Pagi ini salju masih menghiasi pemandangan yang kulihat dari jendela kamar Tama. Kamar tamu yang awalnya kutempati dan kamar Tama ini terletak di sisi mansion yang sama. Pemandangannya sangat indah, dengan semua pepohonan dan jejeran bunga hias yang terawat. Beda banget ceritanya saat ada tambahan salju di atasnya dan gugurnya dedaunan dan bunga-bunga seperti sekarang. Persis seperti di film-film musim dingin yang kelam.
Kapan sih salju mencair sepenuhnya? Bahkan ini sudah mencapai akhir bulan Januari!! Tahun baru kemarin akhirnya kami rayakan di mansion. Tama datang bersama Liam (katanya sih dia masih malas ikut acara keluarga besar ayahnya, tapi sepertinya alasan sebenarnya karena dia ingin bertemu Omega).
Para perempuan, termasuk aku, memiliki obsesi untuk melakukan kemping di Irlandia. Demi mewujudkan obsesi kami itu, para laki-laki membuat area kemping di ruang keluarga dan dapur. Kami kemping di dalam ruangan dengan diiringi janji Tama dan Liam untuk mengajak kami kemping sesungguhnya saat salju sudah cair dan udara sudah menghangat. Sungguh romantis, tentu saja.
Sejak sore kami sudah asik mengatur ulang ruang keluarga dan dapur sehingga terlihat seperti area kemping sungguhan. Barang-barang di ruang keluarga kami pindahkan ke tepi, sehingga para lelaki bisa mendirikan 2 tenda besar dan menyiapkan tempat duduk santai di depan perapian. Kami yang perempuan menggeser meja makan dapur ke ujung ruangan, sehingga ada tempat yang sangat cukup untuk memasak dan makan ala kemping.
Aku masih ingat dengan jelas semua kebahagiaan yang memenuhiku di hari itu, dan besoknya. Terutama dengan apa yang Tama ucapkan padaku.
***
Malam menjelang tahun baru
Aku dan Omega duduk sambil berpelukan membelakangi perapian. Karpet tebal, nyaman dan halus yang kami duduki memang terbukti sangat mengurangi tingkat kedinginan, tapi tetap saja enggak bisa mengalahkan udara menjelang tengah malam di musim dingin Mullingar. Padahal punggung kami cukup dekat dengan perapian.
"Kil, dia udah enggak pernah ketemu kamu lagi, kan?" tanya Omega dengan berbisik
Sejak kejadian malam natal, aku dan Omega memang menjadi lebih sering mengobrol. Karena kami seumuran, aku memaksanya untuk enggak memanggilku 'ibu' diluar pekerjaan.
"Enggak kok. Tapi.." ucapku ragu. Sekali lagi aku mengecek keadaan. Sepertinya aman. Di ruangan ini hanya aku dan Omega yang masih beraktivitas.
"Tama masih belum tau, ya? Segitu takutnya kalau dia dengar,"
"Aku cuman enggak merasa Tama perlu tau. Aku enggak mau kalau Tama harus menghabisi laki-laki yang sudah pernah menyakitiku itu. Dia pernah bertengkar dengan seseorang hanya karena mengambil buku tugasku saat mau dikumpulkan. Waktu SMA aja udah begitu, apalagi sekarang,"
"Apalagi bukan hanya tentang buku tugas," celetuk Omega dengan agak berdecak, "Tampilannya cool and calm, tapi sebenernya peduli banget ya sama kamu,"
Derap langkah cepat menghampiri kami dari arah dapur. Senyum tengil terpampang lebar di wajah Arsen. Pendengarannya yang tajam itu pasti menyadari kalau kami berdua sedang bergosip.
"Bawa apaan, Sen?" tanya Omega sambil menunjuk 2 gelas transparan yang dibawa Arsen, tepat sebelum dia sempat bertanya tentang obrolan kami
"Coklat panas khusus buat kalian. Enggak boleh ketuker, karena dibuat dengan tangan-tangan cinta dan penuh perasaan dari orang istimewa. Buat Mbak Omega, dari Aa Liam," ucapnya sambil menyerahkan secangkir pada Omega. Setelah itu, dia menyerahkan cangkir satunya padaku, "Ini buat Mbak Kil, dari Abang Tama,"
Aromanya begitu menenangkan dan menggiurkan. Aku dan Omega enggak membuang waktu untuk mencoba coklat panas milik kami. Dilihat dari warnanya, milik Omega mengandung lebih banyak Irish Cream daripada punyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED! Cat Biru Kesayangan Akila
Chick-LitMullingar #1. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Di luar terdengar suara rintik-rintik hujan, menambah indah warna jingga kemerahan langit menjelang senja. Akila bisa menghabiskan waktu seha...