14_ Mischievous Fairy

3.7K 392 47
                                    

Pagi yang cerah. Itu hari selasa. Karena merasa baik-baik saja, Freyya bersikeras untuk tetap pergi ke sekolah. Ia sudah siap mengenakan seragam olahraga berwarna ungu karena jadwal pertama di sekolah pagi itu adalah olahraga.

Fay Illy yang baru selesai memandikan dan memakaikan Freyya pakaian menelaah keadaan Freyya dengan sisa-sisa perasaan cemas semalam. "Frey, kamu yakin mau sekolah? Kan semalam kamu sakit."

"Aku gak papa, kok," sahut Freyya. "Udah gak sakit lagi kepalanya," lanjutnya sambil memegang kepala.

Pintu kamar Freyya terbuka, dan masuklah Alan yang pagi itu mengenakan kaos putih polos dan celana jeans selutut. Penampilannya benar-benar santai. Ia yang juga sudah sempat membujuk Freyya untuk tidak masuk sekolah akhirnya menyerah dan memutuskan untuk menemani Freyya seharian, termasuk di sekolah. "Karena kamu ngeyel tetap mau ke sekolah, jadi hari ini dady temenin kamu di sekolah. Gimana?"

Freyya melompat riang. "Serius dady? Horey!" pekiknya seraya berlari pada Alan. Dengan sigap Alan menangkap Freyya dan mengangkatnya ke udara. “Serius, donk!”

"Asikk! Hari ini aku ditemenin dady sama ka Fay ke sekolah!"

Alan tersenyum, bahagia melihat keceriaan Freyya. Ia kemudian mencium pipi Freyya. "Wanginya peri mungil dady," ucapnya sambil menghirup aroma Freyya dalam-dalam. "Give me a kiss!"

Freyya menurut untuk mencium bibir Alan. "Muuaaah!" Setelah kecupan basah itu, ia menoleh pada Fay Illy. "Ka Fay, sini!" ajaknya. "Aku mau cium ka Fay juga!"

Fay Illy yang hanya memperhatikan kemesraan ayah dan anak itu pun bergabung. Langsung saja Freyya mengulurkan tangannya, dan menariknya lebih dekat. "Muuah!" Fay Illy hanya tersenyum setelah menerima ciuman singkat di bibirnya itu. Begitupun Alan.

"Ka Fay jangan tinggalin aku sama dady, ya! Biar kita bisa sama-sama terus," kata Freyya riang.

Kalimat terakhir Freyya seketika menghilangkan senyum di bibir Alan dan Fay Illy. Mereka saling menatap dan bisa saling menebak isi pikirkan masing-masing. Alan tahu, dan Fay Illy sudah dengan jelas mengatakan padanya jika ia tidak mungkin selamanya di sana.

"Kok dady sama ka Fay diam?" tanya Freyya heran.

"Gak papa, kok," sahut Alan dengan tatapan belum beralih dari Fay Illy. Detik berikutnya, ia memaksakan senyum pada Freyya. "Kita sarapan dulu, yu!" Tanpa menunggu Freyya menjawab, ia sudah membawa Freyya keluar dari kamar itu, meninggalkan Fay Illy yang masih terpaku seorang diri.

"Sungguh, Al. Seandainya aku punya pilihan," Fay Illy bergumam dalam hatinya. "Aku... sayang kalian, aku juga gak mau ninggalin kalian. Dan seharusnya aku tidak boleh memiliki perasaan ini."

~~~

Bi Nana baru saja membuang sampah ke depan gerbang. Sebelum kembali masuk ke dalam rumah, ia menyempatkan untuk menyapa mang Tarjo yang tengah menikmati kopi paginya. "Hayo! Cepetan panasin mobil tuan! Bentar lagi tuan sama non fay sama non Frey selesai sarapannya," serunya mengagetkan mang Tarjo.

Kontan mang Tarjo tersendak. "Uhukk! Aiiihhh! Kamu ngagetin saya aja, sih!" protesnya. "Lagian mobilnya udah saya panasin! Tenang aja."

Raut wajah Bi Nana berubah serius, ia kemudian mendekat pada mang Tarjo melalui jendela terbuka di posnya. "Eh, mang! Ngomong-ngomong… kamu ngerasain ada yang aneh gak, dari non Fay?" tanyanya sedikit berbisik.

"Iya, emang ada yang aneh," sahut mang Tarjo mengangguk.

"Nah, kan!" Bi Nana mengarahkan telunjuknya tepat ke depan hidung mang Tarjo. Merasa ada yang satu pemikiran dengannya, ia pun kembali berpikir. "Emang aneh…."

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang