13

8K 529 50
                                    

Dua anak remaja itu berlari mendekati meja informasi Rumah Sakit. Gilang, si cowok, langsung bertanya keberadaan pasien SMA yang baru saja sampai dengan ambulance kepada pegawai yang bertugas.

"Pasien masih berada di ruang UGD lebih lanjutnya, mas bisa langsung ke sana saja." Jawab Pegawai itu sambil menunjuk lorong dengan plang atas kecil bertuliskan "UGD".

Setelah mengucapkan terima kasih, mereka berdua kembali berlalri ke ruang UGD. Di sana, ada Bu Nuri yang duduk di kursi tunggu ruang UGD. Mereka langsung menghampirinya.

"Nadyn gimana bu?" Tanya Gilang.

"Kalian kenapa disini?"

"Gimana keadaan Nadyn bu?" Bukannya menjawab, Sarah malah kembali melontarkan pertanyaan sejenis sebelumnya dengan suara lebih ditekankan.

Bu Nuri menghela napasnya. Ia tahu mau di perintahkan berkali-kali pun, kedua muridnya ini tidak akan mau kembali ke sekolah.

"Nadyn masih ditangani dokter, kalian berdoa aja mudah mudahan Nadyn baik baik aja"

"Aamiin."

Setelah menjawab dengan serempak, mereka berdua memutuskan untuk ikut duduk di kursi tunggu.

Gilang menyandarkan tubuhnya ke kursi, kepalanya menenggak sampai bagian belakangnya menyentuh tembok. Matanya terpejam dan keningnya berkerut.

Ia begitu mengkhawatirkan gadis yang sekarang sekarang sedang berbaring di dalam ruang UGD dengan dokter dan para suster yang menanganinya.

"Semoga dia baik baik aja." Doanya dalam hati.

Suara ketukan pantofel berheels terdengar mendekat, Gilang membuka matanya dan menoleh. Seorang wanita berumur kisaran 40-an berjalan tergesa-gesa dengan wajah yang menyiratkan kekhawatiran.

Wanita itu menghampiri Bu Nuri yang langsung berdiri.

"Bagaimana keadaan Nadyn bu?"

"Nadyn sedang ditangani dokter bu, Ibu duduk dulu.."

Wanita itu ikut duduk di bangku sebelah Bu Nur.

Wajahnya sangat terlihat khawatir. Tidak lama, ia langsung meraih ponselnya menelepon seseorang. Gilang bisa mendengar sedikit apa yg dibicarakan wanita itu, menyuruh seseorang untuk cepat datang.

Gilang melirik ke wanita itu, lalu kembali menyandarkan kepalanya ke tembok belakang.

Sama dengan Sarah yang sedang menyandarkan kepalanya dengan kedua tangan yg saling bertautan diatas pahanya.

Suasana di ruang tunggu itu menjadi sangat sunyi. Sebelum suara ketukan sepatu yang berlari terdengar mendekat. Gilang kembali membuka matanya dan menoleh, disana berdiri seseorang yang dikenalinya. Berlari dengan wajah panik.

Lelaki itu, Fabrian. Ia mendekati wanita tadi. Sepertinya orang yang diteleponnya tadi adalah Fabrian.

"Nadyn-

Rian duduk dulu, Nadyn masih ditangani."

Potong wanita itu langsung. Fabrian menghela napasnya dan melihat ke sekitar bangku ruang tunggu. Saat mata kedua musuh itu bertemu, rahang Fabrian terlihat mengeras.

Dengan cepat Fabrian berjalan mendekati Gilang dan meraih kerah kemejanya.

"Lo kan yang buat Nadyn kaya gini?"

Bentakan itu terdengar keras dan penuh amarah. Karena kekesalannya, baru beberapa detik Fabrian melontarkan tuduhan itu, Ia memberikan satu pukulan di pipi kanan Gilang seraya berteriak keras,

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang