Chapter 5

93.7K 5.2K 47
                                    

-Vanessa-

Setelah kepergian Jo, teman-teman satu kelasku langsung mengerubungiku.

Mencecarku dengan berbagai pertanyaan seperti

"Lo ada hubungan apa sama kak Jo?"

"Lo kok bisa deket sama kak Jo sih, kan lo murid baru disini"

Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan mereka yang semakin lama semakin tak kudengarkan.

Aku harus bisa memberitahu Devand bahwa dia sedang dalam bahaya. Itu yang perlu aku lakuin. Tapi masalahnya adalah aku nggak ada contact Devand sama sekali!
Aduuhh kenapa handphoneku yg dulu harus rusak segala sih. Begonya aku juga kenapa dulu nggak aku back up dulu contactnya.

"Vanessa!"

Bentakan tersebut yang mampu mengalihkan pikiranku. Kulihat Bu Marina tengah berkacak pinggang disamping mejaku.

"Kamu tidak mendengarkan penjelasan saya?!"

"Maa.. maaf bu, saya sedang tidak enak badan."

Jawabku yang sebenarnya untuk menghindari hukuman dari ibu guru cantik ini.

"Iya juga sih. Kamu pucet banget nak. Sebaiknya kamu istirahat di UKS." Pucet? Masa? Ahh.. pasti gara-gara tadi aku harus ngadepin Jo.

"Kamu bisa ke UKS sendiri atau perlu diantar?"

"Ahh.. saya bisa kesana sendiri bu."

"Mintalah obat ke penjaga UKS lalu tidur sampai istirahat selesai ya nak. Kamu kelihatan pucet banget."

"Baik bu, saya permisi dulu."

Lumayan juga istirahat di UKS selama empat jam pelajaran dan terhindar dari Fisika dan matematika. Betapa indah duniaku.

Aku berjalan menyusuri koridor dan tak sengaja melihat sosok yang tidak asing bagiku. Aku berlari untuk mengejarnya lalu sedikit ku tepuk bahunya.

"Kak Mario?"

"Nessa?"

"Syukurlah aku nggak salah orang."

Aku lega mendapati orang dihadapanku benar-benar kak Mario. Dia dulu satu kelas dengan Devand sewaktu kelas 7 SMP. Karena setiap pergantian kelas di sekolahku dulu selalu diacak berdasarkan peringkat jadi hanya di kelas 7 aja kak Mario satu kelas dengan Devand.

Itupun aku tahu sewaktu Devand dan aku bertemu dengan kak Mario di cafe. Devand menceritakan bahwa kak Mario sangat membantunya dalam pelajaran sewaktu kelas 7 dulu.

"Hallo, Ness?" Jentikan jari kak Mario berhasil membuatku tersadar dari lamunanku.

"Eh.. sorry kak sorry. Hmm.. kakak ngapain keluar kelas di jam pelajaran gini?"

"Oh itu.. kelasku sedang jam olahraga tapi gurunya ada keperluan jadi kami bebas memilih tetap di kelas atau olahraga sesukanya."

"Ahh gitu. Gimana kalau kakak nemenin aku di kantin? Ada yang mau aku bicarain sama kakak."

"Oke."

Aku dan kak Mario menuju kantin kelas sepuluh. Kak Mario sendiri yang mengusulkan untuk ke kantin kelas sepuluh alasannya karena makanan di kantin sini enak-enak.

"Kamu mau ngomong apa Nes?"

"Jadi gini kak..."

Aku menceritakan kejadian yang aku alami dari kemarin sampai tadi pagi. Tak ada banyak reaksi dari kak Mario. Well, dia itu orangnya termasuk goodboy. Kategori pinter, ganteng dan nggak neko-neko alias lurus mulus jalan hidupnya walaupun dia sering jalan bareng anak-anak geng.

"Kak Mario ada contactnya Devand?"

"Nggak ada deh kayaknya." Aku menghela nafas panjang.

"Ehh.. tunggu dulu. Kayaknya ada grup line seangkatan SMP dulu. Bentar aku cariin idnya Devand."

"Gimana kak, ketemu nggak?"

"Bentar Ness.. aahh ini dia."

"Syukurlah. Makasih ya kak." Segera kak Mario menyerahkan ponselnya ke aku. Langsung saja aku membarcode id line Devand.

"Ini kak makasih. Oh iya kak Mario pindah ke sini juga?"

"Iya.. abis lulus bokap dipindah ke sini."

"Haha sama dong kak."

"Kamu pindah karena bokap kamu juga dipindah?" Aku mengangguk-anguk sambil minum es jerukku.

"Ehm.." suara itu membuatku dan kak Mario mengalihkan pandangan kami.

"Bisa lo pergi dari sini?"

Suara dinginnya membuat kak Mario menyunggingkan seringaian kecil, kulihat kedua tangannya mengepal sempurna. Kupegang punggung tangannya sekilas lalu aku mengajaknya beranjak dari kantin.

"Ayo kak kita pergi."

"Hanya dia yang pergi, lo tetap disini Vanessa!"

"Jangan macem-macem sama dia, atau lo bisa mampus ditangan Devand kalau dia tahu wanitanya disakiti orang lain!"

"Lo!!" Jonatan menggeram lalu menutup matanya sejenak, mungkin untuk meredakan emosinya.

Kak Mario beranjak dari meja kami, sebelum berlalu dia menepuk puncak kepalaku pelan. Gaya yang selalu Devand lakukan padaku dan sekarang ditirukan olehnya mampu membuatku tersenyum.

"Dia kenal Devand?"

"Bukan urusan kakak!" Aku segera berdiri namun lengan kiriku ditahan olehnya.

"Sepulang sekolah tunggu aku di depan gerbang!"

Aku menyentak tangannya dengan keras dan berlalu dari hadapannya. Sudah cukup dia main-main denganku. Kini aku tak boleh hanya menjadi orang yang lemah dihadapannya.

Karena aku masih memiliki waktu dua jam pelajaran maka aku segera pergi ke UKS dan istirahat disana.

Untung saja penjaganya tidak terlalu banyak tanya. Aku segera membuka ponselku dan mencoba menghubungi Devand.

[Line]
Vanessa: Devand, masih inget aku?
Devand: Tentu saja! Aku sudah dengar dari Mario katanya kalian ketemu tadi. Sejak kapan kamu pindah kesini?
Vanessa: Belum lama. Gimana kalau kita ketemu? Kamu nggak kangen sama aku?
Devand: Of course I miss you babe. Oke nanti aku jemput.
Vanessa: Jangan! Kita ketemu di cafe t-pop aja.
Devand: Pokoknya aku jemput!
Vanessa: Baiklah tapi jemput aku di halte di persimpangan sekolahku, oke?
Devand: Oke, wait for me my lady.

Devand sudah gila kali ya. Bahaya kalau sampai Jo melihat Devand didepan sekolahku.

But Devand, he's still same. Hangat dan selalu membuatku nyaman bersamanya. Beda banget sama Jo yang auranya menyeramkan.

My Lovely BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang