Pasti aku udah gila, karena sangat terobsesi dengan musim dingin! Pantas saja Tama selalu tertawa mendengar obsesiku tentang musim dingin.
Astaga, bagaiman mungkin udaranya bisa sedingin ini? Rasanya menusuk hingga ke tulang! Padahal sekarang sudah jam 12 siang.
Aku menaikkan selimut hingga menutupi dahi. Semakin bergelung di bawahnya.
Pintu diketuk beberapa kali, sebelum suara lembut Arandelle terdengar. "A stór, ayo makan siang bersama,"
"Tunggu sebentar, Aintin Ara,"
Arandelle sangat suka dipanggil dengan 'Aintin Ara', menurutnya terdengar sangat manis dan menyenangkan.
Aku mengambil jaket di lemari gantung. Setelah memakainya aku mengikat rambutku menjadi ikat ekor kuda.
Begitu membuka pintu, aku melihat Arandelle sedang mengetuk pintu kamar Feri dan Arsen. Di sebelah kanan kamarku tepatnya.
Aku memeluk Arandelle dan dia mengecup kedua pipiku.
"Segeralah ke ruang makan. Mereka sudah menunggu,"
Suara percakapan terdengar dari arah ruang makan. Sekilas terdengar kata-kata seperti hantu, mansion, tua, seram, halloween, dan dingin. Pasti mereka sedang bergosip tentang ketakutan mereka di mansion. Aku juga sering ketakutan disini. Musim dingin membuat pohon-pohon kehilangan daunnya, menyisakan bayangan menyeramkan di luar jendela. Terlebih lagi suasana yang begitu sepi karena orang malas beraktivitas di luar ruangan.
"Hai, sweetpie," Jade menyapaku dengan begitu semangat begitu aku memasuki ruang makan. Wah, pantas saja memakai ruang makan, karena meja di dapur enggak akan muat.
Aku tersenyum lebar melihatnya. Jarang banget Jade ikut makan siang bersama kami. Mr Parker juga ada.
Bangku kosong di sebelah kiri Jade pasti untuk Arandelle. Selain bangku itu, ada 5 lagi yang kosong. 1 di sebelah kiri Riri, 2 di sebelah kanan Mr Parker, dan 2 lagi di masing-masing ujung meja. Aku memilih duduk di sebelah kanan Mr Parker.
"Siapa lagi yang akan datang? Banyak sekali yang masih kosong,"
"Ibuku, Arsen, dan Feri. Josh dan Brigette juga akan ikut makan siang disini. Nanti kan sudah malam hari natal," jawab Jade dengan senyum sumringah
"Astaga, aku lupa! Ini sudah minggu ke-6 kita disini?" ucapku heran ke arah Riri yang ada di hadapanku. Dia tersenyum lebar, namun ada kebingungan di matanya.
"Ada deadline padat gitu masih bisa lupa tanggal? Hebat, hebat" celetuknya
"Apa deadline dari Josh sudah membuatmu gila?" celetuk Jade
"Oh, deadline apa? Menjawab lamarannya padamu?" tanya Mr Parker dengan polos
Aku hanya bisa terdiam dan pasrah ketika pipiku bersemu kemerahan. Mereka semua tentu saja tertawa melihatku.
Arandelle masuk ke dalam ruangan membawa 2 pemanas makanan. Feri dan Arsen berjalan di belakangnya dengan membawa masing-masing semangkuk besar sup. Mereka pasti mendengar percakapan kami, karena mereka juga ikut menggodaku.
"Tentu saja akan dijawab 'iya'," timpal Arsen
Dia duduk di ujung meja. Antara Arandelle dan Ryan. Feri, dipastikan duduk di sebelah kekasih hatinya, Riri.
"Maksud mereka deadline untuk Irish Coffee and Bakery, Mr Parker. Belum ada lamaran juga," jawabku sambil menahan rona di pipiku
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED! Cat Biru Kesayangan Akila
Chick-LitMullingar #1. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Di luar terdengar suara rintik-rintik hujan, menambah indah warna jingga kemerahan langit menjelang senja. Akila bisa menghabiskan waktu seha...