11

8.4K 619 26
                                    


Cowo bertubuh tinggi tegap itu berdiri dengan ragu di depan sebuah Rumah Mewah dari Kayu dilengkapi dengan bambu bambu yang menghiasi pekarangan.

Dulu, ia tidak pernah ragu untuk berkunjung.

Dulu, ia tidak pernah ragu juga untuk langsung masuk seraya mengucapkan salam.

Dulu, ia tidak pernah merasa takut untuk menginjakkan kaki di lantai rumah ini.

Dulu, ia pasti akan bermain dengan penghuni rumah itu sampai larut malam.

Cowo itu perlahan berbalik dengan senyum kecut. Lalu mengendarai motornya meninggalkan rumah.

Banyak hal yang dapat dilakukannya di rumah ini tanpa perasaan canggung dan takut. Tapi itu dulu, sekarang semua telah berubah.

Semenjak kecelakaan sialan itu.

▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪○▪

Ting tong!

Gadis itu menoleh kearah pintu. Menyerngit bingung.

'Siapa yang kesini malem malem.'

Gadis itu menggerakkan spatula yang ada di tangan kanannya. Mengaduk aduk makanan yang sedang dimasaknya.

"Yan bukain pintu dong!"

"Temen lo kesini, Dyn?"

"Gatau, tapi tadi ada yang mencet bel."

Tidak lama terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Nadyn, gadis itu, menoleh ke arah tangga lalu tangan kirinya bergerak mematikan kompor.

Gadis itu dengan cekatan meraih piring lalu menuangkan masakannya. Setelah tertata, ia melepas apron dan meletakkan makanannya keatas meja makan.

Nadyn berjalan menuju pintu, sedikit heran karena Fabrian belum kembali masuk rumah bersama tamunya.

"Ada siapa yan?"

Deg.

"L-lo ngapain disini?"

"Mau ketemu lo, tapi kenapa malah disambutnya sama dia?"

Disana, Gilang berdiri dengan kantong plastik berisi Martabak Toblerone. Matanya menatap tajam Fabrian yang juga sedang menatapnya tajam.

"Jadi, ada hubungan apa lo sama musuh ini?" Tanya Gilang. Ia menekan kata "musuh" saat bertanya.

"Kenapa emang? lo ngapain ke sini? Bawa gini-ginian segala."

Fabrian menepis kantong plastik di tangan kanan Gilang sehingga kantong itu terlempar tidak jauh ke belakang.

"Yan.."

Nadyn menyentuh lengan Fabrian dengan lembut, berharap bisa meredamkan emosi kakaknya itu.

Gilang terkekeh lalu maju perlahan ke hadapan Nadyn.

"Oh, gue tertarik sama cewe disebelah lo, teman lama ."

"Atau bisa dibilang, Mantan sahabat?"

Rahang Fabrian mengeras. Napasnya mulai tak tenang. Dan tepat saat tangan Gilang terangkat hampir menyentuh lebih tepatnya menyolek pipi Nadyn, kepalan tangan Fabrian menghantam pipi Gilang.

"Yan!" Pekik Nadyn.

Gilang terjengkang kebelakang. Cowo itu terkekeh pelan, pipi kanannya terlihat memerah.

"Pukulan lo ga pernah berubah Yan, persis 3 Tahun lalu. Lemah."

"Sialan!"

Fabrian langsung bergerak menerjang Gilang. Ia memberikan pukulan pukulan, begitu juga Gilang padanya.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang