“Ah...”
Yussa terbangun dari mimpi buruknya lagi.
Sudah berulang kali ia memimpikan mimpi yang sama dan berulang kali pula ia terbangun seperti itu.
Masih dengan setengah sadar Yussa bangun dari tempat tidurnya, berdiri dan berjalan meraih sebuah handuk kecil yang tergantung di paku kamar kost itu. Tak lama ia mendekati lemari kecil di mana ia menaruh seluruh pakaiannya, ia lalu memilih pakaian yang akan dikenakannya hari ini. Setelah memilih pakaian, Yussa langsung keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar mandi di lantai bawah.
Lima belas menit kemudian, Yussa sudah rapi dengan pakaian santai namun cocok untuk berjalan-jalan. Rencananya ia akan pergi ke toko buku hari ini untuk mencari kertas surat.
Di siang hari yang panas ini, Yussa masih tetap berjalan menuju toko buku yang ingin dikunjunginya. Karena kebetulan toko buku itu tidak terlalu jauh dari tempat kostnya, maka tidak heran kalau lima belas menit kemudian Yussa sampai di toko buku itu.
Yussa langsung masuk menuju tempat alat tulis di toko itu, tepatnya dibagian kertas-kertas surat yang beraneka ragam bentuk dan warnanya. Yussa melihat kertas-kertas itu satu persatu dengan penuh perhatian, lalu memutuskan untuk mengambil kertas surat yang berbentuk hati berwarna merah muda.
“Ya...Ini yang gue cari,” guman Yussa dalam hati.
Yussa mengambil kertas itu lalu berjalan menuju kasir.
Yussa melihat sekeliling dan terkejut sekali dengan siapa yang dilihatnya masuk juga ke dalam toko buku itu. Yussa lalu membalikkan badan dan berjalan menuju tempat lain untuk bersembunyi.
Yussa berdiri di dekat rak-rak kamus berbagai bahasa, sambil berpura-pura melihat buku-buku itu. Beberapa waktu Yussa melirik ke belakang untuk melihat apakah orang yang dihindarinya itu masih ada di belakangnya.
Ternyata orang itu benar-benar ada di belakangnya.
“Nyari apaan lagi sih?” protes Zico, “bukannya lo baru beli novel kemaren Vin?”
“Gara-gara ulah rayap.”
“Jadi?” kata Zico sambil membaca salah satu buku yang sampulnya terbuka, “semua yang rusak lo beli lagi?”
“Iya,” kata Vinny pasrah, “sebel!!!”
“Udah lah,” kata Zico. “What is done is done?”
“Sok lo.”
“Ya udah,” kata Zico sambil menaruh kembali novel yang dibaca ke tempat asalnya, “masih lama ya?”
“Sabar kek,” protes Vinny, “lo ngga liat gue lagi nyari-nyari nih?”
Vinny dan Zico berada di rak buku novel, di mana berbeda satu rak dari tempat Yussa berada. Yussa masih mencoba bersembunyi, sambil melirik ke perlahan ke arah Vinny dan Zico.
“Tapi...” tanya Zico, “katanya lo mau nonton sama gue?”
“Ngga jadi.”
“Kenapa?” tanya Zico bingung, “emang ngga ada film bagus apa?”
“Emang ngga ada yang bagus.”
“Trus kenapa waktu Ferdy yang ngajak lo mau aja?”
“Ya tahu lah.”
“Sebenernya lo tuh suka sama Ferdy atau Jacky sih?”
“Belum tahu ya.”
“Jangan mainin perasaan mereka loh.”
“Gue ngga ada maksud mainin perasaan orang kok,” ujar Vinny sambil membolak-balik buku di tangannya, “gue cuma memilih yang lebih baik aja.”

KAMU SEDANG MEMBACA
First Kiss
RomanceSemua berawal dari sebuah ramalan. Dengan bantuan sahabatnya, Zico. Vinny mencari first kissnya yang merupakan jodohnya. Siapa first kissnya? Jacky, sang playboys yang romantis. Ferdi dan Ferry, si kembar yang punya bengkel motor. Andy, cowok yang s...