6. The Death of the Twins

2.9K 284 4
                                    

Cahaya pagi yang hangat dan kicauan burung yang merdua biasanya menjadi pembukaan yang pas untuk melewati pagi hari, tapi pagi ini semua itu hanya sebuah angan-angan belaka. Nyatanya tendangan maut Dian menyambut pagi hariku. Aku terjatuh dari tempat tidur dan berhasil tersadar dari tidur cantikku. Aku melihat sekeliling, matahari sudah naik. Aku menatap jam meja yang berada tepat di atas meja sampingku, jam menunjukan jam 10 siang. Masih terlalu pagi untuk bangun di hari libur. Dengan kesal aku melempar guling yang aku peluk erat sedari tadi kupeluk erat kearah Dian yang tertidur pulas.

"Ehmmm" Dian mulai mengigau saat terkena gulingku. Aku pun naik kembali ke tempat tidur dan menggeser badan Dian dengan pantatku yang memaksa untuk berbaring kembali. "Haiss... Gangguin orang tidur aja!"teriak Dian dengan sebal sambil setengah sadar dari tidurnya.

"Kamu itu yang gangguin aku tidur. Pakai tendang-tendang segala."Grutuku.

"Terserah aku donk. Kasur-kasur aku. Kalau gak mau di gangguin balik sana ke rumah." Ujarnya kesal yang saat itu dia sudah berbalik menatapku, masih posisi sama berbaring di kasur empuknya.

"Apaan sih? Aku pingin menenangkan diri dulu."

"Kalau mau menenangkan diri, sana pergi bertapa ke gunung seperti biksu biar dapat wangsit sebuah kitab suci, ntar barengan ama monyet sakti, patkai dan kawannya."

"Kamu patkai-nya." Jawabku kesal padanya yang kembali berbaring disampingnya.

"Ini sudah tiga hari KI! " Dian langsung duduk melihatku geram. Aku mengacuhkannya. "Kamu bukan bocah yang ngerengek dan sembunyi di tempat orang lain."

"Aku gak ngerekk dan sembunyi yah. Aku udah kasih tahu ayah kalau mau nginep disini sementara waktu."

"Dasar cewek gila yang labil."ejeknya tidak terima dengan jawabanku. Aku ikut duduk disampingnya mencoba merayunyaa untuk membiarkanku tidur kembali.

"Nona Dian yang cantik jelita, bisakah aku menginap disini sehari lagi?" saat ini aku memasang wajah memelas sambil menatapnya imut seperti yang biasa dilakukan Aya saat meminta padaku.

"Tatapan itu hanya mempan kalau Aya yang melakukannya!" jawabnya tak acuh. Padahal aku yakin meski Aya yang melakukannya tatapan ini tak mampu menembus hati cewek gila satu ini yang masih menjadi misteri begitu tidak suka dengan Aya. "Kamu gak kasihan dengan Aya?" tanyanya tiba-tiba.

"Kasihan?"

"Kalian bertengkar bukan?" tebaknya yang tak berdasar. Aku hanya menggelengkan kepala cepat. "Kalau kalian tidak bertengkar, ngapain kamu nginep sini? Katanya sebentar tapi ini sudah tiga hari."

"sudah aku bilang alasanku nginap disini. Aku marah sa--" belum selesai aku menjawab Dian memotong kalimatku.

"apa kamu tahu kalau Aya tidak mau makan sejak kamu pergi dari rumah?"Aku menatapnya bingung. "Kemarin malam Rangga mau ajak Aya nonton penampilan di cafe. Tapi Aya menolaknya dan mbah Nurila memberitahu Rangga kalau si Aya mogok makan sejak kamu keluar dari rumah." Mendengar penjelasannya aku langsung bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi.

"Mau kemana? Diajak ngomong malah ngacirrr" teriak Dian saat melihatku berjalan meninggalkannya.

"Mandi! Bosan aku di rumahmu gak ada hiburan." Jawabku ngasal yang membuat Dian melemparkan bantal di dekatnya. Namun dengan cepat aku menutup pintu kamar karena aku sudah berada di luar kamarnya.

Tanpa perlu waktu lama aku bergegas pulang kerumah. Jika yang dibicarakan Dian benar, mana mungkin aku membiarkan Aya ikutan kesal sama Ibu dengan menyiksa dirinya seperti itu. Mendengarkannya saja aku sudah merasa ngeri. Hanya 30 menit perjalan dari rumah Dian ke rumahku sendiri. Dengan sedikit takut kena omelan karena menghilang selama tiga hari aku bisa membayangkan apa yang akan di katakan Ibu saat bertemu denganku. Pasalnya selama 2 hari ponselku mati kehabisan daya, gara-gara si Dian pakai ponsel samsul bukan ipul, jadinya aku seakan-akan menghilang. Samsul dan ipul adalah sebutan ponsel smartphone yang lagi naik pamor akhir-akhir ini. Secara kita, aku,Dian dan Rangga, sering memakai istilah lain biar tidak dikira congkak. Untuk ponsel Rangga kita sering menyebutnya ponsel Nonik.

69 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang