Keheningan malam menyelimutiku, suara desiran air laut terdengar menenangkan jiwa. Aku berdiri sendiri dengan kaki telanjang di atas butiran pasir putih yang hangat karena suhu tubuhku. Angin berhembus lembut menerbangkan helaian rambut pendekku dan rok putih berenda yang tidak pernah aku kenakan. Dari kejahuan nampak punggung kecil seorang perempuan berdiri di atas pasri basah yang terkena desira air laut yang datang dan pergi.Aku berjalan mendekat ke sosok perempuan yang terlihat familier itu. Aku berhenti tepat di penghujung pasir putih kering yang tidak terkena air laut sehingga menyisakkan beberapa jarak antara diriku dan dirinya.
Sinar rembulan terlihat begitu indah malam ini, Aku memandang dengan takjub kearah bulan diatas kami berdua. Tanpa suara kami sama-sama memandang sinar rembulan diiringi suara desiran lau yang lembut dan menentramkan. Perempuan didepanku membalikan badannya menatapku. Aku pun menatap sosoknya. Sosok yang sama denganku. Wajah yang sama, baju yang sama, rambut yang sama dan bentuk tubuh yang serupa. Aku merasa sedang berdiri di depan cermin yang tak terlihat didepanku. Perlahan, sudut bibir perempuan diatasku tertarik keatas membentuk senyuman terindah yang tak pernah aku lihat pada diriku sendiri kecuali satu orang.
"Aya!"panggilku. sosok didepanku hanya menatapku masih menawarkan senyuman indahnya. Perlahan dia berjalan mendekatiku dan menyisakan hanya satu meter jarak diantara kami. Dia mengulurkan tangannya kepadaku, mengusap lembut kepalaku, perlahan tangannya meraih tanganku dan ditariknya mendekat ke dadanya. Dia mendekap erat tangan kananku dengan kedua tangannya. Ia menunduk dan memejamkan matanya seakan dia sedang memohon dan berdoa. Aku masih diam membiarkannya memegang tanganku.
Dia melepaskan tanganku begitu saja setelah dia selesai dengan apa yang ia lakukan. Aku terpaku dengan sosoknya yang terlihat begitu indah dibawah sinar rembulan. Ia berjalan mendekat sehingga jarak kami hanya terpuat beberapa senti. Ia mencodongkan kepalanya kearah kiriki. Aku bisa merasakan embusan napas hangat ditelingaku yang terasa begitu nyata.
"Terima kasih dan kembalilah menjadi Kira yang aku banggakan," bisiknya. Ketika aku mencoba menolehkan kepalaku padanya sosoknya menghilang begitu saja bersamaan dengan sinar rembulan yang bersinar begitu terang sehingga aku harus menyipitkan mataku.
Aku bangkit dari tempatku. Aku membuka mataku seketika. Beda. Sekelilingku berbeda. Sekaran aku sedang duduk diatas ranjang tetapi bukan ranjangku. Ya aku ada dirumah sakit saat ini. Setelah pengawal tante Martina menyerbu, aku melihat sosok ayah dan ibu yang saling berpelukan. Mereka menghampiriku, aku menangis dan tersenyum saat itu. Seakan semua kekuatanku terkuras habis, seketika itu juga aku tumbang. Ketika aku terbangun kembali aku sudah tertidur di ranjang rumah sakit siang tadi. Ibuku langsung memeluk erat tubuhku sehingga aku merasa sedikit kesakitan yang sepertinya punggungku sedikit memar karena aku membantingkan diriku sendiri ke lantai.
Ibu memarahiku diwaktu yang sama aku terbangung di rumah sakit. Ibu yang dulu aku kenal kembali kedalam kehidupanku. Dia marah sambil menangis sedangkan aku hanya bisa menatapnya sembari tersenyum bahagia. Tanpa memperdulikan omelannya kembali akan perbuatanku aku memeluknya kali ini.
Aku menggarukkan kepalaku dan mendesah pendek mengingat kejadian siang tadi. Merasa bosan, aku pun menyibakkan selimutku, turun dari ranjangku dan menarik penyangga tabung infuse yang tersambung ke selang dimana menancap dipergelang tanganku saat ini. aku berjalan pelan kea rah pintu kamar dan keluar dari sana. Suasana rumah sakit malam ini begitu sunyi, tak banyak orang yang lalu lalang di lorong seperti tadi sore. Aku berjalan menuju sebuah lorong dengan jendela besar yang memperlihatkan ruangan ICU. Aku melihat perempuan berdiri diam di depan jendela tersebut sembari menatap kosong kearah lelaki yang terbaring lemah dengan selang infuse pada lengannya dan selang pernafas pada hidung di atas ranjangnya.
"Bagaimana keadaannya?"Tanyaku pada perempuan itu, yang tak lain Linda.
"Dia sudah siuman, dua jam yang lalu namun dokter menenangkannya kembali yang sempat histeris. Besok pagi dia dipindahkan ke kamar." Jawabnya tanpa menoleh kearahku dan masih menatap lelaki itu yang tak lain Brandon.
KAMU SEDANG MEMBACA
69 ✔
Ficțiune adolescențiQuality: Raw Rate: 15+ Status: 16 to 16 (completed) Started: February 23, 2016 End: April 25, 2016 69, Kita ini bagaikan angka 6 dan 9. Bentuk mereka sama tapi sebenarnya mereka berbeda. Tapi mereka tetap satu kesatuan dari sebuah angka. Seperti kit...