VI - Akila

4.8K 455 12
                                    


"... mpai rumah. Kak, bangun woi,"

Suaranya makin lama makin terdengar jelas. Suara Iyel.

"Maaf banget, ya ampun. Kok bisa gue ketiduran deh?" jawabku dengan suara parau

"Mungkin lo capek. Sekarang kita masuk dulu dan beres-beres ruang depan," ujarnya sambil turun dari mobil dan membuka pintu belakang. Mengambil 3 kanton kain yang berisi bahan-bahan makanan.

"Nanti geng lo mau kesini," tambahnya ketika kami mulai masuk ke dalam rumah

Aku memeluk Iyel erat, "Makasih ya, dek. Lo emang pengertian banget. Sayang aja sikap lo di depan Lea jauh dari manis gini,"

Aku terus meledeknya, dan berakhir dengan perang bantal di ruang depan. Permainan favorit kami dari dulu. Tawa kami berdua terintervensi oleh ketukan di pintu depan disertai dengan panggilan-panggilan yang heboh.

"Spada, hola, halo, permisi!"

"Akila, main yuk!"

"Tunggu sebentaaar," seruku sambil bergegas membuka pintu

Wajah sumringah Bre dan Karin menjadi pemandangan pertamaku setelah membuka pintu. Sebelum aku menanyakan keberadaan 2 tamu tambahan yang mereka bawa, mereka berdua sudah memeluk dengan begitu erat dan heboh.

Karin berpura-pura meninju lengan Bre setelah didorong untuk tidak ikut memelukku.

Iyel mengajak kedua tamu cowok menuju ruang belakang, yang berisi peralatan memasak dan meja makan. Aku membawa Bre dan Karin ke kamarku, rapat cewek dadakan.

"Oke, gue udah tau apa yang mau lo tanyain," ucap Bre setelah mengambil posisi nyaman duduk di tempat tidur, "Iyel ngajak kami camping di taman depan lo yang super tertata dan luas itu. Jadi, kami memutuskan mengajak banyak orang. Dita, Arini, Sita, dan Rina. Sayangnya teman-teman SMA kita itu semua sibuk dan berhalangan,"

"Nah, untuk membantu mengurus segala kebutuhan dan kenyamanan kita dalam kemah ini, kasihan kalo Iyel sendirian yang mengurus. Kami ngajak pasukan bantuan tambahan, yaitu kedua cowok itu," ucap Karin menambah info

"Anak 2 ini tadi udah mau dating, terus gue samperin dan bawa kesini," sambil menunjuk Karin yang sekarang bermuka merah

"Oke oke, aku emang mau jalan berdua Gilang. As a good friend," ujar Karin yang membuat kami tertawa, "Selesai bahas tentang aku. Kamu kenapa, Kil?"

Bisa ku rasakan mereka berdua menunggu ceritaku.

"Tadi gue ketemu Winson, dia yang membuka pameran di kantor. Kami cerita banyak hal, reuni kecil-kecilan gitu deh. Terus nyambung ke cerita tentang Tama,"

Aku mengambil amplop putih yang masih tersimpan rapi di tumpukan buku catatan. Membukanya dan menunjukkan kepada kedua sahabatku yang termangu.

"Tadi Winson cerita kalau dia yang ngasih amplop ini ke kalian. Dia minta maaf karena dia main teka-teki ke kalian, sampai kita semua salah sangka gitu. Beneran, ini romantis. Setelah semua dugaan gue yang jahat tentang Tama, ternyata gue yang jahat. Gue enggak ngertiin dia sama sekali, bahkan waktu dia ngajak ketemuan beberapa tahun lalu malah marah-marahin,"

Mereka berdua memelukku begitu erat, membuat senyumku merekah.

"Setelah pisah jalan sama Winson, gue ketemu klien. Semuanya lancar-lancar, tapi bikin gue semangat masak lagi gitu. Gue jalan kaki sebentar ke supermarket deket situ. Gue ketemu seseorang yang deket banget sama Tama,"

Aku menceritakan kejadian beberapa jam lalu ke mereka berdua yang masih setia mendengarkan dan sesekali memelukku.

***

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang