"A K U pasti bisa"Aya menggumam sendiri sembari memejamkan matanya.
"Ada apa?"Tanya Ananta bingung setelah menghentikan mobilnya tepat didepan sekolah anak perempuannya.
"Gak apa-apa, Yah. Aku masuk dulu." Pamit Aya menirukan cara bicara Kira.
"Belajar yang rajin!"Teriak Ananta yang dibalas dengan lambaian tangan salah satu anak kembarnya. Setelah memastikan Aya yang dia anggap Kira berada didalam gedung sekolah, ia pun menginjakan gas mobilnya perlahan dan pergi meninggalkan sekolah menuju kantornya.
Tanpa terasa Aya berhasil melakukan permainannya, tidak ada yang tahu kalau saat ini yang berada dikelas adalah Aya, bukan Kira. Dia tersenyum dengan bangga pada dirinya sendiri sembari menunggu bel istirahat berbunyi.
"Kir, nanti anterin aku ke perpus bentar ya, setelah makan bekal." Ucap Della tiba-tiba yang saat itu sedang tidur-tiduran diatas meja sembari menatap Aya. Tanpa piker panjang ia pun mengangguk.
"Tumben mau ke perpus, biasanya Anti-Perpus dan Pro-Kantin" Tanya Della yang agak heran dengan teman sebangkunya.
"Sekali-kali gak masalah." Jawab Aya cepat agar Della tidak mencurigainya. Ya jawaban yang ia lontarkan berhasil. Della hanya bisa menaikan bahunya sejenaka seakan-akan mengatakan 'Terserah' kepadanya.
Seperti yang ia janjikan sebelumnya, Aya mengikuti Della berjalan ke perpustakaan. Della ingin mengembalikan buku yang ia pinjam sebelumnya, merasa tidak ada kerjaan Aya pun jalan mengitari rak-rak buku dan membuka beberapa buku yang tersusun rapi disana. Tanpa persiapan, suara yang ia kenal terdengar dari ujung rak.
"Tumben si kembar gila ada disini." Dian, ketua dari segrombolan anak yang dulu pernah bertengkar dengan Kira karena membelanya berdiri dengan angkuhnya di hadapanku. Gugup, ya itu perasaan yang saat ini dirasakan oleh Aya saat berhadapan dengannya. Ketika itu juga dada Aya mulai berdetak cepat dari yang ia inginkan. Tenang Tenang aya mencoba menenangkan dirinya. Dian berjalan mendekatinya, reflex ia berjalan mundur menjauh dengan perlahan mengikuti langkah kaki Dian yang maju padanya. Seketika Aya menjalankan otaknya, apa yang harus ia ucapkan, bukan apa yang akan Kira ucapkan jika berhadapan dengan Dian yang menjadi musuh bebuyutan dengan Kira sejak kejadian itu.
"Bukan urusanmu, cewek GILA" Aya ingat, Kira selalu memanggil Dian dengan sebutan 'cewek GILA'. Tanpa menunggu responnya, Aya berjalan menghampiri Della dan minta ijin kembali ke kelas duluan. Dengan sedikit berlari ia pergi dari Perpustakaan dan mencari tempat sepi di sekolah. Atap sekolah.
Aya mengambil nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Ia lakukan berulang kali sampai detak jantungnya kembali tenang. setelah tenang dan bisa berpikir kembali, ia teringat bahwa hari ini dia belum meminum obat yang sudah diresepakan dokter.
"Tidak masalah Aya, hanya sekali lupa meminumnay tidak akan jadi masalah. Semua akan baik-baik saja" Aya bergumam pada diri sendiri.
"Katanya murid dilarang ada di atap?" anak laki-laki berdiri di dekat tangga sambil menunjuk kearah Aya. Aya mulai berdiri dari tempatnya duduk dan menghampiri lelaki itu. Ia mulai mengamati dari atas sampai bawah. Anak itu menggenakan seragam merah putih yang berbeda dengan yang ia kenakan, juga wajah anak itu sangat teramat asing. Aya tidak pernah melihat wajah itu sebelumnya.
"Siapa kamu? Kenapa ada disini?" Tanya Aya pelan.
"Praga Rangga Argani, kamu bisa panggil Rangga. Kamu sendiri siapa?" jawabnya dengan lantang.
"Aya... ah bukan Kira Serafina"
"Jadi Aya atau Kira yang benar?"
"Rangga!!" seorang wanita yang agak berisi muncul dari tangga, diikuti seorang guru lelaki yang sangat terkenal keras, Pak Weda, guru olahraga ada dibelakang wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
69 ✔
Teen FictionQuality: Raw Rate: 15+ Status: 16 to 16 (completed) Started: February 23, 2016 End: April 25, 2016 69, Kita ini bagaikan angka 6 dan 9. Bentuk mereka sama tapi sebenarnya mereka berbeda. Tapi mereka tetap satu kesatuan dari sebuah angka. Seperti kit...