23_ Fairy Bride

5.5K 505 72
                                    

Halaman luas yang mengelilingi rumah Alan sudah terlihat cantik, dipenuhi bunga-bunga putih segar yang bahkan sebagian masih kuncup. Di antaranya, terdapat bunga mawar, lily dan anggrek. Juntaian kain organza putih yang dibentuk cukup rumit melilit di vas bunga besar dan pohon-pohon yang sebelumnya memang sudah tumbuh mengelilingi sudut-sudut halaman. Semuanya kian romanatis dengan lampu-lampu taman.

Di antara bunga dan pepohonan itu, terdapat satu pohon paling besar yang juga tampak paling spesial. Pohon yang namanya tidak lain merupakan nama Fay Illy yang sesungguhnya, Fairy Illy Acacia. Akasia. Pohon besar yang sudah puluhan tahun tumbuh di tanah itu dihiasi dengan taburan lampu kecil berkelip bening terang. Lampu-lampu itu seperti tanaman rambat berdaun putih yang juga menggantung indah di setiap dahan hingga ranting terkecilnya.

"Fairy Illy Acacia...," eja Alan lembut.

Alan menoleh dan menatap Fay Illy yang sekarang berbading di sampingnya. Di bawah pohon besar itu, mereka tengah menikmati malam berdua. Berbaring seraya menikmati langit tak berbintang yang malu-malu mengintip di antara celah dedaunan dan kelipan sang Akasia, dengan hanya beralaskan rumput tebal yang terasa empuk namun sedikit menggelitik di permukaan kulit.

"Maaf, kamu baru tahu nama lengkapku beberapa hari ini," sesal Fay Illy. "Itu juga karena aku mau melewati semua hal yang berhubungan dengan pernikahan secara manusia ini dengan sebenar-benarnya aku."

"Ternyata nama kamu sama nama pohon tua ini sama, Akasia. Mungkin, itu sebabnya kamu di kirim ke rumah ini," Alan mengira-ngira. "Gak papa kok, aku baru tahu. Ya, walaupun masih ada banyak hal yang kita buat abu-abu tentang asal-usul kamu, Fay," imbuhnya seraya menahan senyum.

Jadi, memang cukup rumit menikahi peri yang asal-usulnya mustahil diterima nalar manusia biasa. "Cukup aku yang tahu siapa kamu. Mereka yang melihat pernikahan kita hanya akan mengenalmu sebagai gadis sebatang kara yang tidak memiliki orang tua dan lupa akan asal-usulnya." Akhirnya, senyum Alan melebar juga. "Kalau aku pikir lagi, ini lucu, Fay."

Fay Illy ikut tersenyum. Mmang semuanya sekarang terasa aneh dan lucu. Ia kemudian menyamping dengan sebelah tangan menahan kepalanya terangkat. Ditatapnya Alan lekat. "Al, kamu tahu, gak?"

"Tahu apa ?" tanya Alan yang akhirnya ikut menopang kepalanya dengan sebelah tangan, sehingga mereka sekarang berhadapan dan saling mengunci pandangan.

"Kenapa aku mau menikah dengan manusia seperti kamu?" Fay Illy melanjutkan pertanyaan dalam pertanyaan baru.

"Kenapa? Eh tapi, emang di mata kamu aku ini manusia kayak apa?" Alan mengernyit heran.

"Kamu jawab dulu, kenapa aku mau nikah sama kamu, Al…." Fay Illy memaksa.

"Oke, aku jawab," Al berpikir sejenak. "Umm... karena Freyya?"

"Bukan." Fay Illy menggeleng.

"Terus?"

"Bukan cuma karena Freyya, tapi juga karena kamu, Al. Aku suka Al yang pertama kali aku lihat di bawah pohon Akasia ini. Umm... ya walaupun waktu itu kamu bentak Frey karena kamu gak percaya kalau dia lihat peri yang nyatanya sekarang peri itu ada di sebelah kamu. Aku suka lihat mata teduh kamu mengeluarkan air mata dari jarak dekat, tangisan kamu menyentuh hati, Al. Aku suka lihat wajah datar kamu yang kikuk. Dan aku juga suka tingkah kamu yang kaku tapi…" Fay Illy berhenti sesaat seraya tersenyum gemas. "...lucu. Kamu itu manusia kaku yang paling lucu, Al."

Seketika wajah Alan bersemu merah. "Jadi, menurut kamu aku ini manusia yang lucu?" tanyanya, seolah tak yakin. "Emang ada berapa banyak manusia yang pernah kamu temui sebagai perbandingan?"

"Umm... gak aku temui, tapi aku lihat. Aku banyak lihat manusia dari atas awan. Tapi, cuma kamu yang benar-benar aku temui dan aku kenali. Ternyata, kamu manusia yang baik, lucu, dan akhirnya, sekarang, manusia seperti kamu yang mengambil hati aku."

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang