Lama-kelamaan Nadyn sadar bahwa Gilang terus saja menatapnya. Alih-alih merasa risih Nadyn malah menjadi salah tingkah. Ia melirik ke arah Gilang lalu kembali menatap ke air. "Kenapa?" Tanya Nadyn.
"Apanya?" Gilang masih belum berpaling.
"Lo, ngeliatin."
Baru saat itu Gilang berpaling. Bibirnya masih mengukir seulas senyum tipis. Entah apa yang berbeda dari Nadyn, cewe ini terus membuatnya merasa lembut. Padahal biasanya Gilang bersikap kasar dan anarkis.
"Gapapa dong, kan punya mata." Ujarnya enteng seraya mengeluarkan sebungkus rokok yang masih di segel dari Kantung celananya yang masih basah. Untung saja Gilang selalu menyetok rokoknya di setiap kendaraan yang ia punya. Jadi saat kehabisan seperti ini, Gilang tidak harus mencari-cari ke warung.
Nadyn menoleh, memperhatikan gerak-gerik Gilang. Cowo itu mengeluarkan sebatang rokok dan menyelipkan diantara bibirnya. Tangan kanannya kembali merogoh ke dalam saku celananya dan mengeluarkan korek. Gilang menyalakan korek dan mendekatkan ke ujung luar rokoknya, disusul dengan keluarnya asap dari mulutnya.
"Kenapa? Mau?" Tanya Gilang. Tangan kirinya meraih rokok dan menyelipkan di kedua jarinya sedangkan tangan kanannya meletakkan korek yang baru saja dipakai di sebelahnya.
"Boleh?" Nadyn membalikkan pertanyaan dengan wajah menantangan. Gilang langsung menoleh.
"Nggalah! Gila kali!" Semprotnya langsung sambil menghisap rokoknya.
"Emang kenapa?"
"Gaenak."
"Terus kenapa lo isep?" Gilang kembali menoleh, membawa rokok itu keantara bibirnya dan menghisapnya sebelum mengeluarkan gumpalan asap.
"Enak" Jawab Gilang singkat. Nadyn memutar bola matanya malas.
"Tadi katanya gaenak, sekarang enak. Dasar ga konsisten"
Gilang tertawa lalu memalingkan wajahnya ke arah lain, menghisap rokoknya lagi.
"Gapapa yang penting perasaan gue konsisten." Kata Gilang sambil tersenyum jahil.
Wajah Nadyn langsung memerah. Hatinya kembali berdebar dengan cepat. Ia menatap rerumputan di bawahnya sambil menahan senyum.
"Coba lo ga sama Fabrian, Dyn." Gilang bergumam tetapi masih dapat didengar jelas oleh Nadyn. Gadis itu terdiam memikirkan segala perkataan kakaknya yang selalu melarangnya berdekatan dengan Gilang. Ia menggigit bibirnya mempertimbangkan sesuatu.
'Kalo ga sekarang kapan lagikan? Lagian kalo nanti juga tetep bakal ketauan.'
Nadyn menoleh, menatap wajah Gilang yang menghadap ke ke pepohonan di sekitar seraya menghisap rokoknya. Memantapkan hatinya sebentar.
"Gue sama Fabrian ga pacaran." Ucap Nadyn. Suaranya kecil hampir tidak terdengar, kepalanya menunduk kembali menatap rerumputan. Gilang lalu menoleh. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadynalla's Story
Teen Fiction[DISCONTINUED] Gilang si Pentolan sekolah dan Nadyn si cewek apes yang terjebak di 'medan tempur'. •Bad Boy Story• [HarinIsHarin's First Book] 🚩Highest Rank May 11 2019 🏅#15 on Gilang May 12 2019 🏅#4 on Competition May 14 2019 🏅#18 on Possesif