Bu Desiana

8.8K 241 5
                                    

TK Kusuma Bangsa yang dulu tidak lagi sama seperti TK Kusuma Bangsa yang baru ini. Dari cat tembok, gambar-gambar dan permainan yang ada di sana sudah berubah  sekali. Hampir saja mereka berdua tidak mengenalinya lagi.

Tepat di depan gerbang sekolah, ada seorang petugas kebersihan sedang menyirami taman kecil yang ada di sana. Sambil bersiul gembira, bapak itu menyirami tamanan yang sudah cukup besar itu.

“Permisi pak.” Zico menyapa bapak itu, bapak itu lalu tersenyum dan melihat mereka berdua. Bapak yang memakai pakaian berkebun itu menghentikan pekerjaannya lalu mendekati mereka.

Umur bapak di hadapan mereka mungkin sudah enam puluhan, rambutnya sudah agak memutih, walaupun masih terlihat bugar.

“Iya,” kata bapak itu, “ada apa dik?”

“Bapak masih ingat kami ngga?”

Bapak itu melihat Vinny dan Zico secara bergantian dan mencoba mengingat-ingat, tapi tidak bisa.

“Bapak udah tua, ngga ingat lagi,” jawab bapak tua itu, “emang kalian siapa sih? Bapak lupa loh.”

“Kami pernah sekolah di sini pak.”

Bapak itu lalu tersenyum lagi.

“Oh ya?” kata bapak itu bergembira, “senang sekali ada alumni yang mengunjungi TK ini loh. Jarang sekali ada yang menengok kembali TK-nya dulu. He...he...”

“Iya nih pak,” kata Vinny, “anu....Ibu....Ibu....Ibu siapa Co?”

Vinny menenggok ke arah Zico.

“Makanya, gue aja yang nanya,” sindir Zico, lalu kembali melihat bapak itu. “Begini pak, apa bu Desiana masih mengajar di sini?”

“Ibu Desi ya?” tanya bapak itu, “dia udah ngga ngajar di sini lagi tuh. Semua guru di sini bahkan sudah baru semua. Kepala sekolahnya saja sudah ganti berkali-kali. Cuma bapak yang masih setia di sini.”

“Saya tahu pak,” kata Zico, “bapak dulu satpam di sini.”

“Iya, iya...Kamu ingat juga ya.”

“Sekarang masihkan?”

“Sudah tidak. Bapak sudah pensiun. Bapak kesini cuma untuk merawat taman ini, kalau bukan bapak siapa lagi? Taman ini hampir aja terlantar.”

“Bapak juga kan yang bantu ngerawat taman belakang?”

“Kamu tahu juga?”

“Saya sering ke sana.”

Bapak itu tersenyum.

Vinny menyikut Zico yang asyik mengobrol itu.

“Oh ya, maaf pak,” sambung Zico, “memang ibu Desi udah lama pindah ya pak?”

“Oh kurang lebih udah dua tahun lalu dik,” jelas bapak itu, “tapi kalo kalian mau ketemu dia, dia sekarang buka bimbingan belajar di rumahnya kok dik.”

“Bimbel?” gumam Zico, “bapak tahu rumahnya pak?”

“Tahu kok,” jawab bapak itu sambil menunjuk jalan, “adik jalan aja sekitar 100 meter ke sana, nanti ada pangkalan ojek belok ke kanan. Nah, ngga jauh dari sana ada tempat les buat anak-anak. Di situ bu Desi tinggal.”

“Untung aja ya Co?” kata Vinny lega mengingat mereka seakan tidak mungkin menemui guru itu lagi.

“Iya.”

“Ya udah pak,” sambung Vinny lagi, “terima kasih ya pak. Kami kayaknya mau ke sana, barangkali bu Desi ada di rumah. Jadi kami permisi dulu ya pak.”

First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang