Part 6

14.6K 614 7
                                    

Tiara POV

Aku mengendarai mobil Kak Alvin dengan ugal-ugalan karena kulihat jalan ibu kota hari ini cukup renggang.

Aku bernyanyi didalam mobil dengan suara lantang. Ya, sekarang aku sendiri di mobil ini dan tak ada yang bisa menggangguku.

Ponselku berdering tanda panggilan masuk, aku langsung mengambil ponselku yang berada dalam tas lalu mengangkat telfon tersebut.

"......."

"Tenang saja, rencana kita akan berjalan lancar dan kau tahu? Aku sudah mengetahui semua hal yang dia benci."

"......."

"Tunggu aku, sebentar lagi aku sampai. Byee, By."

Aku menutup telefon itu lalu menyunggingkan senyum manis.

Saat aku tiba di kantor, aku segera berlari keruanganku.

Saat tiba di depan ruanganku, aku memanggil Alya dan dengan sigap dia berjalan ke arahku.

"Alya, mana sekretaris saya?" tanyaku pada Alya.

"Belum datang, Bu. Nanti kalau dia sudah datang akan saya suruh langsung menghadap ke Ibu." jawab Alya.

"Baiklah, terima kasih Alya." aku tersenyum hangat padanya.

Saat memasuki ruangan aku sudah disambut dengan tepuk tangan seseorang, siapa lagi kalau bukan Alex yang tengah tersenyum karena aku tidak terlambat hari ini ke kantor.

"Bagaimana? Aku hebatkan?" aku menaik-turunkan alisku semangat.

"Sangat hebat, Sayang. Siap untuk menjalankan rencana kita?"

"Berhenti memanggilku sayang, Lex. Aku tidak menyukainya," Alex hanya terkekeh mendengar itu.

"Apa hanya Leo yang boleh memanggilmu sayang, hm?" tanya  Alex yang kali ini sukses membuatku berdiri mematung di depan meja kerjaku.

"Aku mohon. Sekali saja lihat aku, Tiara." kali ini air mataku lolos dengan mulus. Aku langsung berbalik dan memeluknya.

"Aku takut, Lex. Jangan ungkit ini lagi, kau tahu aku menyayangimu bahkan sangat menyayangimu tolong jangan buat aku menangis karena dia, Lex, aku mohon hiks.. hikss.."

"Sudah, berhentilah menangis. Aku tak sengaja mengatakannya, tolong hentikan jangan buat rencana kita gagal hari ini, Tiara. Aku juga sangat menyayangimu. Maafkan aku, maaf," aku bisa merasakan tangan Alex mengelus lembut belakangku agar aku tenang.

Aku lalu merenggangkan pelukanku saat merasa bahwa tangisku sudah sedikit reda lalu menghapus air mataku dan tersenyum paksa, aku tak ingin Alex sedih karena aku.

"Sudahlah, Tampan. Lihat 'kan? Aku sudah tersenyum lagi. Aku hanya bercanda, Lex,. Jangan marah padaku." mendengar perkataanku, Alex tersenyum dan menarikku ke dalam pelukannya.

"Kau tahu? Aku mencintaimu," aku mendongak lalu membulatkan mataku.

"Aku mencintaimu sebagai sahabat, paham? Aku tak mungkin mencintaimu lebih dari itu." Alvin terkekeh dan aku sangat yakin pipiku pasti sudah seperti tomat sekarang.

'Sialan kau, Lex' batinku lalu mendorongnya.

Saat aku mendorong Alex tanpa aku sadari kaki Alex dan kakiku masih dalam posisi menyilang dan aku ikut jatuh bersama Alex yang tidak kuat menahan badanku.

Aku menatap mata biru ini dengan sangat intens. Kulihat ada tatapan rindu di mata itu, tatapan sayang dan tatapan yang selalu membuatku tenang saat melihatnya.

My Ex My CEO [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang