, gue udah ada yang jemput. Permisi" tolak rain, kemudian pamit untuk pergi dari ruang kelasnya.

Rain berjalan menuju gerbang untuk bertemu dengan revan yang sekarang sudah menunggunya dengan tersenyum manis. Tapi tiba-tiba senyum revan itu meluruh karena melihat rain yang sedang bersama lelaki lain. Bahkan lelaki itu memegang tangan rain, untung saja rain melepasnya kalo tidak dia pasti sudah akan berjalan kesana dan terjadilah haku bantam di antara keduanya.

Rain sedikit berlari ke arah revan yang masih terduduk manis di motornya. Rain tersenyum ke arah revan sangat manis,  namun revan tak membalasnya. Sifat kecemburuannya itu muncul lagi.

"Dia siapa?" Tanya revan dingin.

"Siapa?"  Jawab rain yang mengerutkan dahinya bingung.

"Aku tanya malah kamu balik tanya! Itu tadi dia yang pegang tangan kamu siapa?" Ulang revan lagi, karena rain belum juga menjawab pertanyaannya.

"Dia zaldi revan, dia temen sekelasku." Kata rain meyakini.

"Temen sekelas apa gebetan kamu? Jadi gini ya kelakuan kamu di belakang aku? Selingkuh hah?" Maki revan kepada rain, bulir air mata rain sudah berkumpul jadi satu, jika rain menutupkan matanya pasti air matanya akan berjatuhan sangat deras.

"Stop revan! Ngga seharusnya kita berantem di sekolah kaya gini! Aku malu!"

"Kamu malu berantem sama aku apa malu punya pacar kaya aku?"

"Terserah kamu! Aku pulang sekarang, kamu bisa langsung pulang ngga perlu nganter aku." Ucap rain akhir, dia kemudian berlari meninggalkan revan sendiri. Untung keadaan sekolah sudah sepi jadi rain tidak akan ambil pusing jika banyak orang yang melihatnya bersama revan sedang berkelahi.

Rain memelankan jalannya saat di rasa sudah jauh dari sekolahnya. Tangisnya pecah, karena ini bukan pertama kalinya revan bersikap seperti itu karena kecemburuan yang ada di dalam dirinya. Dada rain terasa sesak, apa sebegitu menyedihkannya rain di mata revan? Rain semakin terisak dalam kesendiriannya,rasannya dadanya perih menyeruak kesakitan akibat perkataan kasar dari revan tadi.

"Jangan nangisin cowo yang sukannya kasar sama cewe, dia ngga lebih berharga buat lo tangisin."

Rain mendongakan kepalannya ke sumber suara, dia menatap tajam pemuda yang ada di hadapannya kini. Tapi yang ada pemuda itu malah tersenyum, penuh arti.

"Kalo lo ngga kuat, lepasin aja, jangan dipaksa. Jangan lo pegang tapi lo lepas. Cinta ngga segampang itu."

"Gue sama dia udah pacaran satu tahun, itu sulit buat gue."

"Bukan sulit carr, tapi lo yang ngga pernah coba. Buka mata lo lebar-lebar dunia ini ngga cuma ada dia, masih banyak cowo lain yang lebih baik. Gue contohnya." Zaldi tersenyum jahil le arah rain. Dengan gemas rain mencubit perut zaldi keras sehingga dia merasa kesakitan. Keduanya tertawa bersamaan. Tanpa di sadari zaldi menyimpan kebahagiaan yang cukup besar.

"Apa sekarang lo udah mau berdamai sama gue?"

"Ngga tau" jawab rain singkat

"Ayolah carissa gur udah bikin lo senyum. Tandanya gue itu temen yang baik kan?"

"Awalnya gue engen berdamai sama lo, tapi lo manggil gue dengan sebutan crissa, batal deh"

"Oke deh gue minta maaf. Terus apa yang harus gue lakuin nih biar kita berdamai?"

"Satu kebaikan. Lakuin satu kebaikan Kecil buat gue."

.......

"Hai kak rafa." Sapa rain girang. Mendekati rafa dan mencoum kedua pipi rafa.

Rafa mengalihkan pandangannya ke arah rain adiknya ini. Dengan jarak sedekat ini, rafa tau adiknya pasti sedang dalam masalah meskipun dia telah menutupinya dengan tampang senyumnya. Rain yang tau mata rafa mengintrogasinya langsung saja mengalihkan perhatian dengan bercerita.

"Ka rafa, hari ini rain kesel banget deh sama anak yang duduk di depan rain. Dia selalu bikin olah . Suka tebar pesona pokoknya ngga banget deh, rain ga suka." Cerita rain panjang lebar. Rafa memperhatikan gaya bicara rain, gaya bicara yang sedang menutupi sesuatu. Rafa tau itu.

"Rain, akting kamu jelek!" Tandas rafa, rain melotot ke arah kakaknya itu, kemudian rafa mengelus rambut rain pelan "kamu kenapa adik manis? Ada masalah apa?" Tanya rafa, rain menunduk menahan tangisnya.

Di rengkuhnya rain kedalam pelukan rafa, dan tangis itu berderai, rafa terus menenangkan adik kecilnya itu. Hingga saat tenang, rafa melepaskan pelukannya, meminta rain menceritakan sejelas jelasnya kejadian kepada rafa.

Dan mengalirlah kejadian kejadian tadi dari mulut rain, rafa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Selalu masalah yang sama, kecemburuan. Padahal rafa tau, rain dan revan sudah menjalin hubungan satu tahun yang lalu, tapi kenapa juga revan masih selalu saja mencemburui rain?

Rafa berdecak sebal, di ulurkan tangannya ke arah wajah rain dan menghapus jejak air mata yang tertinggal.

"Rain, dengerin kakak! Bener apa yang dikatain temen kamu itu, air mata kamu itu terlalu berharga untuk lelaki yang hanya menilai dari luarnya saja. Dari awal kan kakak ngga setuju kamu sama revan. Dia terlalu tempramen rain" ucap rafa lembut.

"Maafin rain kak" ucap rain sedih.

"Kamu tau rain? Kamu masih rain yang sama, manja, penurut. Dan sangat manis di hadapan kakak. Tapi kamu sangat berbeda , kamu menjadi rain yang tegar, ambisius dan tegas. Saat berada di antara teman-temanmu."

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang