-Author POV-
"Non Panessa, itu nang ngisor ono kancane non Panessa."
Bi Ijah dengan logat jawa yang masih kental memberitahu Vanessa bahwa teman-temannya berada dibawah.
"Suruh masuk aja bi."
"Nggih non."
Bi Ijah meninggalkan kamar Vanessa lalu terdengar suara langkah kaki yang mendekati ambang pintu kamar Vanessa.
"Baca apaan sih nona cantik sampai-sampai nggak sadar udah ada tiga bidadari di depan pintu gini hmm?"
Vanessa terkekeh mendengar celetukan Liana.
"Masuk aja lagi, pakai nunggu aku persilakan segala?"
"Aahh nyamannyaa..."
Gea dengan tiba-tiba melemparkan tubuhnya ke ranjang milik Vanessa membuat sang empunya terlonjak kaget.
"Dasar barbar!"
"Daripada lo pecundang! Masa sama Natalie aja nggak berani."
"Aku bukannya nggak berani Ge! Cuma males aja nyari masalah."
"Whatever! Gue mau tidur bentar jadi awas kalau kalian berisik!"
"Dasar pelor alias nempel molor.. hahaha."
Selagi Gea tidur, Vanessa, Liana dan Hifa sibuk dengan sesi curhat mereka. Tak berapa lama kemudian.
"Ecaaaa!!" Sesosok cowok yang dapat dibilang masuk kategori tampan berdiri di ambang pintu kamar Vanessa.
"Kevin?!"
"Iyalah ini gue!"
Vanessa langsung berlari ke arah Kevin lalu memeluknya erat.
"Gue kangen banget sama lo kampret!"
Tanpa disadari Vanessa, Liana dan Hifa tercengang mendengar perkataan Vanessa yang diluar kebiasaannya.
Biasanya Vanessa menggunakan aku-kamu dan tidak biasanya Vanessa berbicara seperti itu.
"Kayaknya lo udah keceplosan."
Kevin hanya tersenyum miring mendengar ucapan Vanessa yang dia tahu Vanessa tidak sadar mengucapkannya.
-Vanessa-
Disinilah gue, dihadapan ketiga sahabat gue yang sedang menatap gue dengan tajam! Oke mungkin sedikit demi sedikit rahasia gue bakalan terbongkar.
Tapi gue masih belum bisa buat menceritakan semua rahasia gue.
"Jadi kenapa lo pakai aku-kamu selama ngobrol sama kita?"
Liana dan Hifa juga memutuskan untuk berbicara santai sama gue dengan mulai menggunakan gue-lo dan bukan aku-kamu lagi.
"Sebenarnya itu berhubungan sama masa lalu gue."
Mereka bertiga menaikkan alisnya.
"Ceritakan kalau begitu!"
Gea menatap gue tajam banget. Udah kayak ada kilat aja dimata dia.
"Dulu gue itu termasuk troublemaker."
"Apa?!"
"Kalian bertiga bisa nggak sih kalau nggak barengan? Udah kayak paduan suara aja."
"Bukan waktunya bercanda, lanjutin ceritanya!"
Kini Hifa berkacak pinggang masih sambil menatap gue penuh tanya.
"Gue dulu troublemaker waktu SMP. Untungnya ada Devand disamping gue. Gue sih masih sebatas troublemaker kecil doang nggak kayak Devand yang King of Troublemaker. Dan perlu kalian tahu, SMP gue dulu itu milik keluarga Devand. Lebih tepatnya didirikan oleh kakeknya Devand. Jadi setroublemaker apapun gue nggak bakalan ada yang berani ngeluarin gue karena gue sangat dekat dengan Devand."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Badboys
Teen FictionKehidupan Vanessa berubah semenjak ia bertemu dengan Jonatan, si badboy yang notabene ketua geng SMA Bina Bangsa. Namun bagaimana kehidupannya kini setelah dia juga kembali dipertemukan dengan Devand, badboy yang juga menjabat sebagai ketua geng SMA...