XVIII

3.5K 364 17
                                    

Gue menyetir mobil dengan kecepatan agak tinggi menuju mansion. Akila sudah tertidur dengan pulas di sebelah gue. Wajahnya begitu tenang, dan sesekali dia merubah posisinya supaya nyaman.

Bangku deret tengah dan paling belakang dipenuhi oleh 6 koper ukuran besar-besar milik Akila dan 3 anak timnya.

Jalanan N4 yang lenggang membuat mobil gue dan Greg dapat sampai di tujuan dengan cepat.

"Bangun, princess. Kita sudah sampai," ucap gue pelan sambil melepas safety beltnya

Dia hanya membuka matanya sedikit, lalu memejamkannya lagi. "Ngantuk. Gak mau bangun,"

Mobil Greg juga sudah parkir di carpark. Ketiga anak tim Akila turun dari mobil itu. Wajah mereka sama ngantuk dan lelahnya dengan Akila, tapi mereka masih tetap bisa berjalan dengan cukup baik. Yang perempuan jalan dengan agak dipapah, atau diseret, oleh salah satu cowok itu.

Tadi memang sempat dikenalkan oleh Akila, tapi gue lupa namanya. My bad.

Gue merapatkan jaket dan membuka pintu mobil. Dengan langkah-langkah lebar, gue membuka pintu Akila dan merapatkan jaket yang dia pakai.

Gue menggendong Akila, berusaha tidak membuat goncangan yang dapat membangunkannya.

Greg yang duduk di beranda bersiul-siul pelan. "Romantis banget,"

Gue hanya memutar bola mata ke arahnya. Sebal dengan celetukannya yang enggak penting itu. Gue menyerahkan kunci mobil ke Greg, "Bantuin gue mindahin koper-koper ke dalam,"

"Aye, aye, Captain,"

Arandelle berdiri di depan sebuah kamar, yang gue asumsikan untuk Akila. Ia membukakan pintu itu untuk gue, dan gue meletakkan Akila dengan sangat perlahan di atas kasur.

Dengan sangat pelan, gue mencium keningnya.

Arandelle memandangi gue dari luar kamar, lalu ia mengabari gue, "4 orang temanmu tadi pagi sampai sini, diantar suamiku dan Liam. Mereka tertidur sampai sore, lalu ku bangunkan untuk makan malam. Sekarang mereka diantar suamiku ke festival di Lough Ennell,"

Gue memeluk wanita yang sudah gue anggap seperti mama, "Terimakasih, Arandelle,"

"Hei, bantu gue memindahkan koper-koper ini!" celetuk Greg

"Kau beruntung. Memiliki teman-teman seperti Greg dan Liam. Aku senang, kau mau membuka hatimu untuk berteman dengan mereka," ucap Arandelle lembut, "Ayo, kubantu memindahkan koper,"

"Enggak usah. Tunggulah suamimu sambil menonton TV atau membaca buku di ruang keluarga,"

Gue bergegas membantu Greg memindahkan koper-koper besar milik mereka berempat. Dari mobil ke ruang keluarga. Identitas nama yang mereka cantumkan di koper tidak membantu, karena gue dan Greg sama-sama lupa nama mereka masing-masing.

Hanya koper Akila yang gue letakkan di dekat wardrobe kamarnya.

Sekali lagi gue mencium dahi wanita itu, "Selamat tidur, princess,"

***

"..bas. Besok baru kita mulai survey lapangan,"

Suara merdu itu terdengasr berbeda. Lebih tegas, walaupun masih ramah.

"Pagi, Josh," sapa Arandelle yang ternyata juga ada di dapur bersih

"Hai, Arandelle," sapa gue sambil mencium pipi kanan dan kirinya seperti biasa, "Morning, guys,"

Untuk menghormati Arandelle yang enggak bisa berbahasa Indonesia, gue membuat obrolan kami dalam bahasa Inggris.

"Gue Tama, atau Josh. Kalian boleh panggil gue dengan nama aja diluar projek,"

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang