Chapter 19

72.7K 3.9K 78
                                    

"Kenapa lo Ca?"

"Kalau lo kesini cuma mau ganggu gue mending lo sekarang keluar dari kamar gue Vin. Gue lagi nggak mau diganggu."

"Lo lagi ada masalah?"

Vanessa tak menanggapi pertanyaan Kevin. Dia tetap berdiri di balkon kamarnya menatap langit malam tanpa bintang. Angin malam yang kini menerpa rambutnya bahkan tak mampu mengusik kegelisahan gadis itu. Kevin mendekati sepupunya itu, ikut berdiri disamping Vanessa sembari menyampirkan selimut yang baru saja dia ambil dari kamar gadis itu.

"Malam ini dingin. Tapi kayaknya hati lo saat ini lebih dingin dari udara malam ini."

"Vin..."

"Hmm?"

"Mungkin nggak sih kita mencintai dua orang sekaligus?"

Kevin terkekeh kecil lalu mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius dari sebelumnya.

"Cinta itu cuma satu. Kalau lo menganggap lo sedang jatuh cinta sama dua orang itu salah. Coba tanya lagi sama hati lo, siapa yang sebenarnya lo cintai, siapa yang bikin lo nyaman, siapa yang bikin detak jantung lo lebih cepat dibanding biasanya, siapa yang paling sering ada di pikiran lo."

Siapa yang paling sering ada di pikiran gue? Dia... Jonatan. Tapi bukankah cinta gue cuma buat Devand sejak dulu? Mana mungkin aku mencintai Jonatan.

"Ca..."

Vanessa menatap Kevin dengan tatapan sendu.

"Gue tahu apa yang ada dipikiran lo. Lo pasti sedang berusaha menetapkan hati lo untuk selalu berpihak pada Devand kan?"

Vanessa mengangguk lemah. Kali ini Vanessa tak dapat menyembunyikan semuanya dari Kevin.

"Lo salah Ca. Pilihan akhir lo itu bukan bergantung pada siapa yang lebih dulu singgah di hati lo tapi siapa yang bertahan menetap untuk lo. Dia yang selalu ada buat lo."

"Jadi menurut lo gue cinta sama Jonatan dan Devand hanya sebatas masa lalu gue?"

"Gue nggak bilang gitu, tapi gue cuma bantu lo membuka mata dan hati lo. Dari dulu emang Devand yang selalu ada buat lo sampai dia pindah dan lo menutup hati lo. Tapi tanpa sadar disaat yang bersamaan datang Jonatan dan Devand yang juga kembali ada buat lo. Mungkin awalnya lo membuka hati lo untuk Devand tanpa lo sadari ada sosok lain yang juga memasuki hati lo."

Vanessa masih mematung mendengarkan Kevin. Dia menimbang semua perkataan sepupunya itu.

"Menurut gue Devand bego. Dia salah strategi. Dia malah memilih mundur teratur bukannya bersikeras meraih lo lagi."

"Tapi dia mundur supaya gue selamat. Dia takut Jonatan ngelukain gue."

"Itu alasan kenapa gue bilang dia bego. Harusnya dia sadar, semengerikan apapun Jonatan dia nggak bakalan berani ngelukain cewek apalagi cewek kayak lo."

"Tapi gue... gue sendiri masih ragu sama perasaan gue Vin. Dan gue nggak tahu gimana perasaan Jonatan ke gue."

"Dia pernah bilang sayang atau menyatakan bahwa lo milik dia?"

Vanessa mengangguk pelan lalu ikut duduk disamping Kevin di sofa balkon kamarnya.

"Itu berarti dia sayang sama lo."

"Tapi tadi dia berubah Vin. Dia bahkan sama sekali nggak mau ngelirik ke arah gue."

"Sebelumnya lo bilang sesuatu yang mungkin nyakitin dia?"

"Mungkin iya... gue bilang ke dia kalau hidup gue nggak tentram lagi setelah ada dia. Dan gue bilang ke dia buat ngejauh dari gue."

"Vanessa... Vanessa... dari dulu lo tuh gegabah ya. Nggak mikir dulu sebaiknya gimana."

My Lovely BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang