H u r t || E m p a t

188 19 0
                                    

Keina

H plus dua, dari hari yang paling membahagiakan di kehidupanku. Ya! Aku-benar-benar-bahagia! Pertama, pukul dua belas malam, seluruh keluarga besarku memberikan kejutan dengan kue dan berbagai kado. Kemudian banyak orang (penggemar, ehm) memberikan ucapan selamat sekaligus kado. Selain itu, Digma dan gengnya memberiku kejutan dengan acara penculikan segala, huft.

Dan yang terakhir, yang paling membuatku bahagia, acara pesta ulang tahunku yang diadakan kemarin, ketika aku tidak sekolah. Pesta itu mengundang seluruh anggota kelompok pecinta lingkungan, termasuk seseorang yang sangat spesial. Ya, orang yang sangat spesial.

"Nah, kan, ngelamun."

Tanpa sadar, aku telah berada di depan pintu ruang radio. Ingatan tentang pesta yang penuh bahagia tadi, lenyap begitu saja.

"Mikha!" omelku sambil memukul lengan Mikha. Lelaki itu sedang membuka kunci ruang radio.

Oh, perkenalkan. Mikha adalah partnerku di radio sekolah. Tinggi, putih, bertubuh proporsional (para penggemarnya yang bilang begitu. Tapi memang benar sih, haha), dan matanya minus sehingga di saat-saat tertentu ia mengenakan kacamata.

Aku dan Mikha berteman cukup dekat. Ruang ini saksinya. Aku sering bercerita tentang kehidupanku (kecuali tentang si orang spesial, haha), dan Mikha sering bercerita tentang kehidupannya.

"Nih, datengnya sama doi, ya." Aku mengeluarkan undangan kecil dari dalam tas, kemudian memberikannya kepada Mikha.

"Malam ini?" tanya Mikha tampak menimbang.

"Kenapa?"

"Tidak."

Setelah beberapa obrolan kecil lainnya, siaran pun dimulai.

***

"Jam tujuh malem, ya? Oke, gue pasti dateng."

"Boleh ngajak pacar, gak?"

"Wah, nanti lo pasti cantik banget."

"Kayaknya gue gak bisa. Tapi gak tahu, deh, ntar gue coba usahain buat dateng."

"Eh, gue nebeng ke siapa, ya?"

Beberapa undangan telah aku berikan kepada teman-teman sekelas. Untuk acara nanti malam, aku memang mengundang kelasku dan beberapa kenalan dari kelas lain. Tinggal tersisa tujuh undangan: milik Tifarsy dan Digma serta gengnya.

"Gue pengen ngajak Tifar, tapi dia pasti ke pesta lo bareng Digma."

Perkataan penuh sesal Mikha teriang di telingaku. Saat berkata seperti itu, ia tampak sangat kecewa. Selain karena tak dapat pergi ke pestaku dengan Tifarsy, Mikha juga pasti kecewa dengan kenyataan bahwa perempuan yang ia cintai malah mencintai orang lain.

Itu sudah bukan rahasia, kan? Perasaan itu terlihat jelas di sela-sela kebersamaan mereka. Anehnya, mereka terus diam tanpa memastikan hubungan, terlebih Digma. Apa dia tidak menyadari bahwa Tifarsy mencintainya? Huh! Kadang aku gemas dengan mereka berdua.

Tapi baguslah jika Digma begitu. Setidaknya Mikha takkan tersakiti.

"Kita gak diundang, nih?" tanya seseorang tiba-tiba. Aku melihat ke belakang, tampak Tifarsy dan geng Digma.

"Diundang, lah," jawabku sambil tertawa kecil dan membagikan undangan kepada mereka bertujuh. "Eh iya, Digma, ntar lo bisa gak anterin gue ke salon? Abis itu temenin gue nunggu tamu. Lo gak usah mikirin baju, karena gue udah nyiapin baju buat lo yang senada sama baju gue. Gimana? Lo mau kan?"

Aku menelan ludah. Ide gila itu muncul begitu saja. Oke, sebenarnya itu tidak terlalu buruk, hanya saja ... ah, sudahlah. Yang penting Tifarsy tidak akan mempunyai alasan untuk menolak Mikha.

Tifarsy melihatku seolah tak percaya, sedangkan lima orang lainnya menatap jail ke arah Digma yang tampak terkejut.

"Pasti Digma mau, lah, kapan lagi dia jadi pangerannya seorang Keina?" ujar Bima, disusul tawa teman-temannya.

Digma tersenyum kecil, kemudian menjawab ragu, "Oke."

"Bagus," balasku senang sambil mengacungkan dua jempol. Biarlah Digma ragu, yang penting ia tidak menolak. "Kalo gitu gue pergi dulu, ya. Nanti sore jemput gue jam tiga, oke?"

Aku pergi meninggalkan Digma dan yang lain untuk menemui Mikha. Dia pasti senang mendengar berita ini.

Tapi ... tunggu. Tifarsy.

Aku menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Geng Digma masih ada di tempat tadi, mereka mengobrol kecil kemudian tertawa. Tifarsy pun masih di tempatnya, tapi dia tidak tertawa. Sama sekali tidak tertawa.

Dia pasti terluka karena aku akan bersama Digma.

***

Bukan hal mudah untuk menyemangati sahabatmu yang percaya dirinya jauh di bawah nol alias minus. Mikha, contohnya. Setelah aku beritahu tentang Tifarsy yang takkan pergi ke pestaku bersama Digma, ia tampak tak peduli.

"Kalau gitu, Tifar bakal pergi sama geng Digma," hanya itu komentar Mikha.

Namun tentu saja aku tidak menyerah. Aku terus menyuruh Mikha untuk mengajak Tifarsy, dan dengan sedikit kemarahan yang membuat wajahnya seperti kepiting rebus, Mikha akhirnya mau.

Dan sekarang, di balik dinding tempat aku mengintip, Mikha sedang berusaha mengendalikan detak jantungnya.

"Lo mau nitip pesen buat Keina?"

"Bukan, bukan," jawab Mikha sambil menggelengkan kepalanya.

Aku tertawa kecil. Tentu saja Tifarsy akan menyangka begitu, karena Mikha tak pernah mengobrol dengan Tifarsy sebelumnya.

"Terus? Lo kok tiba-tiba nyariin gue terus ngajak gue kesini?"

"Maaf, gue sok kenal banget, ya, sama lo."

Tifarsy hanya terdiam sambil menatap Mikha yang sedari tadi tak berani membalas tatapan Tifarsy. Beberapa orang yang lewat melihat Tifarsy dan Mikha acuh-tak acuh, kemudian mereka melihat aku dan menyapa. Beruntung, suara mereka pelan sehingga Tifarsy tak mendengarnya.

"Gue mau ngajak lo ke pestanya Keina," ujar Mikha akhirnya.

Tifarsy mengerutkan dahi sambil menjawab, "Gue udah dapet undangan dari Keina, kok."

Aku yakin Tifarsy mengerti maksud Mikha. Ia hanya mengelak. Ia hanya menolak halus.

"Bukan, bukan gitu. Maksud gue, gue mau ngajak lo bareng ke pestanya Keina. Ya, maksudnya, jadi pasangan, gitu. Lo keberatan gak?"

Aku menggigit bibir, gugup dan takut. Pasti Mikha merasakan lebih daripada yang aku rasakan.

Tifarsy tampak menimbang. Tapi akhirnya ia menjawab, "Hm ... oke."

Yeay! Aku hampir berteriak saking senangnya. Akhirnya, setelah sekian lama. Selamat, Mikha! Abis ini, pasti lo jadi deket sama Tifarsy.

Masalah pertama selesai. Sekarang aku harus pulang, kemudian membeli baju untuk dikenakan oleh Digma.



HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang