18_ Encephalitis

3.4K 376 15
                                    

Jadi, aku benar-benar sudah gila... Hahaha...! Baiklah...

Seperti kataku dulu, aku akan mentertawakan diriku sendiri karena...

Umm... karena aku berpikir jika peri itu nyata. Ada...

Sekarang, aku memeluknya...

Dan...

Aku harap akan memilikinya... Selamanya...

Walaupun itu artinya...
Aku... jahat...

♡♡♡

Bi Nana sudah kembali ke rumah sakit. Ia membawa satu koper pakaian Alan, Freyya, dan Fay Illy untuk sekitar satu minggu di sana.

Baru saja masuk, bi Nana sudah berniat untuk kembali mundur ke luar saat melihat Alan tengah memeluk Fay Illy. Mereka terlihat sangat intim. Tapi, Alan yang melihat kedatangannya segera melepaskan pelukannya.

"Masuk aja, bi," kata Alan.

"I-iya, tuan," sahut bi Nana canggung.

Fay Illy sudah tidak lagi menangis. Bahkan, air mata di pipinya sudah kering karena cukup lama menenangkan diri dalam pelukan Alan. "Umm... aku ke kamar mandi dulu," pamitnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dari bi Nana.

Sementara itu, Alan berusaha untuk kembali berbaring. Bi Nana bergegas membantunya yang tampak kesakitan.

"Umm… tuan, non Fay kenapa?" Bi Nana memberanikan diri bertanya seraya menoleh singkat ke arah kamar mandi.

"Gak papa," jawab Alan singkat.

"Oh, umm... kalau non Frey ke mana, tuan?"

"Dia ke luar sama Verro. Udah lama, sebentar lagi juga mereka pulang."

Baru saja Alan mengatakannya, pintu ruangan itu kembali terbuka dan masuklah Verro dengan Freyya.
"Bibi udah pulang!" cetus Freyya riang.

"Udah, donk!" jawab bi Nana. "Oh ya, bibi juga bawa peralatan melukis non, biar non gak bosen di sini."

"Kalau gitu aku mau melukis di taman, besok," ujar Freyya penuh semangat.

"Kalau gitu juga," Verro menambahkan. "Besok pagi om ke sini lagi buat nemenin kamu melukis. Dady kan belum bisa bangun, ka Fay juga mungkin mau nemenin dady. Nah! Kalau bi Nana pasti sibuk ngurusin ini-itu, hehehe...."

"Beneran yah, om?" tanya Freyya memastikan.

"Iya, janji jari kelingking!" sahut Verro seraya mengangkat kelingkingnya dan langsung ditaut oleh kelingking mungil Freyya. Kemudian, ia mencium kepala Freyya singkat. "Sekarang om pulang dulu, ya?"

"Oke, om!" kata Freyya.

Tapi, Verro baru menyadari jika wajah Alan terlihat mendung. Padahal, ia sengaja meninggalkan Alan dan Fay Illy berdua di ruangan itu agar bisa membuat mereka lebih dekat. Ia kemudian mencari-cari Fay. "Fay mana?"

Sebelum ada yang menjawab, Fay Illy sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah sama mendungnya dengan Alan.

"Kalian berdua...." Verro tidak melanjutkan kalimatnya karena tidak mau terlalu mencampuri urusan mereka. "Umm, ya udah, deh! Gue balik, ya. Bye!" pamitnya.

"Mas Verro gak mau makan malem di sini?" tanya bi Nana.

"Enggak, ah!" tolak Verro yang sudah hampir membuka pintu. "Dah bi Nanaaa!"

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang