23

544 33 1
                                    

Dua sejoli itu telah berpindah dari gazebo kembali ke dekat mobil city yang terparkir di pinggir jalan, yang laki-laki sibuk mencari sesuatu di dalam bagasi mobilnya. Sementara yang perempuan bersandar di badan mobil. Keduanya dalam keadaan basah kuyup, Nadyn, perempuan yang sedang bersandar itu bersedekap seraya mengusap lengannya mencoba mengalahkan dinginnya angin malam.

"Dingin ya?"

Gilang berjalan dari bagian belakang mobil dan membawa sebuah sweater hitam dan dua sweatpants abu lalu menyerahkan sweater dan satu celananya kepada Nadyn.

"Ganti cepetan."

Nadyn meraih pakaian dari tangan Gilang lalu berbalik hendak memasuki mobil. Membuka pintu, Nadyn terdiam.

"Lo nunggu disini?" Tanya gadis itu seraya menoleh.

"Yaiyalah masa gue tinggal? Kasian dong, mobil guenya." Gilang tersenyum jenaka melihat Nadyn yang mendelik ke arahnya.

"Jangan ngintip!"

"Ngintip ahh!"

"Ih Gilang!"

Gilang hanya terkekeh sambil mengayun-ayunkan tangannya mengisyaratkan Nadyn untuk bergegas masuk. Membalikkan badan menghadap pepohonan hutan.

Selang beberapa menit, terdengar suara pintu terbuka diikuti dengan keluarnya Nadyn dari mobil. Terbalut dengan sweater hitam yang jelas terlalu besar dan sweatpants membuat Nadyn terkesan tomboy tetapi di mata Gilang tetap saja imut.

"Tunggu sini, gue ganti dulu."

"Iya."

Berganti posisi, Gilang memasuki mobil sementara Nadyn berada di luar. Gadis itu berjongkok seraya memainkan bunga-bunga kecil yang tumbuh di pinggiran jalan setapak ini.

Memetik beberapa bunga berwarna kuning dan putih itu, Nadyn menyelipkan dua ke belakang telinganya. Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka ikon kamera. Sedang asyik memotret dirinya sendiri, Nadyn mendengar suara mesin mobil menyala diikuti dengan cerminan mobil di ponselnya bergerak maju. Ia sontak berdiri dan berbalik melihat mobil city itu telah berada sekiranya 7 meter di depan.

"GILANG!!!!!!!!" Seru Nadyn kencang diikuti dengan mobil berhenti. Jendela pengemudi mobil terbuka dan menyembulah wajah tampan Gilang dengan cengirannya seraya tertawa,

"Ayo masuk buruan."

Nadyn, dengan kesal berjalan menghampiri mobil seraya mendelik ke arah Gilang. Jahilnya cowo itu benar-benar tidak ada habisnya. Terduduk di kursi depan, Nadyn sekali lagi melirik Gilang yang telah menatapnya tersenyum geli. Ia kemudian melepaskan sabuk pengamannya dan mendekati Nadyn dengan tangan yang terjulur meraih sabuk pengaman cewe itu.

Kali ini, Nadyn tidak panik. Walaupun detakan jantungnya tetap bertambah cepat, setidaknya ia tidak kepedean seperti tragedi sebelumnya. Ia mulai membiasakan diri dengan hal-hal kecil yang Gilang kerap lakukan terhadapnya, seperti kebiasaan memakaikan sabuk pengaman ini.

Setelah terdengar suara click, Gilang kembali memakai sabuk pengamannya dan menjalankan mobil keluar dari kumpulan pohon pinus yang mengelilingi mereka menuju jalan raya.

"Laper ga?" Tanya Gilang. Nadyn menoleh dan mengangguk kecil.

"Mau makan apa?" Tanya Gilang lagi. Terdapat keheningan sejenak selama Nadyn memikirkan apa yang tepat untuk makan malam ini. Menyesuaikan dengan cuaca yang cenderung dingin, Nadyn menjawab

"Mau yang panas panas."

"Makan areng mau?"

"Debus dong?"

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang