Hujan menyisakan rintik-rintik air dari ujung pohon dan lampu jalan yang terletak di sepanjang pedestrian. Suara yang tercipta mengalun pelan dan teratur, menambah suasana romantis lampu jalan yang bersinar malu-malu. Kurasakan pelannya kakiku melangkah, terbawa suasana yang begitu menyejukkan mata setelah seharian berkutat dengan gambar kerja.
Entah karena terbawa suasana romantis senja atau hanya karena kebetulan, aku melihat pasangan-pasangan kekasih yang bersikap lebih romantis dari biasanya. Di depan toko bunga aku melihat seorang laki-laki memberi mawar ungu ke kekasihnya dan disambut dengan tambahan rona merah di kedua pipi perempuan tersebut. Di depanku ada pasangan berumur sekitar 60an sedang berjalan bergandengan tangan, dan sesekali kakek mencium tangan nenek yang digenggamnya. Oh, jangan lupa pasangan yang duduk di kursi bawah lampu jalan itu. Walaupun keduanya tidak tampak saling berbicara, mereka sesekali menatap malu orang di sebelahnya sambil memakan...
Drrt drrt drrt
Getar HP membuatku terhenyak, dan segera mengambilnya di tas. Mungkin isinya "kode" dari Bre atau Karin.
Ide kode ini berawal dariku untuk menjahili Karin dan Bre saat SMA dulu. Setiap istirahat, aku selalu menggunakan kode untuk menunjukkan tempatku. Enggak terlalu berguna, mengingat tempatku istirahat selalu sama.
Kode ini akhirnya malah berlanjut menjadi penunjuk lokasi saat kami janjian. Walaupun, enggak terlalu berguna juga karena beberapa hari sebelum janjian biasanya kami sudah memutuskan akan berkumpul dimana.
Titik kenangan teromantis Bre dan Dillan.. Ah iya, bawah pohon di bagian outdoor toko roti.
Toko roti itu masih seperti hari-hari kemarin. Susunan kursi dan mejanya menggunakan warna pastel yang berlainan. Lampu-lampu kecil yang disusun melingkari pohon menciptakan suasana yang menyenangkan, seperti titik-titik cahaya kunang-kunang di masa kecilku. Setiap kelompok bangku sudah terisi, dan salah satunya sudah diduduki Bre dan Karin. Tepat seperti kode Karin tadi, 6 langkah dari pintu pagar kecil toko, lalu 30 langkah ke kiri.
Aku langsung menuju ke arah kedua orang perempuan yang sedang asik mengobrol dan mengeluarkan tawa yang enggak ada malunya. Bahkan Karin tertawa dengan cukup keras sampai menunduk-nunduk memegangi perut.
"Hai, ladies," sapaku sambil duduk di sebelah Bre
"Neng, jadi dateng nih ternyata. Dari kemarin ditanya, tapi gak yakin terus bakal datang," Karin yang duduk di depanku berkata sambil masih terkikik
"Maaf, Bre. Tadi belanjaan lo kan heboh banget ya, jadi gue enggak sengaja nyenggol sebagian. Lagian lo naroh belanjaan sampai kolong-kolong penuh juga," ucapku membela diri karena Bre sudah siap mencekikku
"Lo tuh ya, masih cuek kalau ngapa-ngapain," ucap Bre jutek dan kubalas dengan menjulurkan lidah cuek
Karin meminum perlahan teh vanila hangat di depannya, membuatku merasa haus dan menelan air liur pelan.
"Mau?" tanya Karin pelan sambil meletakkan cangkirnya di depanku setelah ku menganggukan kepala. Langsung saja kusesap teh beraroma harum menenangkan tersebut.
"Makasih, Rin," ucapku perlahan sambil meletakkan cangkir di depannya lagi
"Masih tetap enggak ngerti sama kamu yang mendadak masuk ke bidang arsitektur. Kamu bahkan dulu dapat C di kelas menggambar waktu SD. Kamu kelihatan ditakdirkan buat ada di dapur, menekuni setiap rasa dan harum yang ada.." ucap Karin
Dapat kurasakan Bre yang ada di sebelahku juga mulai bersiap berbicara, "Kadang gue masih berharap bisa berkumpul bertiga lagi sama kalian di toko roti milik lo sendiri,"
![](https://img.wattpad.com/cover/52978670-288-k31662.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED! Cat Biru Kesayangan Akila
Chick-LitMullingar #1. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Di luar terdengar suara rintik-rintik hujan, menambah indah warna jingga kemerahan langit menjelang senja. Akila bisa menghabiskan waktu seha...