XXVI

3.5K 270 0
                                    

Malam ini Harbour Place Shopping Centre tampak sangat berbeda. Mungkin karena dekorasi berbau natal yang berbetebaran di sepanjang toko dan plaza, mungkin juga karena keceriaan yang terpancar di wajah semua pengunjungnya.

Bukan berarti gue selalu mengamati ekspresi setiap pengunjung.

Hanya saja, natal selalu terasa seperti punya keajaibannya sendiri. Memberi kehangatan dan senyum pada setiap orang. Melihat cara orang-orang merayakan natal di Mullingar selalu berhasil membuat gue merindukan rumah.

Juga merindukan perempuan itu.. Perempuan bernama Akila, yang sejak makan siang natal tadi terlihat enggan berbicara dengan gue.

Apa gue berbuat sesuatu yang membuatnya sebal? Sepertinya enggak.

"Earth to Josh!"

Sebuah tepukan di bahu kiri gue menyertai seruan menyebalkan itu. Seperti yang gue duga, Liam adalah pelakunya.

"Apa sih yang lo pikirkan sampai bisa bengong di tengah-tengah plaza yang ramai begini? Akeelah?" tanyanya dengan nada jahil

Gue hanya diam mendengar pertanyaannya yang menjurus itu.

Dia mendecak setelah keheningan beberapa detik di antara kami. Dia memberikan tanda supaya gue ikut berjalan bersamanya, menuju bench yang kosong di salah satu sisi plaza.

"Thank you, for your help,"

"Come on, dude! Santai aja. Gue meliburkan kantor sampai minggu depan, dan gue juga enggak berminat merayakan natal bersama keluarga besar dad untuk tahun ini," dia menarik napas sok dramatis, "Mereka selalu menanyakan, kapan gue akan menikah. Yang benar aja!"

Setelah makan siang tadi, gue memang meminta Liam untuk datang ke Old Ballindery. Mengajaknya bergabung dan menghabiskan waktu bersama tim Akila. Sekaligus meminta bantuannya untuk menyetir mobil, menggantikan Mr Parker yang cuti untuk liburan di rumah keluarga adiknya.

Dengan senang hati, Liam menyetuju ajakan gue. Bahkan dia meminta ijin untuk berkegiatan bareng dan menginap di Old Ballindery hingga tahun baru. Hingga acara menginap keluarga besar ayahnya selesai.

Setelah perdebatan yang cukup panjang dan tatapan memelas yang jarang dikeluarkan Liam, gue mengijinkannya.

"Ada apa dengan lo dan Keelah? Hari ini kalian terlihat seperti 2 orang asing,"

"Gue tidak ingin membicarakan itu sekarang,"

"Oke, anggap gue percaya. Lo kan tadi memang cuman menelpon gue untuk menggantikan Parker menyetir aja," nadanya menyindir. Saat ini enggak ada lagi tanda-tanda jahil di wajahnya, "Gue menerima ajakan lo bukan hanya untuk kabur dari acara keluarga dad, tapi karena gue tau ada sesuatu hal yang mengganggu lo,"

Hanya diam yang tercipta di antara kami. Gue benar-benar bingung untuk bercerita.

"Gue tau lo butuh keberadaan gue dan Greg saat ini. Gue udah ngabarin dia soal keadaan lo yang panik di telpon tadi," ucapnya, "Gue tau, lo enggak sadar kalau panik gitu tadi. Greg hampir membatalkan acara makan malam natal keluargannya dan keluarga tunangannya, kalau aja enggak gue larang. Lo kan jarang panik, bro,"

Gue mendesah napas kencang-kencang. Berusaha mengurangi kegugupan gue untuk bercerita.

"Dia menjauhi gue sejak tadi siang. Entah ada apa. Dia enggak pernah seperti itu, bahkan saat dia pertama kali melihat gue di bandara pun enggak gitu,"

"Oh! Lo berhutang banyak kepada gue, karena gue sudah melakukan banyak hal untuk memastikan Brigette jauh-jauh dari Keelah. Gue sampai meminta bantuan, hmm, Ferri, untuk terus bersama Akeelah dan menjauhkan Brigette,"

WANTED! Cat Biru Kesayangan AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang