20

3.1K 197 26
                                    

⚠️ WARNING ⚠️
Typo(s) overload.
VOTE AND COMMENT YA!

10 menit berlalu, masih dengan keheningan yang menenangkan bagi keduanya. Jantung Nadyn masih berdetak cepat, menyadari saat ini cowo brandalan itu sedang berbaring di pahanya. Ditambah lagi tangannya yang digenggam oleh Gilang.

Nadyn membuka kedua matanya dan menunduk menatap Gilang. Mata cowo itu tertutup. Setelah menginformasikan niatnya tadi, Gilang tidak mengeluarkan sepatah katapun lagi, bergerakpun tidak. Walaupun begitu, Nadyn bisa merasakan Gilang tidak tertidur. Deru napasnya tidak teratur.

Nadyn terus mengagumi paras dari laki-laki di bawahnya ini. 5 menit berlalu hanya dengan Nadyn memandangi wajah Gilang.

"Ganteng ya?"

"Iya."

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Nadyn langsung menjawab dengan kejujuran 1000%. Yang sedetik kemudian langsung disesali olehnya. Ia menyadari ia telah memalukan dirinya sendiri sekarang. Lamunannya langsung buyar, matanya membulat polos.

Wajahnya seketika memerah saat melihat Gilang yang sekarang telah membuka matanya dengan senyuman puas di bibirnya. Gilang tertawa kecil, jempol tangannya yang menggenggam tangan Nadyn bergerak-gerak mengelus punggung tangan cewe itu.

"Tau kok."

"Hiih."

Jawaban kelewat percaya diri itu langsung dibalas dengan cibiran dan ekspresi geli oleh Nadyn. Kemudian Gilang kembali tertawa, dibalas dengan lirikan malas Nadyn.

"Lo udah ga marah?"

"Masih."

"Terus ini ngapain?"

"Kasian aja gue liat lo sendirian di bawah pohon gini kaya jomblo."

"Ya emang jomblo."

"Loh, kode?"

"Idih!"

Gilang kembali tertawa. Nadyn hanya menatapnya malas. Mata Gilang lalu bertemu dengan tatapan Nadyn. Keduanya terus berpandangan mengagumi paras keduanya.

Gilang mengangkat tangannya, menyentuh pipi Nadyn. Mengelusnya dengan senyuman yang jarang kalian lihat muncul di wajah, Nadyn bisa merasakan, rasa panas menjalar ke pipinya. Ia yakin 100% pipinya pasti berwarna merah sekarang.

Tubuh Nadyn membeku, ia mengalihkan pandangannya kemanapun kecuali mata Gilang. Gilang menurunkan kembali tangannya, ia menatap lurus ke langit biru yang terhalang dedaunan. Kembali menutup matanya.

"I'm sorry."

"For?"

"Maksud gue ga gitu, gue cuma... worried, you know?"

"Gue ngerti, gue gabakal minta lo obatin gue lagi kok." Gilang membuka matanya kembali menatap wajah Nadyn yang masih melihat ke arah lain.

"Ng-ngga kok, gue sebenernya ga k-ke-keberatan. E-eh sebel sih tapi gapapa maksudnya, kan bi-biasanya gara-gara Fabrian jadi itung aja g-gue bales budi."

'Why the fuck am i stuttering?' Nadyn merutuki dirinya yang sangat nervous. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaannya saat gugup.

"Alright then." Dengan kata itu, keheningan kembali muncul.

Keduanya sama-sama memalingkan pandangan. Yang perempuan terus melirik kesana kemari, sementara yang laki-laki hanya menatap ke arah langit.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang