8

8.5K 556 4
                                    


•Author's Point of View•

Pagi yang cerah memang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Hanya sebagian. Berarti ada sebagiannya lagi yang merasa terbebani atau malah merasa 'mendung'.

Diantara orang orang itu, Nadyn termasuk salah satunya. Langit yang cerah serta angin pagi yang sejuk tidak sejalan dengan suasana hati dan pikirannya yang malah seperti terkena badai tornado.

Bahkan poster Justin Bieber yang ia pasang besar besar di dinding atas TVnya tidak membuatnya bersemangat. Padahal biasanya hanya dengan melihat poster pria tampan dan berbakat pelantun lagu "Love Yourself" itu selalu sukses membangkitkan kembali semangat paginya.

Tapi hari ini sepertinya tidak. Dari awal bangun tidur sampai sedang sarapan ini wajahnya tidak menampakkan senyum sama sekali.

Nadyn malah terkesan seperti orang gila, karena ia tiba tiba akan berlagak menangis dan merengek seperti "iiiiihhhhh" atau "aaaahhhh".

Sampai sampai Mamanya menatap anak bontotnya itu heran.

"Adek kamu kenapa yan?"

"Tau, anak mama kenapa itu ya?"

"Patah hati ya dia?"

"Emang ada yang mau sama dia ma?"

"IH AKU MASIH BISA DENGER TAU"

Nadyn mendelik kearah kakaknya kesal lalu wajahnya berubah menjadi cemberut. Mamanya hanya tertawa kecil melihat kelakuan anak bungsunya itu.

"Kamu kenapa sih de?" Tanya Shella-mama Nadyn Fabrian-

"Jangan panggil aku adek ih mama, lagian aku ga kenapa napa.. cuma ya gitu"

Shella menatap anaknya aneh. Bagaimana ia bisa mengerti jika jawabannya "ya gitu".

"Udahlah gausah dipikirin Dyn, lagian kalo lo diapa apain tinggal telfon gue aja.."

"Ya ga gitu yan... lo itu ga bakal selalu ada di dekat gua terus, dan lo juga gabakal selalu dateng tepat waktukan?"

"Gue akan berusaha, Dyn"

Fabrian menoleh dan tersenyum, Nadyn juga ikut melakukan hal yang sama. Tetapi setelahnya, Nadyn membuang pandangan dan menghela nafas.

"Sudah sudah, itu sarapannya dihabisin cepetan terus berangkat."

Fabrian dan Nadyn kembali melahap sarapan mereka lalu berjalan beriringan menuju rak sepatu setelahnya. Mereka berdua mengambil sepasang sepatu Converse Hitam masing masing dan bergegas memakainya.

"Ma Fabrian pergi dulu ya"

"Nadyn juga ya ma"

Shella menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada kedua anaknya itu. Setelah mencium tangan Shella, Fabrian dan Nadyn menaiki Motor Fabrian. Setelah nyaman, Fabrian memberikan Helm Kepada Nadyn. Setelah keduanya siap, Fabrian menurunkan kaca helmnya dan menaikkan standar.

"Pegangan"

Nadyn melingkarkan kedua tangannya di perut Fabrian yang terbalut sweater. Sesaat kemudian, Motor Itupun telah Melesat meninggalkan Rumah mereka.

>•<>•<>•<>•<>•<>•<>•<>•<>•<>•<>•<>•<

Bel Istirahat telah berbunyi. Murid murid mulai berhamburan keluar kelas setelah Bu Nila mengucapkan salam dan keluar kelas.

Aku masih duduk di Bangku kelas dengan Buku catatan tergeletak diatas Meja. Tanganku masih sibuk mencatat Tulisan tulisan di Papan Tulis.

Suara Sarah yang merengek minta ditemani ke Kantin terdengar Jelas sekali di telingaku, tetapi aku tidak menanggapi karena masih Fokus dengan Tulisan yang ku salin. Aku sedang rajin sekarang, dan hal itu jarang terjadi membuatku tidak mau menyia-nyiakannya.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang