"Kenapa diam?" tanya Fay Illy saat Alan hanya menatapnya tanpa berkedip. Ia kemudian tersenyum hangat. "Aku tahu kamu lagi mikirin sesuatu, kenapa gak bilang aja?"
Alan mengalihkan pandangannya dan tertunduk larut ke dalam pikirannya sendiri. Kalaupun benar Fay bisa membaca pikirannya, rasanya itu wajar saja, mengingat sosoknya yang memang ajaib. Tapi, sepertinya Fay cukup baik untuk tidak benar-benar melakukan itu terhadapnya.
"Al?" Fay kembali memanggil Alan yang semakin diam.
Alan mengangkat kepalanya lalu tersenyum. "Aku… mau nanya, Fay."
"Nanya apa?"
"Sampai kapan kamu bisa di sini? Sedikit aja kamu bagi rahasia kamu, Fay." Alan memberi penekanan pada kata 'sedikit'.
Fay Illy menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, kemudian ia kembali tersenyum. "Aku udah bilang, jangan pernah bertanya lagi, atau aku akan lebih banyak melanggar dan aku harus membayar mahal untuk pelanggaran itu. Mungkin aku akan menghilang selamanya."
Alan tersenyum getir. Kata-kata itu sama persis dengan apa yang ia dengar dari Fay Illy di malam setelah kejadian menakjubkan itu. "Fay, tadi kamu nanya aku lagi mikirin apa, kan? Dan kamu tahu aku bohong. Sebenernya, aku emang nyembunyiin sesuatu dibalik kata 'gak papa'."
Fay Illy mengernyit bingung. "Maksud kamu, apa?"
"Gimana aku bisa ungkapin apa yang ada di dalam pikiran aku, kalau aku tahu akhirnya kamu cuma tetep jadi sosok penuh misteri yang siap buat pergi dari hidup aku seandainya aku menuntut lebih dari kamu, Fay...," jelas Alan dengan senyum getir masih tergores di bibirnya. "Fay, seandainya aku minta kamu jangan pernah pergi, selamanya, apa kamu bisa?" imbuhnya seraya tertunduk muram. Senyumnya sama sekali hilang.
Entah kenapa, Fay Illy merasakan sakit di hatinya. Perasaannya terluka saat mendengar kata-kata Alan yang cepat atau lambat memang akan terjadi. Akan ada waktunya ia pergi meninggalkan Alan dan Freyya. Melihat wajah Alan yang seolah mengiba padanya untuk tetap tinggal, rasanya Fay Illy ingin sekali mengingkari takdirnya sebagai seorang peri. Dan sepertinya, hatinya memang mulai menghianati takdir itu.
"Fay... aku gak akan banyak nanya lagi, aku gak peduli siapa pun kamu. Tapi, boleh aku-"
"Al..." Fay Illy menghentikan ucapan Alan yang sepertinya akan semakin membuatnya hanyut ke dalam perasaan aneh. Tapi, ia kemudian terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa.
"Boleh aku sayang sama kamu?" Akhirnya, Alan tetap melanjutkan kalimatnya dengan tatapan yang begitu memohon.
"..." Fay Illy terdiam. Ia bahkan tidak berani menatap wajah Alan lagi.
"Tiba-tiba aja kamu datang dan bawa kebahagiaan di rumah ini. Beberapa hari ini hidup kita berubah, Fay. Bukan salah aku kalau sekarang aku gak mau kehilangan kamu. Bukan salah aku kalau kamu yang akhirnya buat aku mau milikin kamu selamanya," sambung Alan.
"Tidak. Mungkin, ini hanya cobaan yang ratu Classera maksud. Aku harus melawan perasaan ini...," gumam Fay Illy dalam hatinya. Ia lantas bangkit dan bergegas meninggalkan Alan tanpa sepatah kata pun ia ucapkan sebagai jawaban.
Alan bangkit saat Fay Illy melangkah pergi. "Fay! Aku sayang sama kamu!" ujarnya. Kali ini dengan suara lebih lantang.
Fay Illy kembali terdiam. Kakinya mendadak berat untuk melanjutkan langkah yang seharusnya mantap. Mungkin, karena hatinya mulai ragu dan lemah. Saat itu juga, Alan melangkah cepat. Lengan kekarnya dengan serta merta mendekap Fay Illy dari belakang. Begitu erat sampai rasanya ia ingin mengangkat tubuh itu melayang di dalam pelukannya, mensejajarkan postur mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy For Daddy
FantasiSeandainya peri itu nyata... Bukan, bukan seandainya Memang nyata... Peri cantik yang hanya dengan goresan senyumnya sanggup melukis pelangi dari uap awan mendung.... Peri cantik yang hanya dengan sentuhan jemarinya sanggup menghidupkan kembali kel...