Part 1

29.5K 1K 4
                                    

Leo POV

Kringg!!!!! Kringg!!!! Kringg!!!!

"Shit!" gumamku yang masih setengah sadar.

Suara alarm yang selalu berdering di pagi hari membuatku ingin memaki diriku sendiri karena akan mendapat ejekan dari teman sekantor karena jabatanku sebagai sekretaris CEO yang biasanya dilakoni oleh seorang wanita.

'Apa yang salah dari itu? Mengapa mereka selalu mengejekku? Apa menjadi sekretaris CEO sangat buruk untukku?' gumamku dalam hati.

Setelah bangun, aku langsung ke kamar mandi dan turun untuk sarapan bersama dengan ibuku dan adikku.

Aku tinggal bersama dengan Ibuku dan seorang Adik perempuanku. Ayahku meninggal 6 tahun lalu karena menyelamatkan adikku dari kejaranku yang tengah mabuk berat sambil menggenggam senjata tajam, aku sangat menyesali perbuatanku hari itu.

"Pagi, Bu, Nadya,"

"Pagi juga, Sayang," balas Ibuku, tapi Nadya- adikku- tidak membalas sapaanku. Dia hanya diam dan tak menatapku sedikitpun. Aku sudah terbiasa dengan sikapnya yang seperti ini, ia berubah semenjak ayah meninggal.

"Bu, aku sepertinya akan terlambat meeting jika sarapan. Bisakah aku membawa sarapanku ke kantor saja? Setelah selesai meeting aku pasti memakannya,"

"Pergilah, Nak. Hati-hati dijalan," ibuku tersenyum manis.

Setelah itu, aku menyalami Ibuku dan melirik Nadya yang masih tetap berkutat dengan roti selai coklat favoritnya.

Aku mengambil kunci mobilku lalu masuk dan membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu macet hari ini.

Author POV

"Sampai kapan kau seperti ini, Nak?" Tanya ibu Leo kepada Nadya.

"Sampai Kak Leo sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini salah."

"Dia sudah sadar Nadya, bahkan Leo sangat menyesali perbuatannya. Nadya, Ayahmu sudah tenang disana. Jadi, Ibu mohon jangan biarkan Ayahmu sedih melihat sikapmu yang selalu saja mengacuhkan Leo seperti ini,"

"Sudahlah, terserah Ibu saja. Aku lelah jika setiap hari harus menjawab pertanyaan Ibu yang tiada habisnya dan selalu memojokkanku," ujar Nadya dengan kesal lalu mengambil jas kerjanya dan pergi ke kantor dengan mobil kesayangannya.

'Selalu aku yang salah, yang membunuh Ayah itu Kak Leo bukan aku. Apa aku salah bersikap seperti ini?? Tidak! Tidak! Ini salah Kak Leo bukan aku.' batin Nadya sambil menahan air matanya dan sedetik kemudian pecah.

**********

"Tiara, bangunlah, ayo! Kakak lelah membangunkanmu dari 15 menit yang lalu, hari ini kau ada rapat Tiara. Oh, bangunlah kakak mohon,"

Alvin berujar dengan nada lemas. Tiara memang sangat susah dibangunkan pagi-pagi begini. "Baiklah jika itu maumu," Alvin berjalan ke kamar mandi yang tidak jauh dari tempat tidur tiara dan...

Byuuuurrr

Tiara lalu terduduk di kasurnya yang setengah basah karena Alvin menyiramkan air kewajah Tiara.

"Kak Alvin! Kau mendapat masalah besar." teriak tiara yang dibalas kekehan oleh Alvin.

"Sekarang sudah jam setengah 8 Tiara dan kau ada meeting jam 8 dengan Mahardika's group," mendengar perkataan Alvin, mata Tiara langsung membulat, dan sedetik kemudian mendorong Alvin keluar dari kamarnya lalu membanting pintu dengan keras dan Alvin hanya menatap pintu itu dengan senyum kemenangannya.

Alvin menunggu Tiara dimeja makan dengan tergesa-gesa karena ini adalah meeting pertama yang akan dihadiri Tiara, dan setahunya Tiara belum menyiapkan apapun untuk rapat pertamanya kali ini.

Tak lama kemudian Tiara muncul dengan pakaian kantornya sambil menenteng sepatu higheelsnya dan berlari kearah Alvin lalu mengecup pipi kanan Alvin, membuat Alvin tersenyum melihat tingkah adiknya itu.

"Tiara, ayo sarapan dulu,"

"Tidak usah, Kak, sekarang kita harus ke kantor secepatnya aku tak mau terlambat."

"Tap—"

"Ah, sudahlah. Kita akan terlambat, ayo cepat!" Tiara menarik lengan Alvin keluar.

"Cepat lah, Kak, jangan buat aku menunggu, dan malu didepan karyawanku."

Karena mendengar perkataan Tiara yang sudah sangat memburu seperti itu, Alvin langsung menancapkan gas mobilnya ke kantor Tiara.

**********

"Kak, selamat bekerja, aku menyayangimu. Dan ohiya pulang nanti jemput aku ya? Aku ingin kerumah aunty Intan, aku rindu padanya dan aku ingin membawakannya hadiah," setelah mengatakan itu, Tiara dengan cepat mengecup pipi Alvin lagi dan dibalas dan anggukan mantap dan ibu jari yang Alvin layangkan tepat di depan wajah Tiara.

"Baiklah. Selamat bekerja adikku sayang,"

Alvin juga seorang CEO diperusahaan milik ayahnya. Alvin anak tunggal sama seperti Tiara jadi tak heran kalau mereka sama-sama dekat satu sama lain.

"Eh ngomong-ngomong aku akan meeting dengan perusahaan apa tadi Kak?" Tanya Tiara lagi, membuat Alvin seketika menepuk jidatnya.

"Kenapa kau malah mengajakku berbincang, Tiara? Kau ada rapag dengan Mahardika's group." Alvin menggeleng kecil.

"Kenapa nama Mahardika seperti tidak asing bagiku ya kak?" Alvin mengendikkan bahu.

"Ya sudah, aku masuk dulu." Tiara lalu melambaikan tangannya kearah mobil Alvin dan dibalas dengan lambaian tangan kanan Alvin.

Alvin memperhatikan punggung Tiara yang lama-kelamaan hilang dari pandangannya dan langsung menancapkan gas mobil ke kantornya.

**********

Tiara POV

Aku mempercepat langkahku menuju lift dan saat masuk ke lift aku menekan angka 24 yang berarti aku akan diantarkan oleh lift ini ke lantai 24.

Saat aku keluar dari lift banyak sekali karyawan-karyawan yang melihatku sambil berbisik-bisik.

'Apa yang aneh dariku?' Batinku sambil memperhatikan diriku sendiri.

"Tiara!!" teriak seseorang dari arah belakang karena penasaran aku menoleh dan mataku membulat.

"Alex!!" balasku setengah berteriak dan langsung berlari memeluknya.

"Kau selalu cantik, Sayang." goda Alex yang membuatku mendaratkan jitakan ke kepalanya.

"Kau masih menjadi Tiara yang garang, ku pikir kau sudah berubah." jawabnya sambil memegangi kepalanya tadi.

"In your dream, Honey," aku memberi jeda sembari memperhatikan sekitar. "Apa yang kau lakukan di sini?" lanjutku bertanya.

*-*-*-*-*-

Jangan lupa Vote and comment yah

Happy reading :*

My Ex My CEO [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang