7

8.8K 617 6
                                    

• Author Point of View •

Nadyn berjalan memasuki pekarangan rumahnya. Kedua Kakinya ia hentak hentakkan pertanda kesal.

Saat sampai rumah tadi, ia melihat Motor milik Fabrian yang terparkir cantik di Garasi. Nadyn langsung jengkel setengah mati. Fabrian tidak menjemputnya disekolah, dan tidak memberi kabar apapun. Nadyn yang tidak tahu apa apa jadi menunggu di depan gerbang sekolahnya sampai satu setengah jam.

Sampai akhirnya ia menyerah dan pulang menaiki Gojek yang dipesannya. Untungnya Gojek itu datang dengan cepat, sehingga ia tidak perlu menunggu lebih lama lagi.

Nadyn membuka pintu rumahnya setelah mengucapkan salam. Ia menutup pintu dan berlari menaiki tangga. Ia berhenti di depan pintu kamar kakaknya. Menarik napas dan menghembuskannya lagi. Tersenyum sedetik lalu kembali memasang tampang sinisnya.

Brak! Brak!

Nadyn menggedor pintunya dengan keras. Tanpa menunggu, ia langsung membuka pintu kamar Fabrian dengan kasar. Nadyn menatap lelaki berwajah tampan yang sedang telentang diatas kasur itu dengan tajam.

Terdengar dengkuran halus yang dikeluarkan oleh mulutnya yang sedikit terbuka. Bahkan suara bantingan pintu yang kencang pun tidak membangunkan laki laki itu dari tidurnya.

Nadyn mendengus kesal, ia berjalan seraya menghentakkan kakinya mendekat ke kasur. Ia menarik bantal yang tergeletak dilantai dan melemparkannya dengan ganas tepat ke wajah Fabrian.

Alis lelaki itu mengerut saat merasa ada yang menimpuknya dengan barang empuk. Ia bergumam pelan lalu menggeliat mengganti posisi tidurnya menjadi menghadap ke balkon kamar, memunggungi Nadyn.

Nadyn yang melihat itu tambah kesal. Ia berjalan memutar sehingga berhadapan dengan kakaknya lalu menjepit hidung mancung Fabrian dengan jari jempol dan telunjuknya ganas. Wajahnya manampilkan ekspresi tokoh tokoh antagonis di sinetron remaja.

'Rasain lo'

Fabrian yang merasakan sesuatu menghalangi masuknya oksigen ke dalam hidungnya menyerngit. Mulutnya megap megap seperti ikan yang di taruh di daratan. Tak lama, kedua mata itu terbuka. Nadyn langsung melepaskan jepitan tangannya, dengan sigap Fabrian langsung menghirup udara sebanyak mungkin.

"Lo apa apaan sih?" Tanya Fabrian sambil menatap adiknya kesal.

"Harusnya gue yang ngomong gitu! Lo apa apaan ga ngabarin gue kalo lo ga jemput hah?! Kan gue jadi nungguin satu setengah jam di Gerbang kaya orang bego!" Nadyn menjelaskan dengan nada suara yang meninggi lalu ia menyedekapkan kedua tangannya didepan dada seraya menatap mata Fabrian tajam.

Fabrian hanya nyengir menampilkan deretan gigi putihnya. Ia menggaruk belakang kepalanya kikuk.

"Sorry adik gue yang cantik, gue lupa ngabarin. Gue ada urusan di sekolah. Terus handphone gue ketinggalan dikolong meja... gue nyadarnya pas udah nyampe rumah" Jelas Fabrian masih dengan cengiran di wajahnya.

"Ish bodo ah" Nadyn berbalik dan berjalan keluar dari kamar Fabrian menuju Kamarnya.

"Gitu aja ngambek. Najis ah Baperan." Goda Fabrian sambil mengikuti langkah Nadyn dari belakang.

"Ngapain masuk masuk? Keluar ah!!" Nadyn mendorong tubuh fabrian sekuat tenaga keluar dari kamarnya. Fabrian menyerah dan terkekeh pelan. Saat sudah di depan pintu, Fabrian membalikkan tubuhnya sehingga berhadapan dengan Nadyn.

"Maaf deh, gue lupa banget"

"Ya lo hubungin gue pake hape temen lo kek, kan gue jadi gausah nunggu" Jawab Nadyn ketus.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang