3_ Autumn Fairy

5K 498 27
                                        

Setiap hari senin sampai dengan kamis, rutinitas yang biasa Alan lakukan adalah mengantarkan Freyya dan bi Nana ke TK setiap pukul 8 pagi, kemudian bergegas menuju studio. Tepat pukul setengah 12 siang, ia akan kembali ke TK untuk menjemput Freyya. Kadang, ia menyempatkan diri untuk makan siang di rumah sebelum bertolak kembali ke studio. Alan biasa pulang dari studio sekitar pukul 5 atau 6 sore. Sesekali ia bisa pulang sangat larut jika sedang mengerjakan project dengan deadline mendesak.

Seperti pagi itu, Alan baru saja kembali pada rutinitas biasanya setelah mengantarkan Freyya ke sekolah. Dalam keadaan macet, Alan mulai tidak sabar karena pekerjaan di studio sudah menunggu untuk diselesaikan. "Ini tumben banget, sih! Macetnya lama!" gerutunya. Ia beberapa kali menekan klakson. Percuma saja, suara klakson itu hanya menambah bising di tengah panasnya traffic jam. "Huffhhh...." Akhirnya, Alan menghela nafas pasrah.

"Hei! Bersabarlah. Jangan marah-marah seperti itu...," kata Fay Illy yang terus memperhatikan setiap detail gerakan dan ekspresi Alan di sampingnya. "Seandainya saja aku bisa membawa mobil kamu ini terbang, hihihi." Ia kemudian membayangkannya seraya tertawa renyah. “Mungkin, setelah itu aku akan diasingkan ke lembah Darkenfill karena sudah membuat gempar dunia manusia dengan mobil terbang.”

~~~

Sampailah Alan di sebuah gedung dengan dominasi material kaca yang cukup tinggi. Cepat-cepat ia melangkah masuk. Dan Fay Illy masih terus terbang mengikutinya.

Seorang laki-laki berbadan tegap dan sedikit lebih tinggi dari Alan baru saja turun dari motor Harley dan langsung berlari menyamakan langkahnya dengan Alan. "Pagi, bro!" sapa Verro.

Verro Vestviant adalah sahabat Alan sejak mereka masih duduk di bangku kuliah. Dulu, mereka tinggal dalam satu rumah kost. Sampai akhirnya mereka lulus dan memulai karir mereka sebagai komposer. Setelah sama-sama sukses, mereka membangun rumah impian mereka masing-masing. Bedanya, jika Alan membangun rumah itu bersama seorang pendamping, Verro justru asik membangun rumah dengan gaya maskulin tanpa sentuhan feminin. Pasalnya, Verro masih sangat betah membujang hingga sekarang.

"Ah! Tumben hari ini lo gak telat!" sahut Alan sedikit meledek.

"Gue telat dikatain, gue ontime juga lo ledekin, mau lo apa? Emang ya, cowo itu selalu salah, huhuuu..." Verro mulai membanyol.

"Lo lagi curhat? Emang cowo kayak lo selalu salah di mata cewe, hahaa!" Alan tergelak sambil meninju lengan Verro. Kontan Verro membalas dengan menonjok dadanya.

"Eh! Mereka kenapa saling memukul?" Fay Illy mulai panik, tapi ia juga bingung karena mereka tertawa dan sama sekali tidak terlihat sedang bertengkar. "Manusia memang aneh. Hmmm... apa aku bisa hidup sebagai manusia, ya?" gumamnya ragu. "Ah, aku harus bisa!"

Seharian itu, Fay Illy selalu memenuhi udara di sekitar Alan. Ia tidak melepaskan Alan sedetik pun untuk diikuti dan diteliti kehidupannya sebagai manusia. Perlahan, ia mulai mengerti dengan pekerjaan Aley. Bahkan, ia sangat menyukai musik-musik yang Alan ciptakan.

Sebagai seorang peri, selain mempunyai kekuatan sihir di luar nalar manusia, Fay Illy juga memiliki kecerdasan di atas manusia normal. Sehingga ia bisa dengan cepat beradaptasi dan mempelajari semua hal asing di dunia manusia.

~~~

Setelah kesibukan yang melelahkan, siang itu Alan bergegas menuju Futaba International School untuk menjemput Freyya dan bi Nana. Baru melewati portal penjaga di gerbang masuk sekolah, ia langsung disambut wajah murung Freyya dan bi Nana yang sudah menunggu di kursi taman sekolah itu.

"Pasti Frey bikin masalah lagi, deh!" tebak Alan yakin.

"Sebegitu seringkah si mungil membuat masalah? Kamu sampai seyakin itu," tanya Fay Illy dari sebelah Alan.

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang