11_ Lil' Kiss

4K 422 26
                                    

Fay Illy, Niki, Alan, dan Verro. Masih seperti itu urutan duduk mereka setelah hampir tiga puluh menit menunggu Freyya melukis. Mereka berempat fokus menikmati pemandangan danau yang tengah Freyya lukis tanpa sedikit pun perasaan cemas. Bahkan, sudah cukup lama mereka tidak menoleh untuk memastikan Freyya masih melukis.

"Freyya udah kali ngelukisnya," cetus Verro.

"Udah lumayan lama, sih," Alan menyahut sambil melihat jam tangannya.

Fay Illy menoleh untuk memastikan, tapi ia tidak mendapati Freyya yang seharusnya tengah duduk melukis. Bahkan, kanvasnya sudah tidak menempel di tempatnya. Berikutnya, Ia bangkit dan langsung berlari panik menghampiri Freyya saat matanya menangkap sosok mungil itu terbaring di atas rumput. "Frey!" pekiknya.

Alan dan yang lainnya berbalik. Seketika itu juga mereka berlari mengikuti Fay Illy.

"Freyya! Kamu kenapa?" Fay Illy mengangkat Freyya ke dalam pangkuannya.

"Frey! Kamu kenapa, sayang?!" Alan mengusap wajah Freyya yang berona pucat. "Kita pulang sekarang!" kataya panik.

Tak berlama-lama, Alan menggendong Freyya dan membawanya menuju mobil, diikuti oleh Fay Illy di sampingnya. "Verro, lo beresin tenda sama yang lainnya!" pintanya tanpa menoleh lagi.

Sebuah gulungan kanvas terjatuh dari tangan Freyya saat Alan menggendongnya. Verro yang lebih dulu melihat itu langsung mengambilnya. Sementara ia membuka lukisan itu, Niki justru tengah bersungut-sungut karena Alan meninggalkannya begitu saja. Dan Niki lebih kesal karena Fay Illy terlihat begitu dekat dengan ayah dan anak itu.

"Ih! Nyebelin! Gue ditinggal!" gerutu Niki.

Verro hanya mendelik malas melihat tingkah Niki itu, dan kembali fokus pada lukisan Freyya yang sudah ia buka. Dahinya berkerut-kerut saat berusaha meneliti objek-objek di dalam lukisan yang masih basah. "Ini..." Ia melihat ke arah danau, lalu kembali pada lukisan. Dan memang semuanya sama persis. Hanya saja, yang ia ingat... "Bukannya tadi kita duduk di sana berempat?" tanyanya dalam hati. Tapi, jelas-jelas yang tergambar di sana hanya dua sosok yang terlihat begitu dekat. Alan dan Fay Illy.

Niki menyadari ekspresi aneh di wajah Verro yang masih belum berkedip di depan lukisan. "Itu lukisan Freyya?" tanyanya sambil berusaha merebutnya dari tangan Verro. "Sini, gue lihat!"

Dengan sigap Verro melindungi kanvas itu dari Niki. "Lukisannya jelek!" katanya seraya kembali menggulungnya. "Mending lo beresin tuh, tenda! Gue mau susulin Alan, takut Freyya kenapa-napa," imbuhnya sambil melengos pergi.

Niki menganga, tidak terima. Seorang penyanyi ternama sepertinya disuruh membereskan tenda? Akhirnya, ia berlari mengejar Verro. "Verro!!! Tungguin gue! Sembarangan banget, masa gue yang beresin?!"

"Ya udah kalau gak mau biar gue suruh penjaga danau yang beresin," sahut Verro dengan nada malas, bahkan tanpa menoleh pada Niki.

"Ugh! Nyebelin!!!" Niki menggeram sambil menghentakan kakinya di atas rumput.

~~~

Sepanjang perjalanan, Fay Illy tidak hetinya berusaha membangunkan Freyya dengan cara manusia. Tapi, Freyya tetap tenang dalam dekapannya yang semakin cemas. Sementara itu, Alan berusaha tetap fokus mengemudi dengan kecepatan tinggi.

"Apa aku pakai kekuatanku untu membangunkan Freyya, ya?" Fay Illy bertanya pada dirinya sendiri, di dalam hati. Tapi, keberadaan Alan di sebelahnya mengurungkan niat itu. Ia sedikit kapok. Walaupun sepertinya dalam kondisi seperti itu, tidak akan ada yang menyadari Freyya terbangun dengan sendirinya atau karena dipaksa untuk bangun.

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang