"One... Two.. Three..." Pok ... Pok...Pok.. Suara hitungan dan tepukan Monica terdengar dengan keras dipenjuru ruangan. Kami berputar, melangkah dengan cepat, berlari ke posisi masing-masing sesuai irama hingga musik berhenti. Kami pun menegapkan badan kembali dan mulai mengatur nafas kami masing-masing.
"Baik latihannya sampai disini saja hari ini. Kita bertemu dua hari lagi dan minggu depan jangan lupa kalian ada audisi Grup. Jangan sampai tidak datang. Jika sampai ada yang absen langsung saya keluarkan dari grup saya. Mengerti!" Monica, tentor tari kami mengoceh panjang lebar setelah musik berhenti seperti tidak memberi kita waktu bernafas. Setelah selesai bertanya semua mulai bubar mencari tempat nyaman untuk menyelonjorkan kaki dan mencari sandaran.
"Tempomu semakin bagus Aya." Monica datang mendekat sambil menepuk pundakku yaang sekarang naik turun karena sibuk mengambil nafas. "saya tidak menyangka perkembanganmu begitu pesat, padahl minggu lalu kamu payah sekali." Monica tersenyum mengejek yang hanya kubalas dengan senyuman pendek. Sesaat aku merasakan tatapan benci dari belakangku. Tatapan yang beberapa hari ini sering aku rasakan. "Pertahankan tempomu, jangan lupa lagi!" Monica mewanti-wantiku yang mengalihkan pandanganku ketika ingin menengok kebelakang. Setelahnya Monica keluar ruangan dengan membawa tas sport besarnya.
"Hebat kamu di puji oleh si Nenek sihir Monic," Linda menepukku dari belakang membuatku menghadap padanya. Aku hanya bisa mebalasnya dengan sengiran kecil.
"Gak usah berlebihan begitu. Lagi pula tarian itu sudah lama kita latih berulang-ulang selama beberapa bulan. Hanya orang bodoh dan payah yang bisa melupakannya begitu saja." Angel muncul dengan kedua pengikutnya sambil menyibakkan handuk pink-nya di bahu kirinya.
"Oh ayolah, jika dia payah dan bodoh, tariannya tidak akan sebagus tarianmu yang sudah dilatih berulang-ulang selama beberapa bulan." Good Job, Linda. Terguranmu berhasil merubah wajah sombongnya menjadi wajah tomat, merah membara seperti api.
"Tarianmu juga payah. Jangan belagu, dasar cewek munafik." Serang Angel yang langsung jalan berlalu meninggalkan kami menuju pintu keluar.
"Ap--" Sebelum Linda mengejarnya, aku mencegahnya dengan menarik lengannya yang dekat tanganku. "Sudah tidak usah diladeni. Hanya seorang pengecut yang kabur setelah melempar batu." Sindirku yang sengaja aku keraskan dan berhasil membuatnya berhenti, berbalik menghadap kami berdua.
"Apa kamu bilang? Pengecut?" saat ini Angel berjalan mendekati kami kembali dengan tatapan seperti Mbak Kunti (baca:kuntilanak). "Kamu mengataiku pengecut?" ia mengulangi kembali ucapannya yang dia kira aku tuli hingga perlu diulang.
"Aya tidak pernah mengatai Angel Pengecut. Aya hanya bilang seorang pengecut itu kabur setelah melempar batu." Aku mengulangi kalimatku kembali dengan sedikit perbaikan kalimat dari sebelumnya. Tak terima dengan perkataanku Angel langsung menyerangku dengan menarik rambutku. Aku pun memegangi kepalaku yang terasa begitu sakit, aku mencoba mendorongnya sehingga dia melepas tangannya dari rambutku. Aku lihat saat ini Juliee juga sedang menarik rambut dan baju Linda yang sepertinya kita sedang bermain Smack Down, karena Angel sekarang berhasil mendorong tubuhku hingga aku terjatuh kebelakang dan kepalaku terbentuk lantai kayu yang lumayan membuatku berteriak kesakitan.
Tanpa kenal menyerah Angel mencoba menyerangku, aku melindungi diriku sendiri seperti gerakan saat aku melindungi badanku saat pertandingan Taekwondo. Selain bergelut dengan Angel aku sekarang bergelut dengan diriku sendiri. Apakah aku harus melawannya? Tapi saat ini aku adalah Aya, dimana Aya tidak pernah melawan jika seseorang menjahatinya atau lebih tepatnya tidak bisa melawan. Aku jadi ingat kejadian dulu saat Dian mencakar badan Aya dan aku datang menolongnya dengan mendorong kuat hingga Dian berguling jatuh kesamping. Posisinya hampir sama seperti ini. Tapi sayangnya kali ini tidak ada yang menolongku. Samar-samar aku bisa mendengar Zaskia berteriak untuk berhenti tapi suaranya tenggelam karena sorakan anak yang lain. Tak selang berapa lama tubuh Angel terangkat dari tubuhku yang sekarang terasa ringan. Aku mencoba membuka mataku dan kulihat Kak Ken ada didepanku mengulurkan tangannya. Tanpa pikir panjang aku menerima uluran tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
69 ✔
Novela JuvenilQuality: Raw Rate: 15+ Status: 16 to 16 (completed) Started: February 23, 2016 End: April 25, 2016 69, Kita ini bagaikan angka 6 dan 9. Bentuk mereka sama tapi sebenarnya mereka berbeda. Tapi mereka tetap satu kesatuan dari sebuah angka. Seperti kit...