Setidaknya, ada tiga hal tentang sekolah Vinny:
1. Sekolah Vinny tidak jauh dari rumahnya, lima belas menit perjalanan.
2. Kelas Vinny tidak jauh dari gerbang sekolahnya.
3. Tempat duduk Vinny tidak jauh dari pintu sekolahnya.
Di meja itu sudah ada Zico, teman yang dikenalnya dari taman kanak-kanak. Zico terlihat sedang asyik membaca novel yang baru dipinjamkan Vinny dua hari lalu.
“Hai Co!” sapa Vinny.
“Eh...Non!”
Begitulah Zico memanggil Vinny. Sejak kelas satu Zico sudah memanggil Vinny dengan sebutan itu. Sebutan itu kira-kira dimulai saat drama kelas satu, di mana Vinny menjadi majikan dari Zico. Dalam drama itu, Zico memanggil Vinny dengan panggilan tersebut.
“Belum selesai juga tuh bacanya?”
Zico mengeleng.
“Belum nih,” kata Zico sambil menutup novelnya namun membatasinya dengan jari telunjuknya, “heran ya guru-guru jaman sekarang, ngasih tugas kok suruh baca novel.”
“Eh Co,” protes Vinny, “lo emang pernah hidup di jaman guru-guru dulu?”
Vinny meletakkan tasnya di meja lalu duduk tepat di kanan Zico.
“Bukan gitu.”
“Ya lagian,” tambah Vinny, “pak Ridwan ngasih tugas tuh sinopsis novel dan bukan nyuruh lo baca novel.”
“Not Interesting!!!”
“Lo sih mana tertarik kayak gituan?”
“You know loh.”
“So...” Vinny mengeluarkan buku tulis dan buku paket yang merupakan buku-buku pelajaran pertama. Sementara Zico memulai lagi membaca novel, “lo jadi minggu depan pergi?”
“Ke mana?”
“Lah,” protes Vinny, “waktu itu lo sendiri yang bilang mau pergi?”
Zico menengok ke Vinny.
“Oh ke Singapura?”
“Iya.”
“Jadi kayaknya,” kata Zico dengan mata terpaku sama novel itu, “nyokap gue udah pesen tiketnya.”
“Ngomong-ngomong,” Vinny berkata sambil mencari pulpen di dalam tasnya, “ngapain sih ke sana?”
“Katanya sih mau daftarin gue sekolah sana,” kata Zico cuek.
“Hah???” sahut Vinny kaget, “jangan dong Co!!! Tar kalo lo pergi kita ngga bisa main-main lagi.”
“Ya ampun, cuman seminggu kali non.”
“Ngga maksud gue, kalo lo pindah sekolah.”
“Itu kan belum pasti.”
“Eh, Co,” Vinny mengeluarkan seluruh isi di dalam tasnya, “lo liat pulpen gue ngga sih?”
“Ngga.”
“Kemana ya?”
“Gue ngga tahu.”
“Lo ngga pinjemkan?”
“Ngga.”
Zico terdiam, menutup novelnya lagi lalu tersenyum menatap Vinny. Vinny merasa aneh dengan tatapan itu. Tapi ia sangat mengenal maksud tatapan itu dari dulu.
“Mau apa lo?” tanya Vinny curiga.
“Mmmm....” kata Zico memelas, “lo tahu dong kalo gue ngga pernah suka baca novel...Dan...”
KAMU SEDANG MEMBACA
First Kiss
RomanceSemua berawal dari sebuah ramalan. Dengan bantuan sahabatnya, Zico. Vinny mencari first kissnya yang merupakan jodohnya. Siapa first kissnya? Jacky, sang playboys yang romantis. Ferdi dan Ferry, si kembar yang punya bengkel motor. Andy, cowok yang s...