Part 20

9.9K 428 3
                                    

Aku memejamkan mataku memikirkan semua masalahku yang datang seperti ombak yang siap menghabisiku kapan saja.

"NADYA PULANG BU,"samar samar teriakan itu ku dengar.

Aku terus berusaha menahan emosiku agar bisa menjelaskan semuanya pada Nadya tanpa ada emosi atau kemarahan yang berlebihan.

Setelah berusaha memikirkan semuanya baik baik, aku memberanikan diriku untuk pergi kekamar Nadya tak peduli dengan reaksi anak itu.

Ceklek

"Nadya, ada yang harus kakak luruskan disini"ucapku menahan emosi.

"Sebentar lagi pembunuh itu akan mati kan kak? Wah aku hebat bukan? Membunuhnya tanpa mengotori tanganku sen-"

Plak!

Aku menampar Nadya. Entah sudah berapa kali aku memperingatkannya untuk tidak menyebut Tiara 'pembunuh'.

"Dia bukan pembunuh Tiara"

"Lalu apa? Kau berani menamparku karena ingin membelanya ? Heyy dia yang menyebabkan ayah kita mati"

"Dengarkan aku, malam itu kau yang membawa ayah ke club Nadya bukan aku"

Flashback On

Aku benar benar frustasi saat mendengar Natasya mengalami kecelakaan. Kehilangan, menyesal, sedih, marah, kecewa, ingin lenyap itu yang aku rasakan malam ini.

From Raka

'Mau bersenang senang?'

Mungkin memang aku harus menenangkan pikiranku. Entahlah, disaat semua orang sedang berduka untuk Natasya aku sepertinya tidak terlalu merasa kehilangannya tetapi merasa kehilangan Tiara.

To Raka

'Dimana?'

From Raka

'Club biasa jam 8'

Aku melirik jam dinding yang terpampang di dinding kamarku yang menunjukkan jam 8 kurang 20 menit.

Aku memakai pakaian santaiku lalu turun sambil menggenggam kunci mobil.

"Ayah, aku ke club dulu"kataku pada Ayah yang masih sibuk dengan semua berkasnya.

"Jangan keluar malam ini"

Aku membalikkan badanku dengan tatapan bertanya.

"Ayah sedang dalam masalah besar. Jangan buat ayah pusing dengan kejadian onar yang akan kau buat diclub itu"

Tiba tiba Nadya turun dan bertepuk tangan.

"Kau bukannya harus pergi ke acara kedukaan selingkuhan mu itu hem?" kupingku panas tapi aku berusaha keras menahan emosiku.

"Apa maksud Nadya, Leo?"

"Entahlah. Aku ingin keluar dan tak peduli dengan ayah ataupun masalah ayah. Ayah tahu tidak? Semenjak ayah naik jabatan, ayah jadi sering pulang malam dan tidak ada waktu untuk kita lalu ayah bertanya maksud Nadya padaku? Kemana ayah saat aku membutuhkan ayah? Wajar bukan aku membuat masalah karena terpengaruh dengan ayah?"

Aku dapat melihat emosi dimata ayahku setelah kalimat panjang itu keluar dari mulutku.

"Kau benar benar tidak bisa menjaga perkataanmu saat berbicara dengan ayah, Leo. Ayah malu mempunyai anak sepertimu"

"Malu? Anak sepertiku? Aku lebih malu punya ayah yang selalu membentak ibuku saat ibuku benar benar membutuhkannya. Aku malu mendengar cibiran teman temanku bahwa ayah selalu membawa perempuan asing ke kantor. Sekarang dengarkan aku, aku tidak peduli dengan apapun yang akan ayah atau Nadya lakukan. Aku akan tetap pergi ke club"

My Ex My CEO [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang