II - Akila

7.1K 562 6
                                    

Suara tawa, obrolan, dan senandung mengikuti audio sentral mengisi bagian dalam dan luar kafe. Di bagian luar, masih duduk Bre dan Karin yang menunggu Akila. Mereka berdua masih tampak mengobrol sambil sesekali Bre mencuri pandang ke arah sekelompok pengunjung yang duduk di belakang Karin. Memanfaatkan saat-saat Karin menatap handphone di tangannya, tampak sesekali merona saat hendak menekan keypad.

"Berasa jaman SMA, deh. Melihat lo bersemu-semu merah sambil melihat handphone lo," celetuk Bre jahil membuat Karin semakin bersemu. Rona merah di pipinya semakin nyata terlihat, dan jelas bukan hasil blush on.

"Ini grup teman-teman kerjaku. Ada yang mengirim gambar-gambar lucu gitu," ucapnya salah tingkah dan dibalas tatapan iya-gue-percaya dari Bre, "Beneran tau, Bre. Ih iseng deh,"

"Gue percaya. Lagian gue juga gak kenapa-kenapa kok kalau lo belum siap cerita soal rekan kerja spesial lo. Tiap orang butuh waktu yang berbeda-beda untuk terbuka, dan gue tahu lo butuh waktu lebih lama dari gue dan Akila untuk terbuka soal beginian," ucap Bre dengan wajah masih menggoda

"Bukan aku gak percaya kalian berdua. Tapi menurutku itu hal sederhana dan enggak terlalu penting untuk diomongin sama kalian. Ditengah tekanan kamu mempersiapkan pernikahan, dan ditengah deadline gila-gilaan Akila,"

"Santai ajaaa, Karina. Gue ngerti banget kok. Tapi sebenernya gue lebih suka kalau lo lebih terbuka dengan kami berdua. Gak ada yang namanya enggak penting dalam persahabatan tau," Bre gemas sambil mencubit pipi kiri Karin

"Kebiasaan jelek nih. Sakit tau cubitanmu!" ucapnya gemas samabil berusaha melepaskan tangan Bre dari pipinya. Membuat tangannya menyenggol nampan yang dibawa seorang laki-laki hingga isi di atas nampan itu jatuh. Semua kue-kue yang tertata rapi di atasnya berjatuhan, dan sebuah tart blueberry berakhir di atas sepatu Bre.

Bre hampir meneriaki laki-laki itu, namun diurungkan setelah melihat wajah laki-laki tersebut.

Bre bergumam, "Kok lo bisa ada disini?". Cukup kencang untuk bisa didengar laki-laki yang juga terkejut itu dan Karin yang masih dalam proses mengingat-ngingat.

"Maaf, kue-kuenya jadi berantakan. Akan saya ganti," ucap Karin merasa bersalah

Laki-laki itu menjawab dengan ragu "Tidak perlu, tidak apa-apa. Harusnya saya masih ingat kalian bertiga pernah menumpahkan makanan saya dengan cara seperti ini di kantin SMP," lalu menambahkan kepada Bre, "Maaf untuk sepatunya,"

Bre dan Karin saling menatap setelah laki-laki itu pergi. Laki-laki itu jelas mengenali Bre dan Karin, bahkan juga Akila. Mengingat dia mengatakan 'kalian beritga' ketika yang ia hadapi hanya 2 orang.

"Jangan bahas soal ini ke Akila!" ucap Bre dan Karin bersamaan dengan gaya sama-sama mengacungkan telunjuk kanan

Keduanya langsung tertawa kencang, cukup kencang untuk membuat Akila yang berjalan menuju meja mereka terheran-heran. Tambah heran begitu melihat sepatu Bre yang sedikit terkena krim berwarna ungu di ujungnya.

"Gue sebenernya mau nanya tadi kalian ngapain ketawa sambil saling tunjuk gitu. Tapi kayaknya gak bakal dapet jawaban yang bener," ucap Akila sambil menunjuk keduanya sebal

"Ada yang kuenya tumpah tadi, terus kena sepatu gue. Terus kita tunjuk-tunjukan deh. Iseng aja,"

"Gue percaya, tapi kayaknya ada detail yang hilang deh. Santai aja, kalian gak bisa nyimpen sesuatu kayak gini lama-lama kok," ucap Akila sambil mengambil sepotong apple tart dari nampan dan tersenyum geli

"Maaf ya, Kil. Beneran deh gak usah kepikiran tentang itu. Nanti kita bakal cerita kalau udah jelas semuanya," Karin menjawab sambil mengambil sepotong browny goody bar, cengiran di wajahnya muncul semakin lebar setelah menggigit makanan manis itu

"Potato bread enak banget. Parah lo kalo milih selalu tepat. Gue jadi kangen dan mau ke kampung halaman Dillan lagi,"

"Parah lo sombong banget. Mentang-mentang calonnya orang Perancis jadi dibahas terus," sergah Akila geli, "Lagipula ini kan makanan khas Irlandia, bukan Perancis,"

"Di Perancis juga ada makanan mirip kayak gini. Harum rosemarynya, ya ampun," ucap Bre dengan sengaja dilebih-lebihkan

Ketiganya tertawa lebar, bahkan Bre sampai memeluk perutnya karena tertawa terlalu geli.

"Eh, ini kue bentuk bayaran awal kalian berdua untuk nemenin gue malam ini," ucap Akila setelah tawa ketiganya mereda, "Ets, udah makan berarti harus nemenin dan bantu berpikir malam ini,"

"Kita kan gak jago ngerancang Ibu Akila," Karin menjawab sambil menyuapi menerima suapan roti dari Bre

"Iyaa, nanti rancangannya jadi enggak maksimal loh," tambah Bre meyakinkan

"Eh, calon pengantin mah harus bantu mikir, biar makin maksimal rancangannya. Kalo Karin kan idenya suka fresh banget ya, jadinya harus bantu mikir juga," Bre terkikik dengan jawaban Akila

"Jangan bahas ideku soal nambahin jahe ke adonan puding vanila waktu itu terus dong. Walaupun idenya enak abis, tapi aku malu tauu" jawabnya seiring dengan rona pipinya yang muncul lagi

Senyum lebar dan tawa tidak berhenti keluar dari bibir ketiganya, bahkan saat pelayan mengantarkan pesanan minuman mereka, atau saat Akila sesekali mencoret-coret ide venue pernikahan Bre di selembar kertas, atau saat Bre sesekali melirik ke sekelompok pengunjung di belakang Karin, atau saat Karin mencoba bertanya kepada Bre tentang apa yang dilihatnya.

***

Sekelompok pengunjung yang dilirik Bre sejak tadi memang tidak duduk tepat di belakang Karin, sehingga Bre tampak dengan nyaman melangsungkan kegiatan lirik-meliriknya itu. Di antara kelompok itu ada laki-laki yang tadi mengalami insiden dengan Bre dan Karin.

Laki-laki itu cukup banyak diam di antara teman-temannya yang lain. Kedua teman laki-lakinya yang duduk bersebelahan asik berbicara seru tentang sesuatu, sedangkan kedua teman perempuannya yang duduk berhadapan juga asik dengan pembicaraan sendiri. Hanya seorang perempuan, yang duduk di sampingnya, memperhatikannya dengan cukup lekat. Sesekali perempuan itu menyesap minuman di tangannya, dan kembali memperhatikan laki-laki itu dengan lekat.

Laki-laki itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Tidak terganggu dengan tatapan perempuan itu, ataupun obrolan cukup heboh keempat teman yang lain. Ia masih sesekali termenung, dan sesekali melirik ke arah sekelompok pengunjung yang duduk di hadapannya. Sesekali terfokus pada seorang perempuan yang sesekali mencoret-coret kertas di hadapannya.

Sesekali laki-laki itu tersenyum, bersamaan dengan perempuan itu tertawa dan menampilkan lesung tipis di pipi kirinya. Saat laki-laki itu tersenyum, perempuan di sebelahnya terhentak. Perempuan itu merona ketika melihat senyum itu merebak, namun rona merah itu sirna setelah melihat apa yang dipandangi laki-laki itu daritadi.

Perempuan itu memalingkan kepala dan menghapus titik air mata di pelipis mata kiri dan kanannya. Lalu kembali ke posisi semulanya, dan menampilkan seulas senyum tipis di wajahnya. Merasa diperhatikan, perempuan itu menatap teman laki-laki yang tadi asik berbincang-bincang. Keduanya tampak canggung, dan langsung mengalihkan pandangan.

"You always stole my thunder. But I know you make him happy," bisik perempuan itu pelan, namun cukup kencang untuk didengar laki-laki di sebelahya. Laki-laki itu menatapnya bertanya-tanya, dan dibalas senyum tipis perempuan itu, "I know you happy.. with her. Just never let her go again,"

***

Tetap temani Akila di bawah langit Jakarta yang sedang sering mendung ya. Mr Cat Biru sudah menunjukkan tanda-tanda kehadiran lagi dalam hidup Akila.
Be ready for their cheekiness.


P.S.: Laki-laki di kasir memperhatikan Akila dari mejanya (multimedia)

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang