16. Good Bye

3.5K 304 4
                                    

"KIRA!!" Teriakan lantang ibu dari bawah terdengar begitu lantang, aku pun dengan cepat memaksukan barang pentingku kedalam tas selempangku dan menyelempangkan di bahu. Aku pun setengah berlari keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.

"Kira sudah siap!" Jawabku dengan ceria ketika berdiri tepat di depan ibuku sambil menaikan tanganku keatas menunjukan rasa hormat yang biasa dilakukan anak sekolah di depan bendera merah putih.

"Bisa tidak sekali-kali saat kamu jalan bersama mama pake rok yang cantik?"protesnya yang meneliti pakaianku dari atas sampai bawah. Dimana saat ini aku hanya menggenakan kaos hitam dan celana jeans ditambah aksesoris topi di kepalaku. Aku pun memasang muka manyun dengan memajukkan mulutku kedepan.

"Meski tidak menggenakan rok, Kira tetap cantik kok." Jawabku sambil menyeringai menatap ibu yang mendesis tidak senang dengan jawabanku. Ya, ibu selalu tidak menyukai selera berpakaianku, dia bilang terlalu lelaki dimana menurutku ini keren.

Sebelum ibu menambah omelannya, aku menarik lengannya untuk segera memasuki mobil. Hari ini ibu berjanji untuk makan siang bersama tante Emily, sahabat ibu sejak SMA sebelum kita pergi ke bandara sore ini. Sedangkan tugasku di sini sebagai 'Sopir' pribadi, secara aku mau meminjam mobil untuk menemui teman Aya untuk terakhir kali sebelum kembali ke kehidupanku.

Mobil Mini Cooper putih yang aku kendarai sekarang sudah terparkir rapi di parkiran suatu restoran keluarga. Ibu dan aku keluar dari mobil. Kami masuk kedalam restauran dan mendapati Tante Emily yang melambaikan tanganya tepat saat melihat kami masuk kedalam. Kami pun berjalan mengahmpirinya dimana saat ini dia sudah berdiri dari tempatnya dan memeluk ibu.

"Akhirnya kalian datang juga!"Sapanya sambil memberikan ciuman pipi terhadap ibuku.

"Maaf. Nungguin nih anak lama banget persiapannya."Jawab ibu sambil menjitak kepalaku. Aku hanya mengAduh sambil memanyunkan bibirku.

"Namanya perempuan." Bela Tante Emily. Aku pun menawarkan senyumanku karena pembelannya dan mencium tangannya.

"Gimana kabarmu, nak?"

"Baik-baik saja tante. Oh ya, Kira juga mau pamit pergi dulu ya."

"Loh, kok mau pergi? Gak mau makan siang bersama? Kenar bentar lagi datang."

Deg mendengar nama itu, jantung sialan ini selalu berdebar tak karuan tanpa ijin. Aku pun menggelengkan kepalaku seketika.

"Maaf, Kira sudah ada janji duluan sama teman. Gak enak kalau tiba-tiba batalin begitu aja." Tolakku secara lembut sambil menunjukkan senyum palsuku karena debaran bodoh ini.

"Kalau sudah janji mau bagaimana ya." Tante Emily memasang ekspresi kecewa yang menggoda karena saat ini dia tersenyum ramah sehingga lesung di pipinya terlihat.

"Kira pergi dulu ya!"

"Hati-hati di jalan. Jangan lupa nanti jam 2 jemput mama lagi." Ibu mewanti-wanti. Aku pun menunjukkan sikap hormatku kembali padanya dan bergegas pergi dari restauran itu. Sebenarnya aku tidak perlu bergegas karena lokasi tempatku janjian dekat dengan restauran ini. Tapi, gegara mendengar nama Kak Kenar terucap, seketika aku ingin kabur dari sana.

Sejak kejadian itu aku benar-benar tidak menemui kak Kenar. Bahkan panggilan dan pesan yang ia kirim di ponsel Aya tidak aku perdulikan. Dia juga mencoba menghubungi ke nomor ponselku yang mana nomornya sudah aku unblock sebelumnya. Aku masih belum siap mental menemuinya karena rasa maluku terlalu besar untuk bertemu dengannya.

Mungkin jika mentalku benar-benar siap, aku akan berdiri di hadapannya untuk meminta maaf atau apapun itu sehingga perasaan tidak enak ini menghilang dari diriku. Tapi tidak sekarang.

69 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang