X - Tama

3.8K 352 9
                                    

"Greg, hey. Are you, maybe, still on the airport?"

"Enggak. Kami sudah di N4 motorway. Ada apa?" ucap Greg dari ujung panggilan, samar-samar gue bisa mendengar celetukan Liam

"Itu Josh? Bukannya lo sudah harus take-off sekarang?" tanya Liam dengan menyebut nama tengah gue. Nama Pratama terlalu sulit untuk mereka sebut, terutama dengan aksen mereka itu. Namanya jadi terdengar aneh.

"Seharusnya, kalau aja penerbangannya enggak batal karena cuaca memburuk," keluh gue

Mereka berdua tertawa begitu keras, bahkan Liam sampai terbatuk-batuk.

"We'll be there in about 45 minutes. Tunggu, ya,"

"Terimakasih, Greg,"

Gue membawa tas punggung menuju ke salah satu bangku di ruang tunggu Dublin Airport. Sudah berkali-kali gue berada di tempat ini, tapi enggak pernah dengan perasaan sekesal ini. Harusnya 20 jam 30 menit setelah ini gue sudah ada dekat dengan wanita gue. Memberinya kejutan dengan datang ke kantornya di hari Senin siang. Padahal waktunya tepat banget.

Thanks buat hujan badai, karena gue harus membatalkan niat gue itu. Note the sarcasm.

Gue mengetik pesan singkat ke Winson.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Belum sempat dibalas, Winson sudah kembali menulis pesan.


Winson 22.26 -- Tadi gue ketemu geng ibu-ibu pecinta keripik di pameran gue. Mereka pada bawa pacar.


Gue tertegun membacanya. Ibu-ibu pecinta keripik, artinya geng Akila dan Dita. Mereka bertujuh ada di pameran Winson, dan bawa pacar?


Winson 22.27 -- Mereka yang gue maksud itu enggak semua, cuman Bre, Karina, dan siapa lagi tadi gue lupa. Kalau lo penasaran.


Gue 15.28 -- Haha, thanks for the info


Winson 22.30 -- Gue nitip lucky clover dong kalo lo balik.

Kali ini harus bawain gue dong. Upah gue ngasih info tentang nona cantik Akila ke lo.


Gue 15.31 -- Sama sahabat perhitungan amat lo.

Dia apa kabar?


Kenapa dia enggak jawab-jawab? Apa Akila baik-baik aja disana?


Winson 22.35 -- Baik-baik aja kelihatannya. Masih enggak ada yang berani ganggu, karena adiknya masih keliatan ngejaga dia banget


Gue 15.36 -- Adiknya masih tinggal sama dia?


Winson 22.37 -- Iya, mereka tinggal berdua. Bapak ibunya tinggal di luar kota, tapi kurang tau ya dimana. Gue bukan calon suaminya sih soalnya, jadi enggak nanya-nanya banget.


Calon suami? Si Winson maksudnya apaan coba.


Winson 22.38 -- Bro?

Candaan gue gak lucu, iya maaf. Lo kan calonnya


Gue 15.40 -- Tolong jaga Akila, Son.

Sampai gue balik ke Jakarta. Enggak usah sok deket-deket lo sama dia


Winson 22.41 -- Maaf ya, gue enggak makan temen. Emang gue cowok apaan


Sebelum gue bisa membalas, panggilan telepon masuk. Incoming call. Liam Smith.

"Josh, tunggu di tempat drop-off, ya. Sekarang kami udah dekat gerbang terminal 2," suara Liam terdengar dari ujung sambungan telepon

"Oke. Gue tunggu disana. Thanks, mate,"

Enggak lama, mobil Greg terlihat. Setelah gue naik ke dalam, mobil pun berjalan menerjang terpaan angin yang cukup lebat. Bahkan awan abu-abu tebal sudah menggantung rendah di langit, sudah tampak siap membasahi permukaan di bawahnya.

"Wow, untung lo enggak jadi terbang. Parah banget badainya," ujar Liam

"Tadi di N4 sih belum separah ini, makanya kami berdua bingung sampai dibatalin," ucap Greg sambil fokus menyetir di tengah derasnya hujan yang baru saja turun

"Poor buddy, enggak jadi melepas kangen dengan kekasih hatinya," ledek Liam

"Gue enggak ngerti kenapa ada yang suka dengan musim-musim gini, terutama karena badai bisa datang kapan aja,"

Liam mengeluarkan wajah memelasnya sambil menghadap gue.

"Yo fool," ujar gue sambil melempar syal yang tadinya gue pakai ke arah Liam

"What a moron," ucapnya sambil melempar balik ke arah gue

"Kalian berdua tau kan kalau "moron" itu dari bahasa Yunani yang artinya "foolish"? Duh, I wish I knew you both loser before being your besties," keluh Greg

Gue dan Liam hanya bisa menatap Greg sebal, dan membuat Greg tertawa kencang.

"Biasanya penerbangan yang gagal gini diundur sampai badai selesai. Penerbangan lo enggak diganti jadi lain hari?" tanya Liam

"Besok ada pertemuan di kantor pusat Dublin. Cukup dadakan, karena membahas salah satu pemasok bahan baku di kafe. Baru aja dikabarin,"

"Sisi positifnya tuh. Kalo lo ke Jakarta, rapatnya gimana," tanya Liam retoris

"Yeah, yeah, crazy busy life of MD," ledek Greg

"Lo sadar kan kalo lo juga Managing Director dari International Company?" cemooh Liam

Gue tertawa melihat tingkah laku mereka berdua. Kalau beberapa tahun lalu gue diberi tau akan menjadi MD dari perusahaan papa, dan punya sahabat yang MD juga, gue akan bilang itu membosankan. Semua buku yang dibaca Akila menggambarkan MD sebagai orang yang kaku dan tidak suka bergaul tanpa ada ikatan kerja.

Here we are, masing-masing memegang posisi MD dari usaha keluarga turun-temurun. Gue di industri makanan, Greg di industri teknologi, dan Liam di industri otomotif. Kami kuliah di tempat yang sama, tinggal di dorm yang sama, dan lama-lama menjadi teman baik. Mereka berdua mengingatkan gueakan sahabat-sahabat gue di Jakarta, dengan segala kekonyolan mereka. Jauh dari membosankan.

Gue hanya menatap hujan badai di luar, ditemani suara pelan dari radio yang melantunkan lagu One dari Ed Sheeran.

.. And all my friends have come to find

Another place to let their hearts collide

Just promise me you'll always be a friend

'Cause you're the only one..

***

Hujan badai menggagalkan rencana Tama menemui Akila, tapi bukan berarti mereka enggak akan ketemu.

Tetap temani keduanya dalam membenarkan benang kusut dalam kisah mereka berdua ya :)    

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang