Chapter 15

72.1K 3.8K 30
                                    

-Author-
Vanessa bangun dengan kantung mata yang menghitam. Semalaman, ralat sejak pulang dari cafe dia mengunci diri dan menangis di kamarnya. Bahkan dia baru tertidur pukul tiga pagi setelah dia lelah menangis seharian.

Vanessa memaksakan dirinya bangun lalu mandi secepat kilat. Setelah ganti baju, Vanessa turun ke ruang makan. Di ruang makan sudah ada papa, mama dan Kevin yang sedang melirik ke arahnya.

"Ca muka lo jelek amat. Kenapa? Putus sama Jonatan lo itu?"

"Bisa diem nggak lo?! Atau lo mau gue pelintir sampai mata lo pindah ke kaki?!"

"Diihh serem amat. Kayaknya beneran putus nih."

"Lo bacot banget sih Vin! Lagian kalau gue putus sama Jonatan itu sama aja gue dapet undian mobil lambo yang artinya gue seneng pakai banget!!"

"Yakin? Ohh iya… kan masih ada abang ganteng yang satunya ya. Bang Devandra..."

"Sekali lagi lo bacot gue gorok leher lo!"

"Eca, Kevin.. udah dong kalian jangan berantem mulu. Itu nasinya sampai kering dibiarin kek gitu. Makan dulu sayang. Nanti kamu telat ke sekolah kalau ribut mulu."

"Abis Kevin berisik Ma. Balikin ke Taiwan aja deh Ma nih anak."

"Gue kan anak pertamanya papa sama mama. Lo tuh yang sebenarnya anak pungut."

"Gue bilangin budhe Mela mampus lo."

"Eh jangan dong ntar gue nggak ditransferin duit jajan."

"Makanya diem lo!"

"Iya iya tuan putri."

Setelah selesai sarapan, Vanessa diantar papanya ke sekolah. Sudah banyak murid-murid yang datang. Vanessa menghela nafas panjang.

Dia sudah siap memulai perangnya. Hengkangnya Devand dari sisi Vanessa disebabkan oleh Jonatan dan kini dia harus sudah siap melawan segala tindakan tak terduga cowok itu.

Vanessa berjalan sambil menunduk. Dia tak ingin ditanya ini-itu oleh orang-orang yang berpapasan dengannya mengapa wajahnya begitu kusut.

Namun langkahnya terhenti oleh sepasang kaki didepannya. Vanessa mengangkat kepalanya dan menatap orang itu. Jonatan, dia terkejut melihat kantung mata menghitam milik Vanessa.

"Lo habis nangis?" Tanpa disadari keduanya, ada secercah kekhawatiran yang terselip dalam pertanyaan Jonatan.

"Bukan urusan kakak." Nada dingin gadis itu membuat Jonatan memahami satu hal. Ada yang salah dengan gadis ini.

"Cerita sama gue!"

"Saya capek kak jadi bisa minggir?"

"Vanessa…"

"Bisa nggak sih lo nggak ganggu hidup gue?! Belum puas lo bikin gue kayak gini? Belum puas ikut campur hidup gue? Gue muak sama lo! Selfish bastard!! Lo tuh… aahh tau lah bodo amat gue sama lo!"

Vanessa berteriak hingga tanpa disadarinya dia menangis. Meluapkan segala perasaannya didepan Jonatan membuat Vanessa ingin memukul cowok didepannya tersebut. Namun dia tahu seberapa keras dia memukul cowok ini sudah pasti dia kalah. Jonatan terlalu kuat dibanding dirinya.

Vanessa tak mampu melanjutkan perkataannya, dia segera berlari. Kaki kecilnya membawa dia ke area gudang. Tanpa berpikir dua kali dia masuk ke sana dan berlutut sambil menangis.

Handphone Vanessa terus berbunyi. Menandakan ada banyak chat yang masuk ke handphonenya. Dibukanya grup chat bersama sahabatnya.

[Line]
Liana: Nes lo dmn? Jo nyari lo ke kelas
Hifa: Dia mengerikan Nes, kayaknya tuh orang udah kalap
Gea: Lo nggak apa-apa kan Nes?
Liana: Nes gue denger lo ribut sama Jo tadi
Vanessa: I'm okay
Hifa: Posisi dimana?
Vanessa: Gudang
Liana: Gue otw kesana
Vanessa: Sendirian aja, Hifa sama Gea biar tetap disana buat ngontrol keadaan
Gea: Oke, Liana otw kesitu sendirian

My Lovely BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang