16

4.9K 368 24
                                    

WARNING!
TYPO(s) Everywhere~

VOTE AND COMMENT YA!❤️

HAPPY READING!

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

Fabrian mengunci pandangannya pada sepasang objek yang tak jauh darinya. Rahangnya mengeras. Ia tak habis pikir, bisa bisanya cowo itu berbuat nekat dengan menyeret adik kecilnya ke arena pertempuran.

"Dia ga punya otak atau apa?"

Fabrian terus mengawasi pergerakan dua orang itu, mencari celah yang tepat untuknya bergerak merebut tangan adiknya dan membawanya pergi.

Tangan kanan Fabrian bergerak memutar-mutar Cr-nya santai, seakan akan benda tajam dan berbahaya itu hanyalah sebuah stik drum kayu yang enteng. Sementara itu tangan kirinya tergantung disebelah tubuhnya. Ya, cowo itu memang tidak ikut "berburu mangsa" bersama teman temannya. Memang berada di arena pertarungan tetapi tidak di tengah-tengahnya, ia berada sedikit di belakang dan tidak ada niatan untuk bergerak maju menghampiri lawannya. Ia membiarkan musuh musuhnya itu yang datang dan menghampirinya, berusaha melumpuhkannya.

Salah seorang pasukan Gilang yang berhasil melewati pasukannya berdiri tepat di depan Fabrian. Cowo itu masih berdiri tenang dengan wajah datar menatap musuh di hadapannya. Ia cukup mengenali wajah musuhnya ini, kalau tidak salah, namanya Haris.

Tidak mau berlama-lama, Haris langsung menyerang kepala Fabrian dengan balok kayu yang ada digenggaman tangan kanannya. Fabrian menepis serangan itu dengan mudah, ia mengayunkan Cr-nya ke lengan kanan Haris dan menghajar perutnya dengan tangan kiri.

Haris melenguh kesakitan, tubuhnya oleng kebelakang. Di lengannya terukir garis luka yang sangat perih begitu juga perutnya. Hanya dengan sekali serang saja, Fabrian dapat melumpuhkan Haris. Cowo itu bahkan tidak bergerak dari tempatnya barang sedikitpun.

"Udah sana minta obatin."

Fabrian terkekeh sebentar mendengar pernyataannya sendiri lalu mengibas-ibaskan tangan kirinya, mengusir Haris.

Haris mendesis dengan tatapan benci kepada Fabrian dan berlalu dari hadapannya.

Fabrian kembali terdiam menatap Musuh terbesar dan adiknya. Tidak lama, ia melihat sahabatnya Redi menghadang kedua orang itu.

'Nice Redi!'

Fabrian langsung saja mendekat perlahan sambil mengawasi sekitarnya. Ia tahu bahwa Redi, sahabatnya itu tidak akan mudah dilumpuhkan oleh Gilang apalagi hanya dengan satu tangan. Fabrian terus berjalan mendekat sampai saat Gilang melepaskan genggamannya pada tangan Nadyn, Fabrian langsung berlari meraih tangan Nadyn yang lainnya dan menarik gadis itu pergi ke arah berlawanan dari sekolahnya.

Nadyn terkejut saat tiba-tiba ada yang menarik tangannya keras, keinginan untuk teriak ia urungkan setelah mengenali siapa pelakunya.

Ia ingin bersyukur sekarang karena kakaknya itu datang dan membawanya pergi dari tempat ini, tapi di sisi lain ia juga takut. Ekspresi di wajah kakaknya itu sangat tidak bersahabat, dapat dipastikan cowo itu sedang menahan amukannya sekarang.

"Yan ma-"

"Diem."

Nadyn langsung menurut, kakaknya itu menyeramkan kalau sedang marah.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang