Fairy For Daddy

15_ Lost

Freyya berlari kecil, sesekali melompat dengan tangan berusaha meraih kupu-kupu besar berwarna hijau yang terbang cukup rendah. "Tinkerbell!" pekiknya. Pijakan kakinya sudah bukan lagi rumput di halaman belakang, melainkan sudah jauh sampai di halaman depan yang memang tersambung. Suara sepatunya nyaring terdengar menghentak lantai ubin yang mengarah langsung ke luar dari gerbang yang sedikit terbuka.

Rupanya, mang Tarjo lupa menutup gerbang.

Freyya terus berlari riang, mengejar kupu-kupu yang anehnya terlihat seperti sengaja menuntunnya. Hingga tanpa ia sadari, ia sudah keluar dan melewati dua rumah besar.

"Freyya! Kamu mau ke mana?" Davi melongo di balik gerbang rumahnya yang sedikit terbuka. "Ngapain di depan rumah aku?" tanyanya.

Freyya hanya menoleh singkat dan tetap berlari kecil. "Aku lagi main sama Thinkerbell!" sahutnya.

Davi mengernyit heran. "Itu kan, kupu-kupu," gumamnya. "Apa nama kupu-kupu itu Thinkerbell, ya?" Ia kemudian melihat Freyya semakin jauh berlari. Sesaat ia berpikir, hingga akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari gerbang dan mengejar Freyya. "Frey, tunggu! Aku ikut."

~~~

"Mang Tarjo gimana, sih?!" bentak Alan. "Kenapa gerbangnya gak ditutup? Saya kan, bilang kalau gerbang ini harus selalu ditutup!"

"Ma-maaf, bos. Tadi abis bi Nana pulang dari pasar, saya langsung bantuin angkat belanjaannya, jadi gerbangnya belum saya tutup lagi," sesal mang Tarjo.

"Maafin kita, tuan," Bi Nana sama menyesalnya.

Alan melihat ke arah kiri dan kanan jalan di kompleks perumahannya. Tidak terlihat Freyya di mana pun. "Ya udah! Sekarang mang Tarjo sama bi Nana cari Freyya ke sana, biar saya sama Fay cari ke arah sana!"

"Siap, bos!" Pak Tarjo dan bi Nana melesat cepat ke arah kiri.

"Ayo, Fay!" Ajak Alan. Mereka lalu mulai mencari ke arah berlawanan.

~~~

Davi terus mengikuti Freyya. Sementara Freyya asik bermain dengan kupu-kupunya, Davi malah asik memperatikan Freyya cantik yang selalu ia sukai. Sepasang anak mungil itu tidak menyadari jika sekarang mereka sudah hampir sampai di palang pintu keluar kompleks. Dan seolah mempermudah langkah mereka, pos satpam penjaga palang pintu di sana nampak kosong. Jadilah dua bocah itu keluar bebas dan mulai menyusuri bahu jalan raya. Berbelok dan berbelok lagi entah ke arah mana, mengikuti kupu-kupu hijau. Semakin jauh.

"Frey, ayo pulang!" ajak Davi akhirnya. Ia mulai takut melihat banyak kendaraan dan keramaian orang di pinggir jalan.

Dan kupu-kupu itu... menghilang setelah tiba-tiba terbang tinggi. Sepertinya tertelan asap pekat kendaraan bermotor. Freyya terdiam dengan wajah berubah murung. Kemudian, ia mengedarkan pandangan bingung. "Davi, kita di mana?"

Davi yang sudah lebih dulu takut dengan tempat asing itu menggeleng. "Aku gak tahu, tapi ini kayaknya sering aku lewatin kalau lagi di mobil," jawabnya seraya mengingat-ingat.

"Umm...." Freyya berpikir sambil tetap meneliti ke sekitar. Tidak seperti Davi, ia sedikit pun tidak terlihat takut. Ia pun menggandeng tangan Davi. "Ya udah, kita jalan aja lagi. Nanti pasti sampai rumah lagi."

Davi melihat pegangan tangan Freyya. Ia memang takut, tapi jauh lebih senang karena bisa dekat dengan Freyya yang dulu sulit untuk didekati. Bahkan, sering membuatnya menangis. Walaupun beberapa hari ini, sifat Feyya memang sudah jauh lebih manis. Dan sekarang, Freyya tampak seperti ingin melindunginya. Davi benar-benar senang.