Siang ini awan-awan tebal menggantung begitu rendah di langit taman kantor. Ruang studio lantai 1 yang luas ini pun terasa semakin kosong.
Semua anak tim desain sudah menyebar ke masing-masing tempat. Maya juga kutugaskan untuk membantu survei di toko Dublin, supaya bisa lebih cepat dan enggak perlu terlalu sering ke lokasi. Lokasi toko Dublin paling sulit dijangkau dibanding yang lain, karena 2 lokasi lain ada di Mullingar.
Untung saja saat mereka berangkat tadi, 1 jam 15 menit yang lalu tepatnya, langit masih begitu cerah. Pantas saja, cuaca sangat sering dibicarakan dalam percakapan sehari-hari. Cuaca bisa berubah berkali-kali, terutama diakhir musim gugur.
Seharusnya sekarang aku menyusul salah satu tim yang masih agak kesulitan survei, tapi diluar terlihat sangat menyeramkan. Sepertinya akan ada hujan badai.
Sebaiknya aku mengobrol dengan Greeny untuk membahas cuaca yang membingungkan. Mungkin dia sekarang ada di lantai 2.
Aku memasukkan HP, scrapbook, pensil B, dan laptop ke dalam tas. Dengan tas tersampir di pundakku, aku mematikan lampu studio dan naik tangga ke ruang asik. Credit to Arsen who named it.
"Hai, Greeny!"
Aku duduk di salah satu kursi bar dan meletakan tasku di kursi sebelah. Dengan penasaran, aku melihat wajan yang ada di atas kompor. Di wajan itu ada adonan ayam yang tampak mulai berubah warna menjadi coklat dan menggiurkan.
"Hai, Mrs. Aku sedang memasak chicken fillet roll. Apa kau mau?"
"Tidak, terimakasih,"
Dia mengangguk sekilas dan mengangkat potongan ayam dari wajan. Aku mengamatinya menyusun ayam itu di atas susunan roti hotdog dan selembar selada. Saos mayones dan saos tomat menjadi pelengkap di atas ayam.
Aroma gurih ayam dan segarnya selada memberi aroma yang menggiurkan dan menggugah selera. Terutama karena hujan sudah mulai turun dengan derasnya sekarang.
Aku menggerutu terus-menerus. Dengan cepat hujan berubah menjadi badai ringan. Angin besar menggoyangkan pepohonan di taman, pejalan kaki dan pengendara sepeda mulai menepi atau membuka payung, dan lampu-lampu jalan mulai dinyalakan.
Memburuknya cuaca membuat sinyal di HPku semakin terganggu. Bagaimana kabar mereka yang survei? Aku bahkan enggak bisa bertanya ke mereka semua, karena enggak mendapat sinyal sama sekali sekarang.
"Stupid storm!"
Ops, sepertinya aku menggerutu terlalu keras. Greeny menatapku bingung dan terlihat berusaha menahan tawanya.
Aku menunjukkan cengiran lebar kea rahnya dan menunjuk kursi kosong di sebelah kananku. Greeny membawa piring berisi chicken fillet roll dan gelas berisi kopi hangat, lalu duduk di sebelahku.
"Memangnya anak yang lain kemana, Bu?"
"Mereka survey sekarang. Aku enggak bisa bertanya tentang keadaan mereka,"
"Jarang sekali sinyal memburuk kalau hanya badai seperti ini. Gunakan saja punyaku dulu," ucapnya sambil mengambil HP dari kantong celananya, "Aku juga punya kontak Ryan di aplikasi chat gratis itu,"
Aku mengangguk dengan semangat. Oh, apa yang dia katakan barusan? Apa aku enggak salah mengartikan nada malunya?
"Kenapa malu mengatakannya, Greeny?" ucapku sambil berusaha menahan tawa
"Malu apa? Jangan mengada-ada begitu, Bu,"
Aku enggak kuat lagi menahan tawaku. Aku tertawa begitu keras, bahkan sampai tersedak dan batuk-batuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED! Cat Biru Kesayangan Akila
ChickLitMullingar #1. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Di luar terdengar suara rintik-rintik hujan, menambah indah warna jingga kemerahan langit menjelang senja. Akila bisa menghabiskan waktu seha...