20_ Momy

3.7K 347 28
                                    

Freyya ingat, dulu ia sering berlari-lari bersama dady dan momy di halaman belakang rumah. Itu sebabnya ia senang duduk berlama-lama di sana. Dan sekarang, di tengah-tengah hamparan rumput hijau itu, ia tengah duduk di pangkuan momy. Momy cantik bermata biru kelabu yang sekarang berpakaian putih seperti peri. Rasanya... hangat.

"Momy ke mana aja?" tanya Freyya seraya mengusap wajah Caitlyn. Mata biru kelabu mereka lekat bertemu pandang.

"Dulu kan, momy bilang momy gak ke mana-mana," jawab Caitlyn mengingatkan. "Ingat? Momy selalu ada di sini." Ia menempelkan telapak tangannya ke dada Freyya. "Di hati kamu, selamanya."

Freyya terdiam cukup lama hingga ia teringat dengan perinya. "Momy, boleh kan perinya aku kasih buat dady?" tanyanya meminta ijin. Freyya pikir itulah kesempatan untuk mengatakannya pada momy. "Biar aku ikut momy aja."

Caitlyn tersenyum simpul, lalu mengecup kening Freyya. "Sayang, kamu gak bisa gitu. Perinya kan punya perasaan, sama kayak Frey juga. Jadi, biarin perinya yang pilih takdir dia sendiri."

"Takdir?" Kata itu sama sekali asing di telinga anak seusianya, tapi Freyya sedikit mengerti maksud dari kalimat momy-nya.

"Kalau perinya gak mau gimana?" Wajah Freyya berubah muram diliputi kecemasan. "Kasihan dady sendiri nanti."

"Kenapa dady sendiri?" Tanya Caitlyn heran, namun tetap tersenyum.

"Kan, aku mau di sini aja sama momy...."

~~~

"Momy?" Freyya masih di bawah pohon akasia. "Momy mana?!" Ia kebingungan karena momy yang seharusnya sedang memeluknya, tiba-tiba saja menghilang. Dan, tadi semuanya berubah menjadi putih mengabur, tapi sekarang ia kembali melihat semuanya dengan jelas.

"Momy!!!" Kali ini Freyya berteriak seraya bangkit dan berlari tak tahu arah di halaman luas itu. "Ke mana? Momy ke mana?! Jangan tinggalin aku lagi!!!"

Alan dan Fay Illy cukup dibuat terkejut oleh teriakan panik Freyya. Mereka yang masih duduk di sofa segera berlari ke luar.

"Frey, kamu kenapa?!" tanya Alan, juga dengan suara berteriak.

Freyya masih berlari kecil sambil mengedarkan pandangan bingung. Ia seperti ingin mengejar sesuatu, tapi bahkan tidak tahu ke mana harus mengejarnya. "Momy mana?! Momy...!"

Alan menangkap Freyya dan memaksa menggendongnya, walaupun Freyya berontak. "Frey, kamu kenapa?! Gak ada momy di sini, Frey!"

Fay Illy hanya diam memegangi Freyya dalam gendongan Alan. Ia melihat kedua bola mata Freyya begitu cemas dan... takut.

"Tadi momy ada di sini, dady! Momy nemuin aku lagi!" terang Freyya akhirnya, bersikeras.

"Kamu pasti ngelamun, sayang...." Alan memelankan suaranya. "Atau kamu ngantuk? Ini kan jam tidur siang kamu setelah minum obat. Sekarang kita tidur siang aja, ya? Nanti sore baru kamu boleh main di sini, kamu bisa ngelukis lagi nanti."

"Dady! Aku gak ngelamun, aku gak ngantuk! Momy beneran ada…. Tapi, momy belum bolehin aku kasih perinya buat dady! Momy belum jawab lagi, gimana kalau perinya gak mau sama dady?!"

Ucapan Freyya itu sukses menuntun Alan dan Fay Illy saling melancarkan tatapan bingung. Mereka sepertinya tahu siapa maksud Freyya. Siapa lagi kalau bukan Fay-lah yang dimaksud sebagai perinya.

"Frey...." Tanpa di sengaja, Alan dan Fay memanggil Freyya bersamaan.

"Umm..." Alan mencoba kembali fokus pada Freyya. "Frey, kenapa kamu ngomong gitu?"

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang