16_ Confused Fay

3.3K 379 12
                                    

Sebelumnya, Alan bertanya bagaimana caranya membawa Freyya ke rumah sakit. Sekarang, karena dirinya, Freyya akhirnya sampai di rumah sakit. Sayangnya, bukan hanya Freyya yang sekarang tengah ditangani oleh dokter, melainkan juga Alan yang keadaannya masih belum stabil setelah kehilangan banyak darah.

Malam itu, Fay Illy duduk di depan ruang ICU dengan mata sembab. Tidak pernah terpikir olehnya jika menangis akan menguras banyak tenaga manusia. Ia benar-benar merasa lelah. Gadis peri itu tertunduk, sesekali menghela nafas dalam-dalam sambil memikirkan dua orang yang menjadi alasannya turun ke bumi sekarang tengah bernasib malang.

Bukan hanya Fay Illy, Tiara yang juga cemas sudah berwajah lesu. Di pangkuannya, Davi sudah mulai tertidur. Begitu pun bi Nana dan mang Tarjo yang sama cemasnya.

Pintu ruang ICU terbuka. Langsung saja Aria yang baru akan keluar diserbu oleh Tiara, bi Nana dan mang Tarjo. Sedangkan Fay Illy, ia masih bingung di tempat duduknya. "Gimana mas?" tanya Tiara pada suaminya.

"Frey udah sadar. Baru aja perawat pindahin dia ke ruang rawat lewat pintu belakang ICU," jawab Aria. "Dia nyariin kamu, Fay." Aria mengarahkan pandangannya pada Fay Illy.

Akhirnya, Fay Illy bangun dari duduknya. "Freyya gak papa, kan?" tanyanya panik.

"Sementara ini Frey gak papa, dia cuma dehidrasi. Tapi, besok dia harus diperiksa lebih lanjut," Aria menerangkan. "Sebenarnya tadi siang Alan udah bikin janji sama temen aku buat periksa keadaan Frey. Ya... aku pikir Alan gak jadi bawa Frey ke sini, soalnya sampai sore tadi dia gak datang, Tapi, sekarang malah dia sendiri ikut masuk rumah sakit."

Aria beralih mengusap kepala Davi. "Lagian, kenapa Davi sama Frey bisa sampai hampir diculik? Kenapa kamu biarin Davi pergi sejauh itu?" tanyanya, kecewa pada sang istri.

"Maafin aku. Aku gak tahu kalau gerbangnya kebuka. Lupa juga kalau satpam kita lagi pulang kampung," sesal Tiara. "Nanti aku jelasin lengkapnya sama mas. Tapi, Alan… sekarang dia gimana?"

"Ya udah, nanti aja jelasinnya." Aria menghela nafas kasar. "Luka tusukan Alan cukup dalam, tapi gak sampai ngerusak organ dalamnya. Dia cuma kehilangan banyak darah. Sekarang dia masih ditangani sama dokter bedah. Kalian tenang aja, Alan gak papa."

Walaupun belum sepenuhnya tenang, tapi Fay Illy sudah merasa cukup lega. "Umm... aku boleh ketemu Freyya?"

"Boleh, Freyya emang nunggu kamu. Tapi, sebaiknya kamu sendiri aja. Biar Freyya langsung istirahat."

"Iya." Fay Illy mengangguk.

"Aku antar Fay dulu, ya?" pamit Aria pada Tiara. Tiara hanya mengangguk.

~~~

"Ka fay!" Freyya bangun dari posisi tidur, lalu merentangan kedua tangannya, meminta pelukan Fay Illy yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Dua orang suster yang menemaninya di ruangan itu bergegas keluar saat merasa sudah aman meninggalkan gadis mungil itu bersama keluarganya.

"Iya, sayang. Ka Fay di sini." Fay Illy memeluk Freyya di atas tempat tidurnya. Sedangkan Aria yang mengantarnya kembali keluar mengikuti dua suster tadi.

"Dady mana? Dady gak papa, kan? Tadi perut dady keluarin banyak darah. Aku takut." Freyya melepaskan pelukan Fay Illy sebelum Fay Illy sempat menjawabnya. Ia melihat ke sekeliling ruangan itu. Semuanya putih, termasuk perabotannya. Dan terdapat beberapa peralatan medis yang hanya membuatnya semakin takut. "Aku juga takut di sini. Aku gak mau, mau pulang aja, di sini seram."

"Ssutt...." Fay Illy menenangkan Freyya yang mulai ketakutan. "Kan ada ka Fay, jadi kamu gak usah takut. Kamu lihat ka Fay aja ya, jangan lihatin ruangan ini." Ia kembali memeluk Freyya, berusaha menutupi penglihatannya dari ruangan itu. "Dady juga gak papa, tapi kita belum bisa ketemu dady. Nanti kalau dady udah selesai diobati, baru kita lihat dady ke kamarnya. Sekarang, kamu bobo aja, ya. Ka Fay peluk kamu di sini sampai kamu bobo."

Fairy For DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang