XXII

3.3K 299 0
                                    

Berada di mansion turun-temurun ini enggak pernah terasa seindah dan senyaman saat ini.

Gue hanya bisa tertawa dengan begitu keras melihat tingkah Arsen dan Feri di ruang keluarga. Tingkah mereka berdua memang benar-benar memberi suasana yang menyenangkan dan hangat di mansion.

"Emang gue mau dikira ada apa-apa sama lo,"

Tawa kami semua semakin keras karena kalimat Feri yang dilengkapi dengan gerakan tubuh feminim.

Apa jadinya kalau mereka sudah selesai nanti?

Sudahlah, Tam. Just enjoy the moment.

"Inget ya, walapun ini enggak di Jakarta, sistem kerjanya sama aja. Absen di kantor dulu, baru boleh menyebar untuk urusan masing-masing,"

Perempuan itu mengeluarkan perintah dengan nada tegas, tapi senyumnya lebarnya enggak mengendur sama sekali.

Senyumnya yang begitu lebar itu selalu berhasil membuat gue merasa lebih baik.

Dengan senyum itu, gue merasa semuanya akan berhasil. Hanya ingatan akan senyum itu yang membuat gue mampu menjalani hari-hari gue di Mullingar dengan cukup baik.

Gue mengalungkan lengan di bahu Akila, lalu mengajaknya ke beranda depan. Gue mendengar ajakan Arsen ke anak-anak yang lain untuk mengikuti gue dan Akila.

Begitu sampai di beranda depan, yang cuman terpisah 1 ruangan dari ruang keluarga, gue melihat Jade. Dia berjalan menaiki tangga dengan agak kepayahan, karena tas tenteng dan 4 map tebal yang dia bawa.

Gue mengambil langkah-langkah lebar untuk membantu dan menyambutnya. Gue ingin sekali mengenalkan Akila kepada Jade.

"Pagi, Pak. Cerah sekali hari ini," ucapnya menggoda gue

"Ya, tentu aja," ucap gue sambil mengambil alih map-map di tangannya, "Aku mau mengenalkan seseorang padamu,"

"Apakah perempuanmu?"

Gue hanya mengangguk malu-malu, sehingga membuat senyumnya semakin lebar.

"La, ada yang mau ku kenalkan," ucap gue

Dia hanya melihat gue dengan ekspresi yang enggak gue kenali. Ada kesan penasaran, ragu, takut, dan.. sesuatu yang membingungkan.

Arsen mendorong Akila perlahan, dan membisikkan sesuatu, "Enggak usah cemburu dulu, Mbak,"

Akila membalas ucapan itu dengan pelototan mantapnya. Bukannya takut, Arsen malah terkikik. Gue berusaha bertanya ke Arsen melalui tatapan, tapi dia hanya mengangkat kedua bahunya tanpa menghilangkan cengiran lebar di wajahnya.

"Kamu pasti Akila! Aku selalu ingin bertemu denganmu secara langsug!!" seru Jade sambil memeluk Akila

Dengan ragu, Akila membalas, "Ya, aku Akila. Senang bertemu denganmu ..,"

"Aku Jade. Sekretarisnya Josh," jawab Jade

"Kamu ada di rapat online itu! Aku mengingatmu sekarang. Ternyata kamu lebih cantik lagi daripada di video,"

"Yeah, tell him about it. Dia selalu bilang kalau aku sangat jelek, sampai membuatnya pusing,"

"Itu karena kamu selalu memberiku banyak kerjaan, Jade,"

Jade menggulirkan matanya ke samping, "Tentu saja! Itu tugasku untuk memberitahu kerjaan-kerjaanmu,"

"Jade, lepaskan pelukanmu itu! Kau bisa meremukkan tulang-tulangnya,"

"Bilang saja kalau kamu juga mau memeluk wanitamu ini. Dasar lelaki!"

Gue merangkulkan lengan kiri di bahu Akila sebelum dimonopoli lagi oleh Jade.

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang