12

9.7K 646 43
                                    

Seorang cowo memasuki pekarangan rumah mewahnya dengan langkah lesu. Wajahnya yang datar dihiasi oleh bercak-bercak memar, di sudut bibirnya juga masih terlihat bekas luka robek.

Walaupun tadi luka-lukanya sudah diobati oleh Nadyn dengan Obat-obatan seadanya, tetapi cewe itu melewatkan 1 luka cowo itu, luka di pundaknya belum diobati.

Luka itu semakin terasa perih saat Gilang, cowo itu, tersungkur ke tanah dan lukanya menghantam tanah tadi. Saat Fabrian menerjangnya.

Gilang memasuki rumahnya seraya mengucapkan salam yang ditanggapi oleh Bi Ani.

"Eh Den udah pulang, mau makan sekarang apa nanti, Den?" Tanya Bi Santi.

"Gausah deh bi, Gilang ga makan."

"Oh gitu, yasudah."

"Oh iya Den!" Ucapnya lagi saat Gilang sudah mulai beranjak menaiki tangga.

"Ada Bapak diatas."

Gilang lantas menoleh kaget. Tau begitu, ia tidak akan pulang ke rumah sekarang dengan keadaan memar memar seperti ini.

Gilang bergegas berbalik dan hendak keluar lagi dari rumahnya.

Tapi terlambat.

"Gilang" Suara bass khas bapak bapak itu membuat Gilang mengumpat.

Ayahnya berdiri di anak tangga teratas sambil menatapnya.

Gilang menunduk dan berbalik.

"Sedang apa kamu disini? Kan saya sudah pernah bilang, kalau ada saya dirumah ini kamu jangan kemari."

Kalimat itu, Kalimat pertama yang diucapkan ayahnya setelah 5 bulan tidak bertemu karena perjalan bisnis ayahnya.

Gilang masih menunduk, sibuk menikmati rasa sakit yang mulai menjalar di hatinya.

"Kenapa diam saja? Sana kamu cari hotel atau apapun itu."

"Pa, Gilang ma-
Kenapa? Uang kamu kurang? Nanti saya transfer. Yang penting sekarang kamu pergi dari sini."

Perkataan Gilang disela begitu saja. Harapannya pupus sudah untuk kembali rujuk dengan ayahnya. Ia kira setelah 5 bulan lamanya tidak bertemu, ayahnya itu akan memaafkannya. Tapi nyatanya tidak.

Sedih? Pasti. Bahkan air matanya sudah mulai menggenang di matanya.

"Maaf pa.. Gi-Gilang pergi dulu"

Ia berbalik dan berjalan keluar rumah mewah itu. Saat pintu utama sudah tertutup, Gilang menghela napasnya. Mengusap matanya, menghilangkan air mata.

Berjalan menuju motornya dan meninggalkan rumah mewah itu. Tujuannya adalah, Rumah Kevin.

><><><><><><><><><><><><><><><

Suasana kelas saat ini masih sepi. Maklum, masih 45 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Kelas 10-3 baru berisikan 4 murid, termasuk Nadyn yang sedang duduk di bangkunya.

Kepalanya ia telungkupkan ke atas tumpukan tangannya di meja. Rambutnya tergerai dengan ujung ujung yang masih basah menjuntai kebawah. Jarinya mengetuk mengetuk meja dengan mata terpejam.

Gadis itu sedang banyak pikiran sekarang. Pikiran tentang perkataan Fabrian tadi pagi juga tentang kejadian kemarin malam.

2 hal itu terus saja berputar putar diotaknya membuat ia ingin jatuh tertidur sekarang juga supaya melupakan hal itu.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang